Tiga Pendekar Langit _Pendekar Seruling Sakti_

Posted by : wartaidaman 29/09/2025

 

WARTAIDAMAN.com 

 

 

GaZa yang melihat kondisi Niki sudah semakin baik, merasa gelisah karena lama meninggalkan pertapaan Putri Ming Nyamat. Niki tampaknya tahu kegelisahan GaZa karena GaZa bukan saja sering berjalan dan duduk tidak tentu arah, tetapi juga sudah mulai jarang menawarinya sesuatu.

Namun, Niki diam saja pura-pura tidak tahu tentang kondisi GaZa itu. Niki masih memerlukan GaZa sebagai pengawalnya.

Saat Niki sakit karena terluka serangan jarum Putri Ming, tanpa sengaja GaZa menyembuhkan luka itu dengan mengeluarkan jarum dari tubuhnya. Setelah itu GaZa suka menawari Niki makanan atau minuman supaya Niki cepat pulih kondisi badannya. Namun, setelah mulai merasa sehat, Niki pun mencoba belanja dan memasak sendiri. Bahkan akhirnya Niki buka warung di Baturaden. Sejak itu GaZa mulai menunjukkan kalau dirinya sedang gelisah.

“Niki,” seru GaZa.

“GaZa,” jawab Niki.

“Aku ingin pulang,” kata GaZa.

“Pulang ke mana?” tanya Niki.

“Ke Pertapaan Bunda Ming,” seru GaZa.

“Lalu siapa yang akan menemaniku, GaZa?” tanya Niki.

“Niki … aku,” kata Gaza gagap.

“Kalau kau tega, meninggalkan Niki, pergilah,” kata Niki.

GaZa diam saja melihat Niki sibuk di warungnya. Walaupun pengunjung warung belum banyak, tetapi warung Niki tidak pernah sepi pembeli. GaZa merasa kalau situasi dan kondisi Niki di Baturaden akan aman-aman saja. Pada malam hari, saat Niki terlelap, GaZa pun bangun dan berjalan berjingkat akan meninggalkan Niki. Namun, saat GaZa sudah membuka pintu dan akan ke luar warung, tiba-tiba terdengar suara derit ranjang Niki. Ternyata Niki terbangun dan melihat GaZa akan keluar dari warung.

“GaZa, aku tidak mungkin menahanmu. Kau boleh pergi kapan saja kau mau, GaZa. Tapi tolong bantu jaga Adi, anakku,” seru Niki, sambil duduk di ranjangnya.
Mendengar kata-kata Niki, sejenak GaZa tertegun. Lalu GaZa mendekati Niki yang masih duduk di ranjangnya. Tiba-tiba GaZa mengadu dahinya ke dahu Niki. Niki pun terkejut melihat hal itu. Namun, belum sempat Niki mencoba memeluk GaZa, Gaza sudah berlari keluar dari warung. Melihat hal itu Niki hanya bisa bengong.
***

“Sambil bulan madu, kita akan berjalan-jalan di sepanjang kota-kota pantai timur Jawa Timur,” seru Danang, Sayidin Panotogomo, Raja Kerajaan Matraman Raya kepada Nabilla, Wahyudi, Puja dan Bagus Tinukur, Om Sam.
Danang sengaja bicara kepada mereka selaku Raja Kerajaan Matraman Raya dan tidak ingin pembicaraan mereka diketahui oleh Sadikin orang tua Nabilla dan Puja. Mengingat Sadikin masih sakit dan hanya dapat berbaring saja.

“Aku akan memberikan banyak hadiah kepada rakyat, sebagai sedekah. Aku juga akan memberikan pengumuman gelar Pangeran Hafiz, Bagus Tinukur Pendekar langit. Rakyat banyak harus tahu bahwa di samping Sayidin Panotogomo, Raja Kerajaan Matraman Raya, Danang Pendekar Langit, juga ada Bagus Tinukur Pendekar Langit,” jelas Danang.

“Masih ada satu lagi Abu Arang Pendekar Langit, Paduka,” seru Bagus Tinukur mengingatkan Danang.

Danang agak tersentak mendengar nama Abu Arang disebut sebagai Pendekar Langit oleh Bagus Tinukur. Namun, Danang kemudian sadar, rencananya menggaet Bagus Tinukur Pendekar Langit sebagai Pangeran adalah untuk menambah kawan, bukan menambah musuh. Danang pun tidak begitu memasukkan hati kata-kata Bagus Tinukur, yang sebetulnya bertentangan dengan dirinya.

“Betul, Paduka, bukankah Abu Arang juga Pendekar Langit,” seru Nabilla yang tidak mengetahui keadaan. Nabilla lupa kalau Abu Arang pernah mau mencelakai Danang dan Nabilla di perjalanan terbang dari Painan ke Madura.

“Adinda Nabilla tidak perlu ikut campur urusan kerajaan!” sergah Danang.
Nabilla langsung terdiam, begitu disergah Danang. Situasi pun kemudian menjadi sunyi karena orang-orang merasa tidak enak melihat Nabilla dimarahi Danang, Sayidin Panotogomo, Raja Kerajaan Matraman Raya.

“Jadi kapan kita akan berangkat, Paduka. Biar Puja bisa segera bersiap,” seru Puja menimpali sambil memecah kesunyian. Puja sengaja bertanya supaya hati Nabilla adiknya tidak menjadi ciut karena dimarahi Paduka Raja Kerajaan Matraman Raya di depan orang banyak.

“Kakanda Puja dapat segera bersiap. Kita akan berangkat sekarang juga, Nabilla,” seru Danang, sambil meraih tangan Nabilla, masuk ke kamar. Nabilla pun lalu mengikuti Danang ke dalam kamar.

“Rajamu, Kanda Wahyudi. Orang disuruh siap-siap. Dia sendiri mencari nikmat,” desis Puja kepada suaminya Wahyudi. Wahyudi diam saja saat mendengar protes Puja, tetapi seperti Danang, tangan Puja segera ditariknya menuju kamar.

“Om Sam, mohon dimaklumi. Paduka Raja sedang bersiap-siap,” seru Bagus Tinukur.

“Anak-anak muda, begitulah. Walaupun mempunyai jabatan tinggi, tapi kelakuan ya masih seenaknya sendiri. Tapi Om Sam dapat memaklumi, kok,” jawab Om Sam.
***

“GaZa?” seru Putri Ming Nyamat, begitu melihat GaZa datang ke pertapaan.

“Betul Bunda,” jawab GaZa.

“Susul Adi segera! Kawal Adi ke istana Kerajaan Matraman Raya. Dukung dia sebagai anak Raja Adi, untuk naik tahta!” seru Putri Ming.

“Adi? Ke mana GaZa harus mencari Adi, Bunda?” tanya Gaza.

“Cari suara seruling atau berita mengenai Pendekar Seruling Sakti! Itu Adi!” seru Putri Ming.

“Baiklah Bunda, Gaza siap melaksanakan tugas,” jawab GaZa.

GaZa pun sibuk mencari suara seruling dan mencoba mencari berita tentang Pendekar Seruling Sakti.
***

Danang selalu memberi hadiah kepada warga di sepanjang perjalanan bulan madu. Dengan bangga Danang memperkenalkan diri bukan hanya sebagai Raja Kerajaan Matraman Raya, tetapi juga sebagai Pendekar Langit. Selain membagi-bagi hadiah Danang juga memperlihatkan salah satu kekuatan ilmunya, ‘Lesung Jumengglung’. Danang dapat membuat suara gamelan dari beberapa alat petani yang terdapat pada daerah kunjungannya berbunyi seperti gamelan.

“Danang Pendekar Langit!” Para warga memuja-muja Danang.

Danang juga memperkenalkan Bagus Tinukur sebagai Pangeran Hafiz dan Pendekar Langit. Dari Surabaya, Sidoarjo, Probolinggo, Danang selalu menginap di setiap kota. Ada pun Bagus menunjukkan keahliannya sebagai Pangeran Hafiz, sekaligus membina anak-anak atau orang tua yang ingin belajar menghafal Al-Qur’an.

“Bagus Tinukur Pendekar Langit!” Begitu teriak warga, yang membuat Bagus Tinukur bangga dan semakin bersemangat memberikan pelajaran supaya warga senang membaca Al-Qur’an.
Sontak nama Danang dan Bagus Tinukur sebagai dua Pendekar Langit semakin membahana.

Dari Probolinggo, yang seharusnya kota yang akan dikunjungi adalah Situbondo, tetapi Danang memilih untuk pergi ke Bromo. Tanpa Danang dan rombongan sadari kedatangan mereka ternyata membuat Mbah Kikuk dan Panembahan Jati yang telah lelah berdebat tentang hilangnya Danang, Abu Arang dan Bagus Tinukur, menjadikan perdebatan antara ke dua tokoh sakti itu semakin seru.

“Sepertinya hal yang aneh itu akan segera terjadi di lereng Bromo, Mbah,” seru Panembahan Jati.

“Sepertinya, hal aneh itu sudah lama terjadi di lereng Bromo, Panembahan,” jawab Mbah Kikuk.

“Maksud Mbah?” tanya Panembahan Jati.

“Ya. Sejak dari hutan Mantingan sampai di lereng Bromo ini, telah terjadi hal aneh pada Panembahan,” kata Mbah Kikuk.

“Hal aneh bagaimana, Mbah?” tanya Panembahan Jati panas.

“Dari dulu, Panembahan selalu bilang ada yang aneh. Ada yang aneh. Apa itu tidak aneh, Panembahan!” seru Mbah Kikuk ikut emosi karena nada perkataan Panembahan Jati yang mulai meninggi.

“Oh, begitu. Coba Mbah bertapa sebentar!” kata Panembahan Jati melunak.
Mbah Kikuk pun lalu berdiam diri, mengikuti saran Panembahan Jati.

“Masya Allah. Aneh sekali Panembahan?” tiba-tiba Mbah Kikuk bertanya.

“Aneh, bagaimana, Mbah?” jawab Panembahan Jati balik bertanya.

“Pendekar Langitnya kok hanya dua?” seru Mbah Kikuk.

“Sekarang gantian Mbah yang aneh, deh,” seru Panembahan Jati tersenyum.
***

Saat GaZa sedang melamun di jalan karena tidak tahu arah mau mencari Adi, tiba-tiba GaZa mendengar suara seruling. GaZa lalu teringat akan pesan ibundanya Putri Ming, kalau akan mencari Adi, GaZa harus mencari suara seruling. Tanpa pikir panjang GaZa mencoba terbang mencari arah suara seruling.

Namun Gaza terkejut, saat sudah dekat ke sebuah sungai, tiba-tiba ada beberapa perempuan muda yang lari sambil menjerit.

“Tolong!” Begitu perempuan-perempuan muda itu berteriak sambil memegangi kembennya.

“Ada apa ini?” tanya GaZa kepada perempuan-perempuan yang sedang berlarian itu.

“Pendekar Seruling Sakti! Tolong! Tolong!” teriak mereka.

“Pendekar Seruling Sakti?” tanya GaZa.

“Pendekar Seruling Sakti mau mengganggu kami yang sedang mencuci di sungai,” seru salah seorang perempuan yang mungkin sudah kecapaian berlari. Begitu melihat GaZa merasa ada yang akan menolong. Berita yang muncul Pendekar Seruling Sakti suka menganggu perempuan-perempuan yang dijumpai dengan suara seruling saktinya.

“Adi!” teriak GaZa ketika Adi tiba-tiba sudah berada dekat dengan GaZa.

“Paman Gaza!” seru Adi.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Gaza.

“Adi haus, Paman!” seru Adi.

“Jangan kau lakukan lagi hal itu! Kalau tidak, nanti tidak akan kutunjukkan tempat Niki, ibumu berada!” sergah GaZa.

“Ibu? Ibu ada di mana, Paman Gaza?” teriak Adi, teringat akan ibunya Niki.

“Jangan pikir dulu ibumu, Adi. Sekarang ini kau harus pergi ke Istana Kerajaan Matraman Raya. Rebut tahta kerajaan itu!” tegas GaZa.

“Baik, Paman. Tapi Adi tidak tahu tempatnya. Bisa Paman GaZa antarkan Adi ke sana?” seru Adi.

“Tapi kau harus berjanji Adi. Jangan lakukan tindakan ini lagi!” tegas GaZa.

“Baik, Paman. Adi janji!” seru Adi mantap.
***

Saat mereka mulai mendekat ke Pantai Utara Jawa, tampak oleh Adi ada seorang gadis yang duduk termenung di dekat sebuah guci. Melihat gadis itu Adi pun lupa akan janjinya kepada GaZa. Tiba-tiba Adi turun mendekati gadis itu dan mulailah Adi meniup serulingnya.

“Hai, gadis cantik. Lihatlah. Aku Adi Pendekar Seruling Sakti datang,” seru Adi.

Gadis yang duduk termenung di dekat guci itu diam saja melihat Adi datang. Tentu saja, Adi merasa tersinggung dicuekin gadis di dekat guci itu. Adi pun lalu meniup serulingnya. Gadis yang diam termenung itu tetap saja diam. Namun, tidak lama kemudian tangannya mulai bergerak. Terasa ada angin yang kuat yang membuat pakaiannya seperti mau terlepas. Gadis itu pun memegangi bajunya kuat-kuat.

 

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

 

 

 

*mjkr/ pjmi/ wi/ nf/ 290925

Views: 7

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *