
Gambar: Penjual bertransaksi dengan Acil-acil (Bibi) yang menggunakan perahu kecil (kelotok) menawarkan sayuran, buah dan makanan khas Banjar di Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu.
Satu persatu dagangannya diletakkan di perahu kecil tanpa mesin atau dalam bahasa Banjar disebut jukung.
Aneka buah seperti jeruk limau, jeruk markisa, pisang mas, mangga muda hingga aneka camilan seperti keripik pisang dan penyek kacang nampak memenuhi perahu.
Setelah menunaikan Shalat Subuh di rumah sederhana miliknya yang terletak di bantaran sungai, acil Muna pun mulai mengayuh perahu kayunya dengan dayung mengandalkan tenaga tangan.
Rumahnya berjarak sekitar lebih kurang enam kilometer dari pusat Pasar Terapung Lok Baintan di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Seiring terbitnya sinar matahari di pagi hari, satu persatu pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan mulai bermunculan memenuhi aliran sungai Martapura tersebut.
Jumlahnya bisa mencapai lebih dari seratus perahu dengan beragam produk yang dijual. Yang dijajakan para pedagang berperahu itu mulai buah-buahan, aneka kue dan camilan kemasan, makanan khas Banjar seperti soto Banjar dan nasi kuning ikan haruan hingga suvenir seperti tas purun yang cocok untuk oleh-oleh bagi wisatawan.
Pengunjung yang datang tak hanya masyarakat lokal Kalimantan Selatan namun ada juga berasal dari luar pulau Kalimantan seperti Jawa hingga Sulawesi. Wisatawan mancanegara juga kerap mengunjungi Pasar Terapung Lok Baintan. Mereka merasakan sensasi belanja, makan sekaligus berwisata alam di atas sungai.
Pengalaman berbeda pasti dirasakan wisatawan ketika kapal yang ditumpangi diserbu pedagang berperahu.
Mayoritas pedagang adalah kaum hawa yang kerap disebut acil-acil dalam bahasa Banjar, yang artinya tante atau bibi.
Mereka kerap berpantun menyapa pengunjung agar terhibur sembari menawarkan dagangan untuk dibeli.
Pengunjung yang berbelanja pun bukan berarti mereka butuh akan barang yang dibeli namun lebih kepada rasa ingin membantu agar dagangan acil-acil laku.
Jika beruntung, Acil Muna mengaku bisa mengantongi pendapatan Rp500 ribu bahkan lebih ketika dagangan banyak terjual.
Namun saat dagangan sepi, bisa memperoleh Rp200 ribu pun sudah patut disyukuri.
“Kami berjualan setiap hari, tapi pengunjung yang ramai biasanya hanya hari libur Sabtu dan Minggu atau ada acara tertentu seperti haul Guru Sekumpul selama satu minggu penuh ramai,” ucapnya.
Sistem barter antarpedagang pun masih berlaku di pasar tradisional di atas sungai ini. Sesama pedagang kerap bertukar dagangan sesuai kesepakatan.
Acil Muna mengaku sangat mensyukuri rutinitas di pasar terapung. Dia berharap pengunjung bisa selalu ramai, paling tidak setiap Sabtu dan Minggu.
Penghasilannya bisa membantu menopang ekonomi keluarga, di samping pekerjaan suami sebagai petani.
Tak hanya soal pendapatan ekonomi masyarakat bantaran sungai, pasar terapung yang merupakan warisan budaya masyarakat sejak zaman Kesultanan Banjar pada abad ke-18 memang harus dilestarikan demi menjaga tradisi budaya sungai di Bumi Lambung Mangkurat.
Pasar terapung alami
Aktivitas Pasar Terapung Lok Baintan dimulai pukul 06.00 Wita hingga berakhir sekitar pukul 09.00 Wita atau di kala terik matahari mulai panas dirasakan pengunjung.
Pada prinsipnya, pedagang berangsur pulang ketika pengunjung mulai sepi meninggalkan lokasi pasar terapung itu.
Sejatinya, pedagang siap berlama-lama melayani pembeli sampai siang hari sekalipun manakala pengunjung alias wisatawan masih ada.
Perjalanan wisatawan ke Pasar Terapung Lok Baintan juga merupakan pengalaman mengasyikkan. Untuk mencapai pasar itu, wisatawan menempuh perjalanan susur sungai dari Kota Banjarmasin menggunakan kapal-kapal kecil atau disebut kelotok oleh masyarakat setempat.
Sejumlah paket wisata yang menawarkan Pasar Terapung Lok Baintan bisa dipilih di sejumlah dermaga kelotok di Banjarmasin, seperti di Siring Menara Pandang ataupun Tugu Nol Kilometer di pusat Kota Banjarmasin.
Perjalanan dari sungai Martapura selama lebih kurang satu jam menuju pasar terapung menikmati aktivitas masyarakat bantaran sungai sembari menyaksikan indahnya matahari terbit.
Namun bagi yang ingin menempuh perjalanan darat dari Banjarmasin bisa melalui Kelurahan Sungai Lulut, titik perbatasan Banjarmasin dan Kabupaten Banjar menuju dermaga Pasar Terapung Lok Baintan berjarak sekitar 9 kilometer.
Muhammad Zavier, pengunjung yang ditemui di Pasar Terapung Lok Baintan mengaku senang bisa kembali menikmati wisata susur sungai itu.
Dia bersama rombongan keluarga dari Surabaya, Jawa Timur, selalu menyempatkan mengunjungi pasar terapung ketika ke Kalimantan Selatan.
Menurut dia, Pasar Terapung Lok Baintan satu-satunya pasar terapung yang masih alami di Indonesia bahkan dunia.
“Kini banyak wisata pasar terapung bermunculan di sejumlah daerah namun tidak alami. Sedangkan Lok Baintan beda. Itulah istimewanya di sini,” ucap pria yang berdinas di salah satu kementerian itu.
Zavier hanya berharap cara berinteraksi pedagang menawarkan dagangannya ke pengunjung bisa lebih santun untuk menghindari kesan memaksa.
Jangan sampai menimbulkan kesan tidak nyaman bagi wisatawan. Dia merasakan bagaimana keriuhan pedagang menawarkan dagangannya tak habis ketika dia sedang ingin menikmati suasana.
Padahal tidak semua wisatawan datang ke pasar terapung dengan niat berbelanja. Ada juga yang hanya sebatas menikmati suasana di atas sungai, memotret aktivitas pasar terapung alami yang unik dan hanya ada di Kalimantan Selatan.
Di sisi lain, wisatawan tentu juga banyak yang paham jika membeli dagangan berarti telah membantu meningkatkan kesejahteraan pedagang yang pada akhirnya turut andil mempertahankan tradisi budaya sungai ini agar tetap lestari.
Geowisata yang mendunia
Pasar Terapung Lok Baintan di sungai Martapura menjadi bagian dari situs Geopark Meratus yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada April 2025.
Rencananya pada 2 Juni, Gubernur Kalimantan Selatan H Muhidin ke Paris untuk menerima sertifikat dari UNESCO atas pengakuan Geoapark Meratus sebagai warisan geologi bernilai internasional.
Dengan ditetapkannya Geopark Meratus, total ada 12 geopark Indonesia yang diakui UNESCO. Geopark Meratus merupakan geopark pertama di Pulau Kalimantan yang mendapatkan pengakuan global.
Pasar Terapung Lok Baintan merupakan awal dari perjalanan rute barat dengan tema “Pesona Susur Sungai Orang Banjar” yang memiliki arti hiruk pikuk pasar terapung menyapa pagi.
Rute barat mempunyai panjang sekitar 85 kilometer dan memiliki sembilan situs.
Sungai Martapura merupakan anak Sungai Barito, pembentukan sungai ini merupakan kejadian bumi (geologi) yang dipengaruhi hasil dari proses pengangkatan Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan.
Kepala Dinas Komunikasi dan informatika Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Muhamad Muslim mengajak semua pihak dapat mendukung pelestarian pasar terapung yang menjadi bagian dari Geopark Meratus.
Muslim menegaskan pelestarian pasar terapung harus sejalan dengan semangat UNESCO untuk pemanfaatan Geoheritage berbasis pembangunan berkelanjutan yang berpilar pada aspek konservasi, edukasi, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab melakukan pembinaan terhadap para pedagang pasar terapung. Mereka harus teredukasi bagaimana menghadapi pembeli yang kini mayoritas wisatawan.
Setiap orang harus merasa nyaman ketika berinteraksi di pasar terapung tanpa khawatir munculnya sikap-sikap kurang terpuji dari oknum pedagang.
Dengan berbagai upaya itu, budaya sungai yang meliputi alat transportasi jukung dan tradisi perdagangan sistem barter hasil bumi di pasar terapung bakal tetap lestari tak tergerus zaman.
sumber: antara/ 280525
Views: 26