
oleh: Amir Kumadin
Setiap orang, apakah dia muslim atau non muslim (kafir), tetap akan mendapat rahmat Allooh ‘Azza wa Jalla. Rahmat-Nya analog dengan sinar matahari yang menyinari dunia, siapapun orangnya, akan mendapatkan sinar tersebut. Begitulah ilustrasi rahmat-Nya yang menyelimuti segala ciptaan-Nya.
Setiap dari Anda pasti secara otomatis mendapatkan rahmat-Nya, tapi tidak semua diantara Anda bisa mendapatkan berkah atau keberkahan dari-Nya. Rahmat itu banyak, tak terbilang dan tak terbayang.
Rahmat adalah kasih sayang Allooh ‘Azza wa Jalla kepada segala ciptaan-Nya. Sedangkan berkah adalah bertambahnya kebaikan setelah datangnya kebaikan. Lebih spesifik lagi, bahwa berkah adalah dengan rahmat-Nya yang Anda dapat, yang Anda gunakan, lalu Anda semakin taat pada-Nya. Setiap rahmat itu hakikatnya baik, lalu rahmat itu harus Anda ambil untuk dijadikan kebaikan lagi dan kemaslahatan diri, orang lain, dan alam semesta. Itulah berkah.
Hidup itu rahmat, udara (alam semesta) itu rahmat, orang tua itu rahmat, sehat itu rahmat, sakitpun itu rahmat, rezeki yang berupa uang atau mobil itu rahmat, gagal atau bahkan bencana itu rahmat, macet atau kemacetan itu rahmat, krisis ekonomi itu rahmat, umur itu rahmat, dan setiap kejadian yang Anda lihat dan yang menimpa Anda adalah manifestasi dari rahmat-Nya juga.
Kunci untuk merubah rahmat menjadi berkah adalah ada pada pilihan dan sikap Anda terhadap rahmat yang Anda terima, rahmat yang Anda rasakan, dan rahmat di sekitar dimana Anda berada (hidup).
Anda tidak bisa memilih orang tua Anda dimana Anda dilahirkan oleh mereka, tapi begitu sadar bahwa Anda punya pilihan, maka Anda bisa memilih mau jadi apa Anda di masa depan. Atau juga, Anda bisa memilih dan bersikap untuk bersyukur atau kufur, Anda bisa memilih untuk bahagia atau sengsara, untuk sukses atau serba kekurangan.
Jika Anda memilih dan bersikap untuk bersyukur, berbakti, dan patuh kepada mereka, maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi berkah buat Anda.
Sebaliknya, jika Anda memilih untuk kufur, tidak mengakui mereka sebagai orang tua Anda, membangkang kepada mereka berdua, maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi petaka dan adzab buat Anda.
Anda mendapatkan dan punya uang, lalu uang itu Anda belanjakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, untuk sedekah, dan untuk membantu orang lain, maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi berkah buat Anda.
Sebaliknya, Anda memilih menggunakan uang itu untuk membeli barang haram, berfoya-foya, menyuap, dipakai untuk segala sesuatu yang haram lainnya, maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi petaka dan adzab buat Anda.
Anda tidak bisa menolak krisis ekonomi (musibah dan bencana) yang menimpa bangsa Indonesia, atau yang menimpa Anda. Tapi jika Anda memilih dan bersikap untuk memanage uang belanja dengan skala prioritas tanpa harus meninggalkan sedekah, tidak boros, tidak berfoya-foya, merintis usaha, dll. Atau dengan musibah itu menjadi jalan bagi Anda untuk melakukan introspeksi (muhasabah) dan bertaubat. Dimana pada akhirnya Anda bisa melewati krisis itu dengan berhasil. Maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi berkah buat Anda.
Sebaliknya, jika Anda memilih dan bersikap untuk tidak mengatur uang dengan baik, berlaku boros, dst, maka pada akhirnya Anda pailit, gali lubang tutup lubang, menipu, curang, berbohong, mencuri dsb. Atau karena musibah itu, menjadikan Anda tidak bersyukur, kufur, dan bahkan menyalahkan dan menghujat Tuhan. Maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi petaka dan adzab buat Anda.
Anda menemukan kemacetan di jalan raya, dan Anda tentu tidak bisa menolaknya, tapi Anda bisa memilih untuk berdzikir, mendengarkan murotal, membaca buku, sambil menunggu kemacetan pelan-pelan lancar. Dengan begitu, justru kemacetan itu sebagai wasilah mendapatkan ketenangan batin, menambah ilmu, dan meraih pahala. Maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi berkah buat Anda.
Sebaliknya, jika Anda memilih dan bersikap untuk nyesel lewat jalan itu, menggerutu, mengeluarkan kata-kata kotor, tidak sabar, bahkan menghujat Tuhan. Maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi siksa dan adzab buat Anda, bukan hanya di akhirat nanti tapi di dunia ini sudah bisa Anda rasakan.
Anda diberi umur hingga detik ini, atau umur panjang, lalu Anda memilih dan bersikap untuk memaknai dan bersyukur atas umur tersebut. Yaitu, dengan melakukan banyak amal sholih dan melakukan segala sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan alam sekitar. Maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi berkah buat Anda.
Namun demikian, hal ini berlaku sebaliknya, jika Anda menyia-nyiakan waktu yang tersisa dari umur Anda, yaitu dengan bertambahnya maksiat dan dosa, maka berarti Anda telah merubah rahmat itu menjadi petaka dan adzab buat Anda.
Jika saya mau, maka saya bisa memberikan contoh-contoh yang begitu banyak, bahkan bisa berjilid-jilid buku tebal, tapi saya tahu bahwa Anda maunya membaca yang singkat dan pendek-pendek saja, sehingga itu menjadi alasan buat saya kenapa saya tidak perlu memaparkan contoh-contoh lebih lanjut tersebut…hehehe.
Untuk lebih menjelaskan tulisan ini, maka lihatlah pada tulisan saya yang lain, “Anda Mau Pilih Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba, Atau Anda Mau Pilih Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula: Tiap pilihan yang Anda ambil, maka otomatis sudah ada 4 potensi resiko yang mengikuti di belakangnya …..!”
Begitulah kira-kira resikonya, apakah Anda mampu atau tidak mampu, untuk merubah rahmat menjadi berkah?!
Singkat kata, bahwa kemampuan Anda untuk merubah rahmat menjadi berkah adalah dengan pilihan dan sikap yang benar, ditambah lagi, dengan kecerdasan dan kecerdikan Anda demi kemaslahan (kemanfaatan) orang lain dan alam semesta.
Kalau Anda flash back sedikit ke belakang, pada tahun 1990-an, Anda akan tahu bahwa ada serial drama penuh aksi, yakni MacGyver. Dalam film itu, MacGyver adalah aktor utama, seorang lelaki yang sangat cerdas dan cerdik sekaligus. Dia lebih suka membasmi segala bentuk kejahatan tanpa senjata api dan bisa menggunakan apa saja yang ada di hadapannya menjadi senjata dan untuk ngibuli musuh (penjahat). Dia dengan kecerdasan dan kecerdikannya yang luar biasa itu juga, selalu bisa lolos dari segala kondisi yang sangat membahayakan dirinya dan dari maut.
Begitulah kira-kira, agar Anda bisa merubah rahmat menjadi berkah, maka ambillah hikmah dan pelajaran dari film itu. Jadilah Anda, minimal seperti MacGyver, dalam kehidupan empiris yang nyata.
Sehingga Anda akan:
👉Selalu bisa merubah kelemahan menjadi kelebihan dan kekuatan yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun.
👉Selalu bisa merubah atau mengambil hikmah dan pelajaran dari hal-hal yang nampak negatif menjadi hal-hal positif.
👉Selalu punya akal untuk mencari jalan keluar (solusi).
👉Selalu punya cara untuk keluar dari kemelut dan masalah.
👉Selalu bisa memanfaatkan apa saja yang di hadapannya menjadi berguna.
👉Selalu bisa menyulap segala sesuatu menjadi emas (berguna) bagi siapapun.
👉Selalu bisa merubah rahmat atau segala sesuatu menjadi berkah.
*mdp/ pjmi/ wi/ nf/ 280625
Views: 36