
Dari pengalaman saya pernah Wartawan Radio, justru ancaman bahaya bagi Rezim tolak kritik Wartawan. Sebaliknya makna kebebasan pers kini makin meluas dengan Netizen bagian dari Wartawan dibatasi aturan. Keteladanan karya tulis Wartawan Prof Buya Hamka karna inspirasi.
Demikian sambutan M Fahmi Diskominfo Pemda Depok pada pembukaan Diskusi memperingati Hari Pers sedunia bertema “Menjaga Kebebasan Pers, merawat demokrasi Negri” yang diselenggarakan SWI (Sekber Wartawan Indonesia) Pimpinan Hery Budiman bersama Panelis Imam Suwandi, Mustafa Ismail, Orator Tora Kundera dan Moderator Siharamses di BJB jalan Margonda, Depok. 22 Mei 2025 sore.
Keynote speaker Imam Suwandi Pengamat Litbang SWI menjelaskan, Kritik wartawan kepada pemerintah bukan musuh tapi mitra dan Snowden bilang bila kritik disalahkan berarti kehidupan dikuasai penjahat.
Kemerdekaan Wartawan lebih tepat dibanding kebebasan pers yang merupakan bagian demokrasi, karna merdeka bercita mencegah dominasi makna ketimbang makna kebebasan bisa tak bertanggung jawab.
Perlunya tiap pribadi mendefinisikannya dirinya. Tantangan kemandirian pers antara idealis dan sejahtra tetap junjung nilai benar dan adil dan tiap profesi harus berkode etik sehingga berlaku hukum karma/ timbal balik pada semua insan.
Profesional panelis wartawan Imam Suwandi yang nampaknya tak merasakan sulitnya proses dari bawah, sehingga tak tahu pada zaman Tabloid ada Wartawan yang justru harus tebus liputannya tiap berita 50 K sehingga sub grup Wartawan mengajukan daftar hadir liputan ke Panitia acara yang dampaknya, panitia bagian wartawan menghilang menjelang acara berakhir. * Mahdi
Views: 34