Cinta Tanpa Gengsi: Lima Terjengkang Gempa, Zaskia Menari-nari

Posted by : wartaidaman 21/07/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

Dua hari ini Lima sungguh sangat sibuk. Bukan main pekerjaan yang harus diselesaikan. Betul-betul menguras tenaga dan pikiran. Namun Alhamdulillah, atas ridhlo Allah, smua dapat diatasi dengan baik.

Senin pagi, Lima sudah dapat tantangan berat. Belum hilang rasa penat badan, tetapi tantangan berat pekerjaan harus ditanggulangi. Lima mambaca klausul perjanjian. Melihat permasalahan yang timbul. Membaca data perusahaan yang bermasalah. Lima memutuskan untuk segera menangani masalah yang terjadi.
###

“Berapa gaji anda sekarang?” tanya Lima pada salah seorang pimpinan kelas menengah perusahaan yang ditangani Lima.

“Lima juta, Bu.”

“Apakah gaji anda cukup untuk membiayai keluarga?”

“Tidak cukup, Bu.”

“Apakah anda ingin mendapat penghasilan lebih dari sekarang?”

“Oh ya tentu. Setiap orang yang bekerja di perusahaan ini, ingin penghasilannya bertambah. Apakah Ibu dapat menaikkan gaji kami?”

“Anda sendiri yang dapat menaikkan gaji anda!” Tegas Lima.

“Ibu ini bagaimana? Sudah bertahun kami bekerja di sini. Berharap perusahaan memperhatikan nasib kami. Tetapi Ibu bilang, kami lah yang dapat menaikkan gaji kami. Bagaimana caranya?”

“Pertanyaan yang bagus.” Balas Lima.

“Bagaimana perusahaan bisa memberi anda kenaikan gaji?” Tanya Lima.

“Ya. Kalau perusahaan peduli terhadap nasib kami!”

“Apakah anda peduli terhadap nasib perusahaan?” Tanya Lima lagi.

“Perusahaanlah yang seharusnya peduli terhadap nasib karyawannya. Bukan karyawan yang harus peduli terhadap perusahaan!”

“Dari mana perusahaan dapat memberi gaji kepada anda?” Tanya Lima.

“Dari keuntungan perusahaanlah.”

“Bikin perusahaan anda untung besar, maka anda akan mendapat kenaikan gaji yang seimbang dengan keuntungan perusahaan.” Tegas Lima.

“Caranya?”

“Rubah perilaku kerja yang tidak efektif. Tingkatkan produksi. Setiap lini akan memberikan pengaruh pada lini yang lain. Termasuk lini yang anda butuhkan, akan mempengaruhi kinerja lini anda. Anda semua harus sepakat untuk berubah.

Bagi personal yang tidak mau berubah akan ketinggalan. Bahkan bisa jadi terkena phk. Itu hukum alam!” Tegas Lima.

“Bu. Tolong sering-sering datang ke kantor kami. Tetapi biarkan kami bekerja lebih baik sekarang. Nanti saya akan meeting kepada karyawan yang berada di bawah saya. setelah itu, kami akan mencoba berkoordinasi di level yang sama. Kami akan mencoba bangkit. Kami sadar kami harus sejahtera. Tetapi perusahaan juga harus maju.”

“Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.” Balas Lima.

“Insya Allah, kalau nanti kami sudah berhasil, kami akan menghubungi Ibu.

Boleh kami tahu nama Ibu?”

“Lima.”
###

Sesampai di kantor, pimpinan perusahaan sudah menunggu. Ada segepok amplop sangat tebal di meja Lima. Lima hanya tersenyum.

“Perjanjian yang kita sepakati, tidak sampai setebal itu. Entah kalau itu uang ribuan.” Kata Lima.

“Kau tidak mempercayaiku, Lima?”

“Kau yang tidak mempercayaiku.” Balas Lima.

“Itu memang di luar dari perjanjian. Aku menambahnya dua kali lipat, kalau saja kau mau menjadi isteriku.”

“Bawa uang itu kembali dan ke luar dari ruanganku sekarang juga. Jangan menghubungi lagi. Security. Bawa tamu ini ke luar!”

“Lima bukan itu maksudku. Sebetulnya aku hanya ingin memberitahu kepadamu tentang sesuatu.”

“Security!”

“Baik Bu.”

‘Kurang ajar mereka. Memang aku ini siapa?’ Pikir Lima.

Lima menghela nafas. Ada notifikasi email. Begitu Lima klik. Ada tambahan dana ke rekening Lima, 4 kali dari perjanjian yang Lima sepakati dengan kline yang dimarahinya tadi.

“Kalau itu, terserah kalian lah.” Kata Lima.

Ada lagi notifikasi WA.

‘Apa pula si Adhieyasa ini.’ Batin Lima.

Lima ingin istirahat. Lima ingin pulang cepat.
###

Pagi ini Lima masuk ke kantor seperti biasa. Setelah browsing berita sebentar, Lima tiba-tiba tertarik dengan salah satu foto yang ada di sana.

‘Bukankah itu foto Lima? Ada apa dengan foto Lima.’ Pikir Lima.

Beberapa perusahaan memberikan testimoni, tidak jadi memphk karyawannya dan ada foto tambahan pada saat jam kerja perusahaan tampak sepi dari luar. Karyawan tampak ramai di luar hanya pada saat makan siang. Tidak ada lagi karyawan yang keluyuran seperti sebelumnya.

Lima menghela nafas lega.

“Alhamdulillah, semoga karena ridhlomu ya Allah. Semua usaha berjalan baik.”syukur Lima.

Tiba-tiba ada notifikasi WA lagi.
Ih.

‘Ngapain sih si Adhieyasa ini?’ Pikir Lima jengkel.

‘Tapi kalau dipikir-pikir aneh juga, ya. Sampai saat ini, Andro belum menghubunginya. Apakah Andro masih di Babel atau entah di mana. yang jelas, jangankan Andro pulang ke rumah, kontak saja belum. Tapi si ganteng ini. Mencoba kontak Lima terus. Busyet.’ Lamun Lima.

Sudah hari Jum’at. Andro belum juga kontak. Kemarin-kemarin Lima sibuk. Coba Lima kontak. Tidak ada nada masuk.

‘Ke mana Andro?’ Pikir Lima.

Tiba-tiba cling. Itu nada si ganteng Adhieyasa.

‘Ah. Anak ini. Tapi dia sahabat Andro. Siapa tahu Adhieyasa tahu di mana Andro?’ Pikir Lima.

[Lima sehat?]

‘Oh begitu saja yang pengin dia tahu dari Lima?’ Pikir Lima.

Kalau hanya itu, biar sajalah. Bagus Lima pulang cepat hari ini. Kalau perlu sebelum sembahyang Jum’at.

Sampai di rumah Lima terkejut. Pintu rumah sudah terbuka. Lima masuk tidak ada orang di ruang tamu. Tapi begitu Lima masuk kamar. Astaghfirullah. Andro sedang berdua dengan Zaskia.

“Ke luar kalian dari rumahku sekarang juga!” Sergah Lima.

“Ayo ke luar cepat sebelum aku panggil polisi kemari!” Tegas Lima.

“Akan kuurus surat surat cerai kita.” Lanjut Lima.

Lima tidak mampu berdiri tegak lagi. Lima berasa terjengkang gempa. Sementara ke dua matanya masih sempat melihat, Zaskia menarik Andro ke kanan ke kiri karena badan Andro yang berat. Dalam pandangan Lima, seakan-akan Zaskia menari-nari.

Tangan kanan Lima mengacung ke depan.

‘Kurang ajar kau. Masya Allah. Ampuni hambamu ini.’ Luruh Lima walau suaranya hanya dapat sampai di tenggorokan saja. Tubuh Lima terasa tidak bertenaga.

Samar samar Lima melihat ada mobil Susuki Ertiga parkir di dekat rumahnya.

Lima terduduk.

Sore sampai malam hari, mobil Susuki Ertiga itu masih parkir di tempat yang sama.

Menjelang subuh, ketika tubuh Lima sudah merasa agak kuat. Lima mendekati mobil itu.

“Mau minum kopi, teh, atau susu?” Tanya Lima.

Kaca jendela mobil itu perlahan terbuka. Adhieyasa ada di dalam mobil itu.

“Teh manis, gulanya sedikit.” Jawab Adhieyasa.

 

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

 

 

 

*mjkr/ pjmi gl/ wi/ nf/ 210725 

 

Views: 32

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *