
Oleh : Muchlis Hassan
Kebiadaban zionis Israel terhadap rakyat Palestina telah mengundang murka separuh penduduk di dunia. Aksi genosida serdadu Israel terhadap warga sipil di Gaza telah melampaui batas-batas wilayah ruang perikemanusiaan.
Dipertengahan bulan ramadhan kemarin, Israel kembali melanggar perjanjian yang telah disepakati dengan Hamas. Kemudian Israel menyerang dengan membabi-buta warga Palestina yang sedang melaksanakan ibadah puasa ramadhan di Gaza. Sejak penyerangan di bulan Ramadhan tersebut ada sekitar 1.250 warga Palestina dikabarkan telah meninggal dunia.
Berdasarkan informasi bahwa sejak tiga tahun terakhir tepatnya tahun 2023-2025 kebiadaban dan kekejaman zionis Israel telah menewaskan 50.856 lebih warga Palestina yang kebanyakan korban terdiri dari perempuan dan anak-anak. Para pemimpin dunia yang memiliki akal sehat mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh tentara zionis Israel itu, termasuk Presiden Republik Rakyat Indonesia, Prabowo Subianto.
Keinginan Presiden Prabowo mengevakuasi penduduk Gaza yang terluka mendapat tanggapan beragam dari dalam negeri. Banyak pihak yang meminta Presiden untuk berhati-hati dalam hal tersebut, mengingat sikap licik Israel dan Amerika Serikat. Karena sebelumnya Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa dirinya akan melakukan evakuasi warga Gaza ke Indonesia.
PRABOWO SENTIL SOLIDARITAS NEGARA TIMUR TENGAH
Sepertinya pada ruang yang senyap dan tidak dapat terdeteksi oleh pandangan mata, Presiden Prabowo sedang “menyentil” solidaritas negara-negara timur tengah, khususnya negara-negara yang mengikat perjanjian Camp David, Abraham dan Oslo dengan Israel
Negara tersebut adalah Maroko, Sudan Mesir, UEA, Qatar, Bahrain, Arab Saudi dan Yordania, negara-negara tersebut menolak negaranya melakukan evakuasi warga Gaza yang menjadi korban kebiadaban zionis Israel. Dan hanya Yordania yang melakukan evakuasi warga Gaza, itupun berlaku hanya untuk anak-anak kecil saja.
Alasan mereka menolak adalah “demi kedaulatan” negeri Palestina sendiri. Sebab apabila mereka mengevakuasi warga Palestina dari Gaza, itu sama saja mempermudah usaha Israel dalam menduduki kota Gaza.
Jauh sebelum meninggalkan Palestina untuk selama-lamanya, Ismail Haniyeh salah satu pentolan Hamas yang dibunuh agen Mossad di Iran pernah menyindir negara-negara tetangganya. Kala itu Ismail mengatakan bahwa para pemimpin negara Arab sebagai kacung Amerika.
Kemarahan Ismail terhadap pemimpin Arab dikarenakan kebanyakan dari mereka bermuka dua. Di satu sisi mereka mengecam tindakan tentara zionis Israel yang menghujani warga Gaza dengan serangan membabi buta, namun di sisi lain mereka sedang duduk manis dalam satu meja dengan para petinggi Israel membicarakan bisnis antar negara.
Kemudian masih ingatkah kita, bagaimana marahnya almarhum pemimpin Libya, Muammar Khaddafi yang melihat kelicikan para pemimpin negara-negara timur tengah memainkan politik dua kaki dalam konflik Palestina-Israel.
Muammar Khaddafi menuduh, bahwa para pemimpin negara-negara arab sebagai anak asuh Amerika, mereka tidak serius mendukung kemerdekaan bangsa Palestina. Khaddafi juga menuduh para pemimpin Arab ingin menjual orang Palestina seperti domba. Muammar Gaddafi bukan tanpa alasan memberikan tuduhan tersebut, sebab dirinya melihat, bahwa diam-diam para pemimpin negara-negara Arab mencoba membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Menurut Khadaffi, negara-negara Arab yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel adalah bangsa “penakut” apapun alasannya. Sebab dengan membuka hubungan diplomatik dengan Israel sama halnya dengan menyiram bensin ke rumah-rumah penduduk di Gaza, dan sama juga mengakui keberadaan negara Israel. Sementara itu para pemimpin negara Arab beralasan, bahwa dibukanya hubungan diplomatik dengan Israel semata-mata untuk bekerjasama dalam hal perdagangan saja.
Namun Muammar Khadafi mencium adanya konspirasi besar terkait dibukanya hubungan diplomatik dengan Israel oleh negara-negara Arab tersebut. Dan Khadaffi menduga, bahwa itu bagian dari melanggengkan kekuasaan mereka. Sejatinya para pemimpin negara Arab tidak ingin kekuasan mereka “digoyang” oleh permainan intelejen Amerika dan Israel seperti yang terjadi pada negara Irak di masa Presiden Sadam Husein dahulu.
“Ketika mereka mengecam dan mengutuk serangan Israel, itu hanya sebagai bahan pencitraan kepada rakyatnya saja, agar terlihat peduli kepada Palestina.” Ujar mantan pemimpin Libya yang terkenal dengan ketegasannya itu.
Terkait dengan rencana pemerintah Indonesia akan melakukan evakuasi terhadap warga Gaza yang terluka karena menjadi korban kebiadaban Israel, adalah sebuah upaya Pemerintah Indonesia “menyindir” keseriusan negara-negara Arab terhadap nasib warga Palestina.
Presiden Prabowo ingin mengatakan, jika negara Arab menolak rencana pemerintah Indonesia mengevakuasi warga Gaza karena kuatir mempermudah Israel menduduki Palestina. Maka mereka harus serius membantu warga palestina.
Prabowo juga ingin mengingatkan kepada negara-negara Arab agar lebih “bernyali” dalam menghadapi agenda Amerika-Israel di timur tengah, begitupun dalam menyikapi persoalan Palestina. Sebab Amerika sendiri mempunyai ketergantungan besar terhadap persediaan minyak negaranya dari negara-negara Arab.
Maka tak mengherankan apabila Donald Trump hanya mengenakan tarif impor 10% kepada negara-negara Arab yang memiliki minyak dan “hubungan baik” dengan negaranya dan Israel.
Sebelumnya pemerintah Amerika telah merilis jumlah negara di timur tengah yang terkena dampak tarif impor sangat kecil (10%), mereka itu adalah, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Libanon, Qatar, Bahrain dan Oman.
Terkait adanya pro kontra di dalam negeri perihal upaya pemerintah Indonesia yang akan melakukan evakuasi warga Palestina yang terluka dari Gaza, kita berharap semua pihak untuk tidak memperkeruh situasi yang ada. Dan kita berharap kepada Presiden Prabowo mampu melobi negara-negara Arab untuk lebih berani “bersuara keras” terhadap nasib rakyat Palestina.
Wassalam
REVOLUSI PUTIH PRABOWO SUBIANTO
Indonesia Maju, Indonesia Jaya !
*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 170425
Views: 22