
Oleh : Bang Azis
Menyongsong Ulang tahun Jakarta ke 498 th, Senin 2 juni 2025 di pinggiran laut Jakarta sejumlah manusia betawi berkumpul dan saling berbagi mimpi, ada yang bermimpi betawi seperti para tuan guru atau muallim yang kesohor lantaran kedalaman ilmu agama dan karyanya, ada yang bermimpi betawi seperti pitung yang menjadi jawara kesohor kampung pembela kaum mustda’afin (kaum proletar), ada pula yang bermimpi betawi adalah MH.Thamrin dengan progresifitasnya dalam sikap politik yang kooperatif dengan pemerintah namun tetap kritis di parlemen (volksraad), ada yang bermimpi betawi adalah Benyamin S, budayawan multi talent yang melegenda hingga kini. Masih banyak mimpi (dream) kaum Betawi dalam ruangan yang dihadiri anak Betawi yang makan bangku sekolaan, mulai dari guru besar (profesor), doktor, ulama dan aktifis serta akademisi, budayawan semua tumplek kongkow tentang mimpi besar bersama, tidak ketinggalan ambtenar (pemerintah) Jakarta pun hadir dalam kongkow tersebut, gubernur, wakil Gubernur dan ketua Dewan Perwakilan Daerah. Saya sebagai eresan rengginang hadir dalam acara tersebut tentu begitu girang ada dalam miliu orang pinter (akademisi). Kegirangan saye lantaran siapapun yang ada dalam ruang tersebut pasti menjadi optimis dan melihat Betawi dengan kacamata yang lebih prospektif. Betawi memang etnik yang unik dan keunikannya terkadang hanya menjadi komediti jangka pendek sehingga Budaya Betawi yang muncul hanya budaya material yang sekedar memenuhi target “asal ada” daripada tidak nampak. Bulan juni adalah ulang tahun kota jakarta menurut mazhab pemerintah Daerah Jakarta, Dengan dalil tanggal tersebut adalah tumbangnya portugis ditangan pasukan muslim yang dikomandoi Pangeran Fatahilah, yang dikenal dengan semangat juang nya “Inna Fatahna Lakafathann Mubiina” (sungguh telang datang kepadamu kemenangan yang sempurna) atau dalam bahasa singkatnya “Jaya Karta” kemudian menjadi Jakarta. Sebagai eresan rengginang di Betawi saya mencoba menafsirkan dan memahami mimpi kaum Betawi lewat kongkow yang srius, santai atau yang cuma sekedar gerutuan bahkan candaan sekalipun karena bagi saya itu semua unggahan alam bawah sadar kaum Betawi yang ingin Betawi lebih unggul dan lebih terasa keberadaannya. Saye menangkap mimpi tersebut dalam tiga hal saja lebih dahulu, yakni ; Pertama, Sumber Daya Betawi (SDB). Perubahan sebuah peradaban akan berjalan dengan baik dan apik ketika kelompok berpendidikan (anak sekolahan) yang menjadi garda terdepan dalam sebuah gerakan. Begitupun jika kaum betawi ingin menjadi tuan di kampungnya sendiri. Kedua, wadah (institusi) Kebetawian yang kuat, Potensi betawi yang terserak tidak akan memiliki arti apa-apa jika tidak terorganisir dengan baik, kalo mengutip perbahasa betawi (pribase kate) ; “Kaya labu kaga dikebonin, Geluntungan aja masing-masing !”. Saat ini sumberdaya manusia Betawi sudah banyak yang potensial, hampir setiap rumah keluarga betawi pasti ada sarjana nya. Oleh karenanya perlu ada institusi Kebetawian yang diisi oleh kaum Betawi yang memiliki kepemimpinan yang kuat (strong leadershif), apapun nama institusi tersebut, jika mengacu pada amanat Undang-undang nomor 2 tahun 2024 pasal 31 wadah teraebut adalah Lembaga Adat Masyarakat Betawi. Ketiga, bangun ekosistem Budaya Betawi. Ekosistem budaya Betawi tersusun atas susunan interaksi yang saling menunjang antara pelaku, pengguna, infrastruktur, lingkungan, dan unsur-unsur kebudayaan dalam suatu kawasan tertentu. Seluruh unsur terhubung dengan berbagai rantai kerja yang mempertukarkan jasa, benda, dan makna. Dengan adanya Undang-undang nomor 2 tahun 2024 serta komitmen yang kuat Gubernur Pramono menjadi momentum bagi kaum Betawi untuk berbenah dan menata ulang rumah besar kebetawian, agar kedepan Betawi menjadi generasi unggulan di Nusantara bahkan global. Inilah tafsir mimpi. Namanya juga tafsir bisa benar bisa salah…
*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 120625
Views: 45