Tiga Pendekar Langit _Abu Arang Pendekar Langit_

Posted by : wartaidaman 27/09/2025

 

WARTAIDAMAN.com 

 

 

 

“Jalal,” seru Ki Ageng Batman, kepada Jalal, sambil menunjuk kepada dadanya sendiri.

“Jalal,” seru Jalal mengikuti gerak Ki Ageng Batman.

“Bapak,” seru Ki Ageng Batman, menunjuk ke arah Jalal.

“Bapak,” seru Jalal, menunjuk ke arah Ki Ageng Batman.

“Jalal,” seru Ki Ageng Batman lagi.

“Jalal,” seru Jalal.

“Bapak,” seru Ki Ageng Batman.

Lalu Ki Ageng Batman beralih kepada Tanjung dan melakukan hal yang sama seperti pada Jalal.

“Ibu,” seru Ki Ageng Batman menunjuk ke arah mBak 00 WeIBe.

“Ibu,” seru Jalal dan Tanjung bersamaan sambil menunjuk Mbak 00 WeIBe.

“Ibu,” seru Ki Ageng Batman ke arah Miss Kiara.

“Ibu,” seru Jalal dan Tanjung bersamaan sambil menunjuk ke arah Miss Kiara.

“Mari kita ke Kediri. Kita bawa Jalal dan Tanjung untuk belajar baca Al-Qur’an kepada Bupati Kediri, Bejo Cinekel,” seru Ki Ageng Batman.

“Baik, Ki Ageng, Miss Kiara siap melaksanakan perintah,” jawab Miss Kiara.

“Aku akan selalu disampingmu Ki Ageng,” seru Mbak 00 WeIBe sambil menggelayutkan tangannya ke punggung Ki Ageng Batman.

“Mengapa Ki Ageng menangis?” bisik Miss Kiara, saat melihat Ki Ageng Batman menitikkan air mata.

“Aku berharap, Dusmin dan Ijah, juga dapat menemukan kebahagiaan seperti kita,” bisik Ki Ageng Batman.
***

Dusmin menyibakkan daun jendela, dilihatnya Blue Moon sedang bersinar. Tampak oleh Dusmin, ‘Perahu Surya’ terbang dalam bayang-bayang sinar Blue Moon.

“Selamat terbang dengan penuh kebahagiaan, Ki Ageng,” seru Dusmin.

“Siapa yang terbang, Kang Dusmin?” bisik Ijah manja.

“Ki Ageng,” balas Dusmin pendek.

“Apakah Kang Dusmin juga ingin terbang?” tanya Ijah.

“Aku juga ingin terbang, Ijah,” bisik Dusmin.

“Mau terbang di mana, Kang Dusmin?” tanya Ijah sambil menggeser badannya agar lebih dekat dengan Dusmin.

“Di hatimu,” bisik Dusmin.
***

“Adi, mendekatlah kemari!” seru Putri Ming, tetapi jarumnya tetap menyerang bagian bawah perut Adi. Memang jarum-jarum itu berjatuhan setelah membentur bagian bawah perut Adi. Namun, begitu Adi menggerakkan kedua tangannya ke arah bagian bawah perutnya, bersamaan dengan itu atap di pertapaannya bergeser lebih lebar. Sinar Bule Moon pun semakin banyak yang menyinari tubuh Putri Ming Nyamat. Adi pun semakin terengah-engah.

“Putri Ming, Adi haus,” teriak Adi.

“Ayo, kemari Adi,” bisik Putri Ming dan Adi pun semakin mendekat ke arah Putri Ming Nyamat.

Begitu badan Adi sudah sejangkauan tangan Putri Ming, maka Putri Ming pun segera menyerang bagian bawah perut Adi dengan kedua tangannya. Adi pun merasa bagian bawah perutnya meronta, lalu kedua tangan Adi dengan cepat bergerak ingin memegang bagian bawah perutnya. Bersamaan dengan itu terdengar suara yang sangat keras. Greeeeeek. Atap pertapaan Putri Ming pun terbuka lebar sekali.

Pada saat yang sama, saat Adi ingin memegangi bagian bawah perutnya yang diserang dengan kedua tangan Putri Ming, menyebabkan kedua tangan Adi kemudian memegang kedua tangan Putri Ming. Adi pun memandang Putri Ming dengan bengong.

“Adi haus!” seru Adi.

“Minumlah sepuasmu Adi,” bisik Putri Ming.
***

Al kisah, sampailah rombongan Abu Arang, ke Painan. Hari masih mau masuk Subuh. Bus mereka pun berhenti dekat masjid. Ada sebagian rombongan yang salat Subuh. Ada juga yang duduk, ada juga yang masih tidur.
Setelah Subuh, bus melanjutkan perjalanan menuju pantai Painan.

Namun, belum sampai ke pantai Painan tampak ada orang yang mau berkerumun, lumayan banyak. Orang-orang dalam bus minta bus berhenti, ingin melihat kerumunan. Ternyata setelah bus berhenti, orang-orang yang berkerumun itu mau melaksanakan senam pagi.
Tua muda, lelaki perempuan, bahkan anak-anak tampak bersemangat melakukan senam pagi di depan sebuah kedai. ‘Dapur Tapan’, begitu tertulis di plank kedai tersebut.

Di tengah kegembiraan orang-orang yang sedang senam tersebut, tiba-tiba ada beberapa orang datang menggedor-gedor pintu kedai ‘Dapur Tapan’.
“Sarapan. Buka kedainya!” teriak orang-orang yang menggedor pintu kedai sambil membawa botol minuman. Bisa jadi orang-orang ini masih mabuk, tetapi lapar.

Kontan saja, orang-orang yang senam pun berhamburan karena ketakutan. Tinggallah dua orang gadis berjibab panjang, yang diam saja, tak berkutik, melihat tingkah orang-orang yang mabuk itu.

“Sarapan. Buka kedainya! Kau yang punya kedai, bukan?!” teriak salah seorang yang mabuk itu kepada kedua gadis berjilbab panjang itu.

Didekatilah kedua gadis berjilbab panjang itu oleh orang-orang yang mabuk itu. Tentu saja kedua gadis berjilbab panjang itu semakin menggigil ketakutan. Namun, pada saat tangan salah seorang yang mabuk itu akan menyentuh salah satu dari kedua gadis berjilbab panjang itu, tiba-tiba tubuh orang yang mabuk itu terjatuh dan menimpa tubuh salah seorang temannya yang mabuk. Kontan kedua tubuh orang mabuk itu jatuh ke jalan.

“Abu Arang Pendekar Langit!” Sontak orang-orang dalam bus rombongan Abu Arang berhamburan lari ke luar dari bus dan meneriakkan nama Abu Arang bersahut-sahutan.
Abu Arang dengan bangga melangkah mendekati kedua gadis berjilbab itu.

“Assalamualaikum, nama Nona siapa?” sapa Abu Arang.

“Nabilla, dan itu kakakku Puja,” jawab Nabilla masih ketakutan dan memegang tangan Puja dengan kedua tangannya sambil menyorong tubuh Puja ke arah Abu Arang.

“Walaikumsalam, terima kasih atas pertolongannya. Namaku Puja. Maafkan adikku, Nabilla masih ketakutan,” jawab Puja.

Namun, belum sempat Abu Arang bertanya lebih lanjut kepada Puja dan Nabilla, tiba-tiba teman-teman orang yang mabuk itu datang mengeroyok Abu Arang sambil memukul Abu Arang dengan botol yang sudah dipecahkan. Tentu saja botol yang menjadi runcing itu akan sangat berbahaya, jika mengenai badan manusia yang diserangnya.

“Awas!” seru Nabilla, sambil tangan kanannya menarik tangan kiri Abu Arang seolah ingin menyelamatkan Abu Arang dari serangan orang-orang yang mabuk itu.
Namun, baik Nabilla dan Puja terkejut, ketika ternyata badan orang-orang yang mabuk yang menyerang Abu Arang justru jatuh bergelimpangan, begitu Abu Arang mengibaskan tangan kanannya. Begitu terkejutnya sampai tangan kanan Nabilla, yang memegang tangan kiri Abu Arang semakin kuat pegangannnya.

“Abu Arang Pendekar Langit!” teriak orang-orang rombongan Abu Arang lagi saling bersahutan.

“Abu Arang Pendekar Langit? Andakah Abu Arang Pendekar Langit itu?” tanya Nabilla terpesona. Puja tersenyum kecil, melihat kelakuan adiknya, Nabilla.

“Nabilla sejak tadi malam membaca berita Anda, Abu Arang Pendekar Langit. Nabilla bahkan berharap dapat bertemu Anda. Qadarullah, keinginannya terkabul,” seru Puja.

Rupanya berita penggagalan usaha perampokan bus yang dilakukan Abu Arang sudah viral. Bahkan Nabilla tahu kalau rombongan itu akan menuju pantai Painan. Oleh karena itu, Nabilla berharap dapat bertemu dengan Abu Arang Pendekar Langit.

“Alhamdulillah. Saya bangga, dapat bertemu kalian,” jawab Abu Arang.

 

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

 

 

 

*mjkr/ pjmi/ wi/ nf/ 270925

Views: 10

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *