
“GaZa, bawa Adi keluar dari kamar!” seru Putri Ming Nyamat.
GaZa pun mengikuti perintah ibundanya. GaZa masuk ke kamar Adi dan Niki, lalu membawa Adi keluar dari kamar.
“Ikat kedua tangan Adi ke belakang! Borgol dengan besi!” perintah Putri Ming Nyamat.
GaZa bingung mendengar perintah Putri Ming Nyamat, yang notabene adalah ibundanya itu. Namun, Gaza lalu mencari borgol besi juga. Begitu ketemu dengan borgol besi, lalu GaZa mengikat kedua tangan Adi ke belakang, dan mengikatnya dengan borgol besi.
“Dudukkan dia, biar bisa istirahat dulu!” seru Putri Ming Nyamat.
“Bawa Niki keluar dari kamar!” perintah Putri Ming Nyamat lagi.
GaZa mau tidak mau membawa Niki keluar dari kamar. Begitu Niki sudah keluar, Putri Ming Nyamat langsung menyerang badan Niki dengan jarum dari bagian bibir alat vitalnya. Kontan tubuh Niki terhuyung mau jatuh, beruntung GaZa masih berada di dekat Niki. GaZa langsung menahan tubuh Niki, supaya tidak jatuh.
“Bawa jauh-jauh perempuan sundal itu dari sini, GaZa!” seru Putri Ming Nyamat.
Mendengar perintah ibundanya, GaZa bingung. GaZa ingat tugas penting yang selalu harus dijalankan pada saat terjadi bulan purnama, apalagi malam ini akan terjadi Blue Moon. GaZa harus membuka atap di atas pertapaan Putri Ming Nyamat dengan saklar listrik.
“Cepat GaZa! Kerjakan tugasmu!” teriak Putri Ming Nyamat.
Tanpa pikir panjang GaZa pun segera keluar rumah lalu terbang membawa Niki ke tempat yang jauh. Namun, tanpa disadari GaZa bahkan Putri Ming yang berharap akan mendapat sinar Blue Moon malam itu dari atap yang dapat terbuka dengan listrik skaklar, tiba-tiba lampu mati. Rupanya listrik di kawasan Wanareja sedang giliran. Akibatnya listrik di rumah pertapaan Putri Ming Nyamat pun mati. Putri Ming pun mulai gelisah.
‘Bisa gagal nih rencana besarku?’ pikir Putri Ming. Namun sesaat kemudian Putri Ming justru tersenyum lebar.
“Kita lihat, bisa apa kau Adi,” desis Putri Ming Nyamat.
***
“Dusmin, Ijah, malas benar kalian ini!” seru Ki ageng Batman.
Mendengar suara keras Ki Ageng Batman, Dusmin dan Ijah pun segera keluar dari kamar. Mereka berdua bingung, hari sudah lewat waktu Isya, tetapi Ki Ageng Batman justru teriak-teriak begitu keras.
‘Bukannya setelah waktu Isya, kita disunnahkan untuk tidur beristirahat?’ pikir Dusmin.
“Dusmin dan Ijah menghadap Ki Ageng,” kata Dusmin. Biasa bagi orang kecil, lain di mulut lain di hati. Di hati, bertanya setengah mengutuk, di mulut bicara manis, menghamba.
“Dusmin, Ijah. Aku bingung dengan permintaan Mbak 00 WeIBe,” kata Ki Ageng Batman melunak.
“Memang apa permintaan beliau, Ki Ageng?” tanya Dusmin memberanikan diri.
“Keajaiban,” bisik Ki Ageng Batman, seolah suaranya takut terdengar oleh Mbak 00 WeIBe.
“Keajaiban, Ki Ageng? Keajaiban apa itu?” Dusmin kembali memberanikan diri bertanya.
“Keajaiban Blue Moon!” seru Ki Ageng Batman seolah ingin menegaskan kepada Dusmin akan kegalauan hatinya.
