WARTAIDAMAN.com
Nuansa budaya Jawa sudah terasa saat kaki pengunjung memasuki SGPC (Sego Pecel) Bu Wiryo tak jauh dari Stadion Klebengan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta.
Terdengar alunan tembang Jawa yang berjudul Mari Kangen karya Ki Narto Sabdo yang diperdengarkan seorang sinden diiringi gong,demung dan gender.
Setiap malam Jumat Kliwon acara kumpul kadang membahas tentang kebudayaan Jawa
“Tiga kali setiap minggunya pengunjung disuguhi tembang Jawa,” ucap Hari Sutoro kepada PJMI Perwakilan DIY yang mencoba mencicipi nasi pecel yang sudah hampir 50 tahun usianya itu.
Hari Sutoro salah seorang seniman budaya Jawa yang khusus memainkan alat musik “gender” dia ditemani tiga temannya yang masing-masing pegang alat musik kerawitan demung dan gong dengan pesinden kraton Jogjakarta Hartini (Puspito Rini).
SGPC Bu Wiryo terasa tidak asing dikalangan keluarga besar Universitas Gajah Mada (UGM) terutama para alumni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tertua di Indonesia itu yang tergabung dalam KAGAMA (Keluarga Besar Gajah Mada).
Bagi alumni UGM angkatan 1959 sampai 1990 SGPC Bu Wiryo yang waktu itu hidup pas pasan pernah merasakan kebaikan hati Bu Wiryo.
Para alumni UGM bila bertandang ke Jogjakarta seperti ada yang kurang bila tidak menyempatkan diri singgah mengajak keluarganya.
Generasi kedua Almarhumah Bu Wiryo tetap mempertahankan resep nasi pecel yang khas tersebut. Sebagai ucapan syukur tiap malam Jumat Kliwon para tamu dan undangan yang hadir dalam acara yang diberi nama “Malam Kumpul Kadang” dapat mencicipi nasi pecel dan minuman secara gratis.
Malam Kumpul Kadang para tamu dan undangan akan mendapatkan pengetahuan dari para pakar budaya tentang seni budaya Jawa yang adiluhung sambil mendengarkan tembang tembang Jawa yang dipersembahkan group kerawitan dan pesinden yang cukup mempunyai nama. (Ridar).
Views: 16
