
WARTAIDAMAN.com
Oleh : Yadhie Mohammad
Negeriku baru siuman dari tidur panjang
Dentuman bersahutan bercampur aroma mesiu disambut suara-suara perlawanan dari sudut-sudut gang
Rakyat murka
Ingin melumat semua lelaki bersenjata yang telah merenggut satu rekan seperjuangan
Anak yang belum genap dewasa nyawanya meregang dihimpit roda kendaraan lapis baja
Tak ada maaf!
Tak ada sesal!
Pun, tak ada pekik takbir!
Mungkin lupa
Atau memang semua penduduk negeri sudah tak terbiasa hidup berasama Tuhannya?
Malam yang dibalut mendung tipis justru ikut memompa amarah orang-orang meluapkan dedamnya
Suaranya melebihi dentuman rudal yang menghujam di jantung Negeri Semangka:
Anjing!
Babi!
Bangsat!
Monyet!
Mati kau!
Satu lelaki bersenjata tumbang!
Bersimbah peluh dan berselimut darah
Sorak sorai kembali membahana hingga menyentuh langit
Mendung kian menebal
Detak jantung negeriku terpacu rapat
Mencekam!
Satu kalimat menyelinap di gendang telingaku: malam ini skor satu lawan satu
Negeriku baru siuman dari tidur panjang
Lelaki tua berjalan pincang menuju istana
Dari mulut besarnya masih menebarkan aroma bau naga
Mukanya pucat
Mulut besarnya terkatup rapat
Dari balik pintu bocah titipan yang bola matanya menggantung di kelopak mata memberinya aba2: tenang pak ada saya di sini!
Lelaki tua bertubuh tambun hanya mematung
Menyadari kekuasaan di tangannya tinggal menghitung hari
Skor satu lawan satu bukanlah mimpi!
Tapi, bocah titipan sang guru itu tengah menagih janji: SEGERA KEMBALIKAN KURSI YANG DIPINJAMKAN AYAHKU!
Di sudut ruangan Istana bayangan, sebuah keniscayaan tengah dibangun: bocah titipan harus segera muncul di depan kamera, tampil layaknya pahlawan dan dibalut narasi: munculnya SATRIA PININGIT!
Selamat tidur kembali negeriku dan tetaplah menjadi bodoh!
Kampung Raden, Jumat, 29/8/25
*turpop/ pjmi/ wi/ nf/ 290825
Views: 24