“Keajaiban bisa saja terjadi kan, Ki Ageng? Bagi kita yang penting adalah berusaha. apa pun hasil itu adalah ketentuan-Nya,” seru Dusmin tiba-tiba bijak.
“Masya Allah. Betul kau Dusmin. Usaha dulu. Hasil itu ketentuan-Nya. Kau juga harus begitu Dusmin dan Ijah, usaha lagi. Hasil itu ketentuan-Nya,” seru Ki Ageng Batman penuh semangat.
“Usaha apa lagi Ki Ageng, saya dan suami saya ini sudah tua.” Tiba-tiba Ijah ikut menimpali pembicaraan antara Ki Ageng Batman dan Dusmin.
“Qālat yā wailatā a alidu wa ana ‘ajụzuw wa hāżā ba’lī syaikhā, inna hāżā lasyai`un ‘ajīb.” Ki Ageng Batman membaca Surat Hud ayat 72.
“Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib,” tambah Ki Ageng Batman.
“Malam ini akan ada peristiwa besar Blue Moon, Dusmin, Ijah. Akan tetapi bukan itu yang penting. Berusahalah kemudian berdoa, setelah itu berserah dirilah kepada Allah Ta’ala. Insya Allah ada jalan,” seru Ki Ageng Batman, lalu meninggalkan Dusmin dan Ijah yang kebingungan. Namun setelah itu mereka berdua sambil malu-malu, berjalan cepat menuju ke kamar mereka.
***
Orang-orang kampung Mas Broto mengadakan perjalanan ke Sumatra Barat. Mereka ingin melupakan peristiwa buruk yang terjadi pada Herman. Herman yang ternyata tertangkap basah sebagai orang yang suka mengambil uang kotak amal di masjid, akhirnya mengaku. Dalam perjalanan Abu Arang duduk di dekat Mas Broto, di bagian agak belakang dari bus yang tempat duduk 2-3. Namun, begitu bus itu sudah ber-ac. Abu Arang boleh ikut karena Mas Broto yang mengajak. Walaupun sebetulnya, orang-orang kampung itu keberatan kalau Abu Arang ikut dalam tour mereka ke Painan, ingin melihat sun set.
“Sungguh manusia tidak berguna. Orang kerjanya cuma tiduran di masjid saja kok diajak pesiar. Enak sekali dia.” Begitu suara yang Abu Arang dengar.
‘Sungguh tidak adil dunia ini. Aku sudah berjasa membuktikan Herman yang suka mencuri uang di kotak amal masjid, justru dikatakan sebagai manusia tidak berguna. Tunggu pembalasanku nanti!’ batin Abu Arang.
Pada saat orang-orang lagi enak ketiduran karena pada perjalanan malam mereka melewati daerah perbatasan Riau-Sumbar yang gelap dan sepi, tiba-tiba bus berhenti mendadak. Orang-orang yang ketiduran pun terbangun mendadak. Mereka kaget. Namun, tidak lama kemudian mereka lebih kaget lagi.
Tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal masuk ke bus. Salah seorang memegang pistol dan berjalan di depan, sambil berteriak, “Serahkan harta benda kalian! Atau mati!” teriak orang yang pegang pistol.
Mendengar teriakan orang yang pegang pistol, mereka pun ketakutan. Satu demi satu mulai menyerahkan harta bendanya. Jam tangan, dompet, gelang, kalung dalam tas, dan tentu saja uang, menjadi korban perampokan kedua orang asing yang baru naik bus itu.
“Abu. Apakah kau dapat mengatasi orang-orang ini?” bisik Mas Broto, yang mulai berharap kepada cerita orang-orang tentang kehebatan Abu Arang.
“Insya Allah, Mas Broto,” jawab Abu Arang.
“Alhamdulillah,” desis Mas Broto.
“Hei, orang yang di belakang. Mengapa kamu berisik!” seru orang yang memegang pistol.
Tiba-tiba Abu Arang berdiri. Orang-orang yang melihat hal itu pada bingung dan semakin ketakutan.
“Aku Pendekar Langit Abu Arang! Mau apa kamu!” seru Abu Arang garang.
Setelah berkata begitu, tangan Abu Arang bergerak dan pistol di tangan orang asing itu jatuh. Orang yang memegang pistol tadi ketakutan, sedangkan orang yang mengambil barang-barang bermaksud lari. Namun belum sampai mereka tahu yang terjadi, tubuh mereka jatuh saling bertubrukan.
Orang-orang di dalam bus pun berteriak saling bersahutan. “Pendekar Langit Abu Arang!”
Abu Arang bangga namanya disebut-sebut orang kampung yang akan pesiar menuju Painan. ‘Baru tahu kalian, siapa diriku,’ kata Abu Arang dalam hati.
***
“Ki Ageng, apakah aku masih orang yang terpilih?” bisik Mbak 00 WeIBe di dekat Ki Ageng Batman sambil menggendong Tanjung bersama Miss Kiara yang menggendong Jalal. Mereka sedang terbang dengan ‘Perahu Surya’ di saat terjadinya Blue Moon.
“Mari kita berdoa bersama, memohon kepada Allah Robbul Alamin,” jawab Ki Ageng Batman.
Tiba-tiba Jalal sibuk ingin menyusu, begitu juga Tanjung yang menggeliat kuat digendongan Miss Kiara. Melihat hal itu, Mbak 00 WeIBe langsung menyusukan Jalal di langit yang dipenuhi cahaya Blue Moon. Mulut Jalal semakin lama semakin kuat menyusunya, sampai tiba-tiba tubuh Jalal kemudian membesar dan membesar, sehingga Jalal jatuh ke ‘Perahu Surya’ dan tiba-tiba sudah menjadi lelaki dewasa.
Mbak 00 WeIBe pun kemudian cepat-cepat mengambil Tanjung dari gendongan Miss Kiara. Miss Kiara yang tidak tahu yang terjadi, karena peristiwa Jalal menjadi besar begitu mendadak, menyerahkan Tanjung begitu saja kepada Mbak 00 WeIBe. Tidak lama kemudian begitu Tanjung sudah menyusu kepada Mbak 00 WeIBe, tubuh Tanjung semakin lama semakin besar, sampai jatuh ke ke ‘Perahu Surya’ dan juga menjadi lelaki dewasa.
***
“Adi! Berdiri kamu!” seru Putri Ming Nyamat dalam kegelapan.
Adi mencoba berdiri dengan susah payah, karena kedua tangannya masih diborgol di belakang. Perlahan Adi dapat berdiri dalam ruangan gelap itu karena listrik sedang padam. Adi tidak dapat melihat tubuh Putri Ming yang sedang duduk bertapa. Namun, tiba-tiba Adi merasakan bagian bawah perutnya sakit. Rupanya Putri Ming menyerang Adi dalam gelap. Secara spontan tangan Adi bergerak ingin menakup ke perutnya.
Namun karena kedua tangannya dibrogol, Adi merasa kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Namun, suatu keajaiban terjadi, Adi dapat melepaskan kedua tangannya yang sedang diborgol pakai borgol besi. Bukan itu saja, tiba-tiba atap di atas pertapaan Putri Ming pun bergeser. Greeeek! Terdengar bunyi yang keras sekali.
Tanpa Putri Ming sadari, sinar Blue Moon pun menyinari tubuh Putri Ming yang bekilau bagai pualam. Adi pun bengong melihat kecantikan Putri Ming. Namun tiba-tiba Adi merasa haus.
“Ibu! Adi haus!” teriak Adi.
Putri Ming yang terkejut, atapnya bisa membuka, tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja.
“Adi. Ke sini. Mendekatlah kepada Putri Ming,” seru Putri Ming, sambil menyibakkan rambut panjang yang menutupi bagian depan tubuhnya.
“Putri … Ming,” desis Adi.
oleh: MJK, jurnalis PJMI.
*mjkr/ pjmi/ wi/ nf/ 220925
Views: 9