
DR. H.M.Suaidi,M.Ag.
Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin bercerita tentang kisah Nabi Ibrahim AS yang dikenal dermawan oleh masyarakat yang hidup di zamannya.
Tapi kedermawanan Nabi Ibrahim AS tidak berlaku untuk orang majuxi yang kelaparan, menolak memberi makan seorang Majusi tua.
Kisah ini bermula ketika seorang Majusi tua mendatangi Nabi Ibrahim AS yang dikenal sebagai seorang dermawan.
Nabi Ibrahim AS memberikan syarat kepada Majusi tua itu agar memeluk Islam, baru ia akan diberi makan.
Kalau kau berkenan memeluk Islam, aku mau memberikan jamuan kepadamu hari ini, kata Ibrahim.
Majusi tua itu terperanjat. Ia terkejut dan kecewa. Rupanya Ibrahim tidak seperti apa yang ia bayangkan.
Karenanya Majusi tua itu pergi, ia ogah mengemis di hadapan Ibrahim.
Tindakan Ibrahim itu menuai teguran dari Allah SWT.
Ibrahim, mengapa kamu enggan memberi makan dia kecuali dia mau mengganti keyakinannya? Sedangkan Kami selama 70 tahun memberinya makan di tengah kekufurannya.
Andai saja malam ini kau berkenan menghidangkan jamuan untuknya, tentu itu tidak menyulitkanmu, tegur Allah untuk Ibrahim.
Segera Ibrahim insaf usai mendapat teguran. Ia lalu mengejar Majusi tua itu di kegelapan malam.
Nabi Ibrahim AS bersedia memberikan jamuan, sehingga Majusi tua itu keheranan.
Mengapa kamu berubah sikap seperti ini Ibrahim?” tanya Majusi tua.
Nabi Ibrahim bercerita bahwa Allah SWT menegurnya.
Mendengar hal itu, Majusi tua atas kehendaknya sendiri meminta agar Ibrahim menerangkan Islam kepadanya
Benarkah demikian Tuhanmu memperlakukanku Ibrahim? Terangkan Islam kepadaku, kata Majusi tua itu.
Majusi tua itu memeluk Islam setelahnya. Adapun Allah SWT mengampuni dosa-dosa Majusi tua itu karena hidayah yang dterimanya.
*aw/ pjmi/ wi/ nf/ 120425
Views: 16