
WARTAIDAMAN.com
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat hari ini, Jumat (6/6), menggelar puncak acara Hajad Dalem Garebeg Besar, menandai perayaan Hari Raya Iduladha 2025. Acara ini merupakan penutup dari serangkaian prosesi adat yang telah dipersiapkan dengan cermat sejak awal Juni.
Rangkaian perayaan dimulai pada Minggu (1/6) dengan Gladi Resik Pasukan. Sepuluh Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta melakukan latihan di rute Kagungan Dalem Kamandungan Kidul-Pagelaran-Masjid Gedhe.
Latihan ini penting untuk memastikan keselarasan dan ketertiban para prajurit saat mengawal gunungan pada puncak acara Garebeg Besar. Mereka berbaris dengan gagah, diiringi alunan gendhing keprajuritan yang khas dari masing-masing bregada.
Selanjutnya, pada Rabu (4/6), prosesi dilanjutkan dengan upacara Numplak Wajik di Panti Pareden, Kompleks Magangan, Keraton Yogyakarta. Istilah “Numplak Wajik” merujuk pada inti kegiatan tersebut, yaitu menuangkan sebakul wajik – kue ketan yang dimasak dengan gula merah dan santan kelapa – sebagai pondasi untuk Gunungan Wadon.
Selama upacara, musik gejog lesung yang dihasilkan dari bunyi lesung yang dipukul dengan alu, turut memeriahkan suasana. Setelah upacara usai, lulur berwarna kuning pucat yang terbuat dari dlingo dan bengle dibagikan kepada Abdi Dalem dan pengunjung. Lulur dan gejog lesung ini dipercaya sebagai penolak bala.
Numplak Wajik sendiri merupakan penanda dimulainya proses merangkai gunungan, sebuah simbol sedekah raja kepada rakyatnya, yang nantinya akan diarak dan dibagikan saat upacara Garebeg.
Puncak dari seluruh rangkaian kegiatan adalah Hajad Dalem Garebeg Besar. Hajad Dalem merupakan upacara budaya yang rutin diselenggarakan oleh Keraton untuk memperingati hari besar agama Islam, seperti Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Garebeg Besar diadakan setiap tanggal 10 Zulhijah menurut kalender Islam atau 10 Besar dalam kalender Jawa. Sesuai informasi dari situs kratonjogja.id, acara garebeg selalu menampilkan gunungan sebagai simbol sedekah raja kepada masyarakat, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini.
Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah Hajad Dalem Garebeg Besar. Hajad Dalem merupakan upacara budaya yang diselenggarakan oleh Kraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam seperti Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Garebeg Besar sendiri diadakan setiap tanggal 10 Zulhijah menurut kalender Islam atau 10 Besar dalam kalender Jawa. Menurut situs kratonjogja.id, acara garebeg selalu melibatkan gunungan yang merupakan simbol sedekah dari raja kepada masyarakat
Kemudian prosesi kegiatan dilanjutkan dengan Numplak Wajik pada Rabu 4 Juni 2025 di Panti Pareden, Kompleks Magangan, Keraton Yogyakarta. Istilah Numplak Wajik mengacu pada inti kegiatan upacara tersebut. Sebakul wajik, kue dari ketan yang direbus dengan gula merah dan santan kelapa, ditumplak (dituang) untuk dijadikan pondasi Gunungan Wadon.
Gejog lesung, musik dari bunyi lesung yang dipukul dengan alu, dimainkan selama upacara berlangsung. Saat upacara usai, lulur berwarna kuning pucat yang terbuat dari dlingo dan bengle dibagikan kepada Abdi Dalem maupun pengunjung yang hadir. Gejog lesung dan lulur dlingo bengle tersebut dipercaya sebagai penolak bala.
Numplak Wajik merupakan upacara yang menandai dimulainya proses merangkai gunungan, simbol sedekah raja kepada rakyat. Nantinya, gunungan tersebut akan diarak dan dibagikan kepada warga pada upacara Garebeg.
Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah Hajad Dalem Garebeg Besar. Hajad Dalem merupakan upacara budaya yang diselenggarakan oleh Kraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam seperti Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Garebeg Besar sendiri diadakan setiap tanggal 10 Zulhijah menurut kalender Islam atau 10 Besar dalam kalender Jawa. Menurut situs kratonjogja.id, acara garebeg selalu melibatkan gunungan yang merupakan simbol sedekah dari raja kepada masyarakat
Numplak Wajik merupakan upacara yang menandai dimulainya proses merangkai gunungan, simbol sedekah raja kepada rakyat. Nantinya, gunungan tersebut akan diarak dan dibagikan kepada warga pada upacara Garebeg.
Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah Hajad Dalem Garebeg Besar. Hajad Dalem merupakan upacara budaya yang diselenggarakan oleh Kraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam seperti Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Garebeg Besar sendiri diadakan setiap tanggal 10 Zulhijah menurut kalender Islam atau 10 Besar dalam kalender Jawa. Menurut situs kratonjogja.id, acara garebeg selalu melibatkan gunungan yang merupakan simbol sedekah dari raja kepada masyarakat.
Sebelum kirab gunungan dimulai, Sri Sultan beserta keluarga biasanya mengadakan upacara di dalam lingkungan Keraton. Setelah itu, gunungan diarak keluar dengan iringan pasukan prajurit, abdi dalem, dan alunan gamelan Jawa yang khas. Kirab gunungan ini menempuh rute dari Keraton menuju Pagelaran, lalu berakhir di Masjid Gedhe untuk dilakukan doa Bersama.
Secara etimologis, kata garebeg merujuk pada iring-iringan dari keraton yang membawa gunungan. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa kata ini berasal dari “gumrebeg,” yang menggambarkan suara angin atau hiruk-pikuk keramaian yang menyertai jalannya acara.
Makna utama dari prosesi ini adalah semangat kebersamaan dan rasa syukur, yang terjalin erat antara raja dan rakyat. Kegiatan ini terbuka untuk umum. Masyarakat bisa menyaksikan di Pagelaran dan Masjid Gedhe Yogyakarta. Selain itu, pihak Kraton juga menyiarkan kegiatan ini secara langsung melalui media sosial resmi @kratonjogja.
Selama prosesi Hajad Dalem Garebeg Besar berlangsung, pihak Kraton Nyayogyakarta mengimbau kepada masyarakat untuk dapat berlaku tertib dan tidak menerbangkan pesawat tanpa awak (drone) di atas area kirab.
Selama kegiatan Garebek Besar, Wisata Kraton Ditutup selama dua hari pada hari Jumat dan Sabtu 6-7 Juni 2025. Sementara Wisata Tamansari dan Wahanarata hanya akan tutup selama satu hari pada Jumat (6/6). (*)
*riha/ pjmi/ wi/ nf/ 070625
Views: 9