Bagai Kancil Mencuri Pizza(?) Orang Orang Yang Tidak Merugi

Posted by : wartaidaman 26/06/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

Sesungguhnya semua orang merugi, kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh dan saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran

Kisah Si Fulan yang terbang bagai burung, merupakan gambaran tentang gejolak hati manusia dalam menghadapi setiap ujian yang datang menghampiri.

Saat si Fulan melangkahkan kakinya untuk beribadah ke masjid, seperti ada yang bersuara, mengolok-olok dirinya:

“Hai, Fulan, mentang mentang udah pangsiun, kau sekarang rajin sholat ke masjid, ya.

Apa kau lupa dengan dosa dosa yang telah kau perbuat selama ini?

Apa kau merasa Allah Ta’ala akan mengampuni dosa dosamu?”

Sesungguhnya Si Fulan sedang melakukan usaha untuk meneguhkan iman dan mencoba beramal sholeh. Tetapi ada saja ujian atau cobaan atau hadangan bahkan ancaman datang.

Manusia boleh melakukan usaha.

Tetapi Si Fulan tidak surut dalam berusaha, dia bahkan berharap Allah Ta’ala melindungi dirinya. Dia berusaha melakukan amal baik.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)

Tauhid mendorongnya untuk tetap berusaha berada dalam jalur orang orang yang beriman dan beramal sholeh.

Taqdir Allah mengijinkan usaha Fulan.

Usaha dan Taqdir juga dapat dilihat dari kisah ujian pada Hajar.

Ujian

“Suamiku, apakah kau tinggalkan kami, karena perintah Allah?” Tanya Hajar yang menggendong Ismail, kepada Ibrahim.

Ibrahim mengangguk.

“Kalau begitu pergilah. Biarlah Allah yang menjagaku bersama bayi ini.” Kata Hajar.

Tapi saat Ismail, bayi itu menangis, Hajar tidak tahan. Hajar pun meletakkan Ismail di suatu tempat.

Usaha

Lalu Hajar berlari-lari kecil untuk mencari air, dari bukit safa ke bukit marwa. Saat tidak dijumpainya air. Hajar pun berlari-lari lagi dari bukit Marwa ke bukit Safa. Hajar berusaha.

Taqdir

Tetapi taqdir menentukan lain. Mata air justru muncul dari tendangan kaki-kaki mungil Ismail.

Masya Allah Baarakallah.

Begitu pula dengan dinamika kehidupan yang dijalani setiap orang. Ujian, usaha dan taqdir akan selalu datang dan pergi silih berganti tak henti-henti, seperti kisah Bagai Kencil Mencuri Pizza ini.

Bagai Kancil Mencuri Pizza

Sungguh support sohib cerdas kesayangan Big Bos USA waktu itu, menguatkan diri saya, untuk mencoba mengajukan usul sebagai peserta undangan ke Jepang. Namun bagaimana caranya, apa alasannya, apakah posisi out sider masih terdapat pada list?

Tengah malam baru masuk ke Pekanbaru, bersama rombongan Tim Jerman, namun pagi-pagi harus ke VIP Bandara.

Muhasabah yang dilakukan tidak berujung pada aksi ke Jepang.

Big Bos USA memberi informasi, jika Tim Jerman akan berusaha audiens dengan petinggi daerah, maka harus dapat ke VIP Bandara, sebelum pesawat paling pagi berangkat. Nampaknya Big Bos USA juga berusaha untuk dapat mempertemukan Tim Jerman kepada petinggi daerah.

Namun dampak yang harus, saya terima adalah, belum cukup istirahat dalam perjalanan darat dua hari dua malam, Pekanbaru-Rantau Parapat PP, pagi pagi harus sudah mengantar Tim Jerman ke Bandara. Subhanallah.

Hal tersebut membuat pikiran untuk bisa berangkat ke Jepang, langsung hilang. Apalagi kalau mengingat ada 3 Bos, yang mempunyai peluang lebih besar untuk mendapat disposisi, dibanding saya, si Kancil yang sok hebat.

Sebetulnya yang paling berhak menjalankan tugas tersebut adalah Bos USA, namun beliau sedang dalam posisi sebagai peserta DiklatPim 2 di luar kota. Jadi bagaimana si Kancil mau bersaing dengan Bos Bos lain untuk mendapatkan kesempatan peluang undangan ke Jepang?

Jadi wajar kalau kemudian ada yang bertanya-tanya, jadi bisa dapat disposisi ke Jepang tidak? Tentu sebagai sesama anggota Kagama merasa perlu tahu, merasa Kagama Care, untuk dapat mengetahui perjuangan seniornya yang indigenous people ini. Memori walau pun pahit pun dapat menjadi manis, kalau semuanya telah terjadi dan tidak perlu disesali.

Memori tentu saja ada yang pahit dan ada yang manis.

Memori pahit

Pada saat Tim Jerman menunggu di VIP, tentu saja belum kelihatan kalau kursi hanya terbatas. Namun begitu Big Bos USA datang, baru terasa, bahwa si Kancil ini, bukan siapa siapa di ruangan itu. Si Kancil tugasnya hanyalah, mendampingi tamu, kebetulan tamunya dari Jerman. Apalagi kalau nanti petinggi daerah sudah datang.

Tentu akan semakin penuh lah ruangan VIP itu. Sudahlah badan capek, bukan pula orang yang dapat berperan secara signifikan di ruangan itu, Bagus menyingkir ke luar dari ruangan VIP itu saja, pikir saya.

Tim Jerman yang waktu di lapangan akrab pun, tentu saja langsung berinteraksi dengan Big Bos USA. Opportunity Cost ke luar dari ruangan VIP sebetulnya menghilangkan peluang untuk dapat bertemu Big Bos USA secara lebih lama. Dus itu secara otomatis peluang untuk membicarakan pejabat yang akan berangkat ke Jepang juga hilang.

Namun keputusan mengambil posisi di luar ruangan, merupakan keputusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. tidak perlu sakit hati, karena memang posisi saat itu, bukan sebagai orang yang berisi. Walau pun itu terasa pahit di hati. Pepatah “Nrimo Ing Pandum” kembali menjadi pegangan, supaya suatu hal yang pahit pun dapat dirasa manis.

Memori manis

Ketika petinggi daerah belum juga datang, nampak Big Bos USA ke luar dari ruang VIP, bahkan seolah menuju tempat saya, si Kancil berdiri. Waduh, ada tugas apalagi, nih? Kalau harus mempercepat kedatangan petinggi daerah, rasanya tidak mungkin ? Namun mengapa Big Bos USA, berjalan ke arah si Kancil berdiri?

“Tolong pegang ini Jok!” seru Big Bos USA, sambil memberikan tas kecil beliau kepada saya. Kemudian Big Bos USA berlalu menuju toilet. Lho rupanya tanpa disadari si Kancil tadi berdiri di dekat toilet.

Namun ternyata hal itu membuat si Kancil, tiba-tiba terbertik ingin berusaha. Sabar dan tawaqal adalah pegangan jika terjadi musibah, atau nasib buruk, namun usaha tidak boleh ditinggalkan. Soal hasil itu bukan lagi ketentuan makhluk.

‘Nrimo ing Pandum’ harus diganti dengan ‘Pucuk dicinta Ulam tiba’, pikir si Kancil. Tampaknya Muhasabah kali akan berujung kepada aksi untuk urusan undangan ke Jepang.

It’s now or never!

Begitu Big Bos USA ke luar nanti, dan mengambil tasnya, akan ada waktu beberapa detik, bagi saya untuk mengajukan usulan menjadi peserta undangan ke Jepang.

“Kau_Tahu_Siapa?” ah si Kancil mencuri Pizza.

Taqdir baik berpihak kepada Fulan, setelah Fulan melakukan usaha untuk beramal sholeh, maka Fulan pun terbang bagai burung dengan dua sayap, sayap yang satu penuh rasa takut terhadap azab Allah yang sangat pedih, sayap yang lain penuh harap akan ridhlo Allah Ta’ala.

Taqdir baik berpihak kepada Hajar, setelah berusaha mencari air dengan berlari-lari antara dua bukit safa dan marwa, justru air muncul dari tendangan kaki kaki mungil Ismail.

Tetapi karena taqdir sering tidak diketahui manusia, baik itu taqdir baik mau pun taqdir buruk, maka keputusan yang dilakukan pun dapat berbeda, bahkan perbedaannya kadang dapat menjurus ke arah ekstrem.

Ada yang menganggap setiap manusia harus menerima taqdir saja, tidak perlu melakukan usaha.

Ada yang beranggapan bahkan taqdir itu tidak ada, manusialah yang menentukan taqdirnya sendiri, dengan melakukan usaha yang keras untuk dapat mencapai keinginannya, untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya.

Kisah Bagai Kancil Mencuri Pizza merupakan kisah yang menunjukkan adanya usaha manusia.

Ada pun hasil itu Ketentuan Allah Ta’ala.

Bagaimana menurut anda?

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

*mjkr/ pjmi/ wi/ nf/ 260625 

 

 

Views: 33

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *