Takziyah Imam Aziz Kiai Kampung, Intelektual Lintas Iman Telah Berpulang

Posted by : wartaidaman 12/07/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Kabar berpulangnya KH Imam Azis pagi tadi berrdar di grup WA para wartawan. Informasi berisi tentang _seda_nya dan jadwal pemakamannya.
Kiai Imam Azis adalah mantan wartawan Jawa Pos dan Mas Imam –saya biasa memanggil begitu– sebagai pemikir muda Islam yang progresif. Mas Imam Aziz — adalah sosok kiai kampung yang sederhana, namun memiliki intelektualitas yang melintasi batas-batas ruang, iman, dan zaman. Pendiri LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial) ini wafat meninggalkan jejak mendalam bagi dunia pemikiran Islam progresif dan jembatan antariman di Indonesia.

KH Imam Aziz bukan hanya seorang pemikir, melainkan juga seorang pelaku. Ia menjadikan pesantren dan masyarakat sebagai ladang dakwah yang membumi. Ia mengajarkan bahwa keberislaman tidak cukup hanya tampak dari penampilan dan retorika, tapi harus terasa dari keberpihakan kepada kaum lemah dan keterbukaan terhadap perbedaan.

Soal keberpihakan pada kaum lemah ini bisa dilihat pada kiprahnya mengelola Pondok Pesantren Bumi Cendekia. Juga pada catatan akhir, epilog, buku Catatan dari Wadas karya Bung Markijok eh Rumekso Setyadi.
Melalui LKiS, Mas Imam memperkenalkan wajah Islam yang ramah, inklusif, dan penuh dialog. LKiS bukan hanya rumah bagi ide-ide pembaruan Islam, tetapi juga tempat pertemuan lintas iman dan lintas disiplin. Dalam setiap diskusi, dalam setiap buku yang diterbitkan, dan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat, Imam Aziz meletakkan prinsip bahwa agama harus hadir untuk memperkuat kemanusiaan.

Pergaulannya lintas agama bukan basa-basi. Ia menjalin persahabatan dengan para pemimpin agama lain — dari pastur hingga bhikkhu — tanpa kehilangan jati dirinya sebagai seorang kiai. Ia mampu menjadi jembatan, bukan hanya antara umat Islam dan non-Islam, tetapi juga antara generasi muda dan tradisi pesantren, antara teks dan praksis sosial.

Sebagai kiai, KH Imam Aziz tetap bersahaja. Ia tinggal di tengah masyarakat, menebar ilmu tanpa sekat, dan hadir dalam keseharian umat. Tidak ada jarak antara kata dan laku. Kesederhanaan menjadi gayanya, tapi pemikirannya melampaui zamannya. Ia adalah contoh nyata bahwa seorang kiai bisa menjadi pemimpin spiritual sekaligus intelektual sosial yang visioner.
Banyak tokoh bangsa kehilangan kiai progresif ini diantaranya Prof Mahfud MD mantan Menkopolhukam RI yang datang melayat langsung dan memberikan kesan, “Saya melayat kepergian sahabat, Kyai Imam Azis, intelektual NU yang meninggal dunia dini hari tadi di Yogyakarta. Almarhum dikenal kritis dalam pengembangan pemikiran Islam. Pendiri Lembaga Kajian Islam dan Sosial, Ketua PBNU, terakhir menjadi Stafsus Wapres Kyai Ma’ruf Amin.Allahummaghfirlahu warhamu wa’afihi wa’fu’anhu.”
Demikian juga salah seorang budayawan NU, Zastrouw Al Ngatawi turut menulis kesan pada almarhum,” Masa2 sulit kami saat menjadi aktivis mahasiswa di Yogya, mas Imam adalah tumpuan hidup kami. Beliau tidak hanya memberi asupan ideologi dan inteleltual yg membuat semangat pergerakan kami terus menyala, tapi juga memberi topangan logistik saat kami kelaparan dan perlu bayar kuliah.Beliau benar2 jadi guru, pembimbing dan pelindung para yunior yg sabar, tlaten dan konsisten.Selamat jalan mas Imam, beristirahatlah dengan tenang di sisiNya.
Semoga keluarga yg ditibggalkan diberi kesabaran dan keikhkasan.
Lahu alfaatihah..”
KH. Imam Aziz lahir di Pati, Jawa Tengah, pada 29 Maret 1962. Ia merupakan putra dari KH Abdul Aziz Yasin, seorang santri KH Ali Maksum Krapyak, Rais Aam PBNU periode 1981–1984, dan Hj. Fathimah. Sejak muda, Mas Imam telah menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap dunia pemikiran Islam dan gerakan sosial. Pendidikan formalnya ditempuh di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (kini UIN). Di IAIN Jogja ini ia aktif dalam Lembaga Pers Mahasiswa Arena dan organisasi kemahasiswaan PMII, bahkan ia sempat menjabat sebagai Ketua Umum PMII Cabang Yogyakarta 1986-1987. Salah satu warisan intelektual dan sosial yang paling dikenal dari beliau adalah pendirian Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) di Yogyakarta. LKiS menjadi wadah penting bagi pengembangan pemikiran Islam progresif dan advokasi sosial yang berpihak pada kaum marginal. Selain itu, beliau juga menjadi penggerak utama dalam Syarikat (Masyarakat Santri untuk Advokasi Rakyat), sebuah komunitas santri yang fokus pada advokasi rakyat dan rekonsiliasi nasional. Dalam lingkup Nahdlatul Ulama, KH Imam Aziz dikenal sebagai tokoh pembaharu yang berani dan visioner. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010–2021. Di masa kepemimpinannya, beliau turut mendorong penerbitan Ensiklopedia NU pada tahun 2014 dan menjadi Ketua Panitia dua muktamar besar NU: Muktamar ke-33 di Jombang (2015) dan Muktamar ke-34 di Lampung (2021) . Belakangan, beliau mengabdikan diri sebagai pengasuh Pesantren Bumi Cendekia di Yogyakarta, sebuah pesantren yang tidak hanya menjadi tempat pendidikan agama, tetapi juga pusat pengembangan pemikiran dan gerakan sosial. Pesantren ini jadi cerminan semangat beliau dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan keadilan sosial dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Kiai Imam Aziz wafat pada Sabtu dini hari, 12 Juli 2025, pukul 00.46 WIB di Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta .
Jenazah di Makamkan di Kompleks Pondok Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta. Gombang, Tirtoadi, Mlati Sleman DIY pada Sabtu (12/7). Sebelumnya, jenazah disemayamkan di Rumah duka Turen Sardonoharjo kemudian diberangkatkan menuju Kompleks Pondok Pesantren Bumi Cendekia.
KH Imam Aziz meninggalkan Rindang Farihah (isteri), Agusta Ann Talattova (anak), Muhammad Birru Kamayasya (anak), Feliq Kenza Azizy (anak), dan Kaylatasya Mafata (anak).
Kini, Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Dunia pesantren kehilangan cahayanya. LKiS kehilangan sosok pendirinya. Dan kita semua kehilangan seorang penuntun jalan dalam menapaki Islam yang berpihak pada keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.

Semoga Allah SWT menerima semua amal baik beliau, melapangkan jalan ke surga, dan menempatkan beliau bersama para kekasih-Nya. Aamiin.

Selamat jalan, Yai. Jejakmu akan terus menjadi cahaya di jalan damai dan persaudaraan. (*) Aji Setiawan

 

 

*wsu/ pjmi/ wi/ nf/ 120725

Views: 15

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *