Selokan Mataram Cara Sultan HB IX ‘Merdekakan’ Rakyat dari Romusha

Posted by : wartaidaman 21/01/2025
 
WARTAIDAMAN.com 

 

 

 

PEMBANGUNAN Selokan Mataram pada masa penjajahan Jepang tahun 1944 merupakan wujud nyata seorang raja dalam menyelamatkan sekaligus menyejahterakan rakyatnya.

Raja Mataram Islam yang bertakhta saat itu, Sri Sultan HB IX selain berhasil membujuk Jepang untuk membangun saluran irigasi agar dapat mengaliri areal pertanian dan daerah tandus untuk meningkatkan hasil panen, juga membebaskan rakyat Yogyakarta dari kerja paksa (Romusha).

Menurut buku ‘Takhta Untuk Rakyat, Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX’ yang dihimpun oleh Mohamad Roem dan kawan-kawan, Sultan berdiplomasi dengan pihak Jepang agar diberi bantuan dana untuk membangun saluran irigasi dengan alasan agar Yogyakarta dapat menyumbang hasil bumi lebih banyak.

Tak disangka, diplomasi berhasil dan pemerintah Jepang memberikan dana pembangunam saluran dan pintu air untuk mengatur air hujan yang mengenang terutama di daerah Adikarto (Kulonprogo) bagian selatan serta untuk membangun saluran-saluran air yang mengalirkan air dari Kali Progo ke daerah Sleman ke timur.

Saluran dan pintu air itu dikenal dengan sebutan Selokan Mataram, dalam bahasa Jepang disebut Gunsei Hasuiro dan Gunsei Yosuiro. Saluran yang panjangnya sekitar 30,8 kilometer dapat mengairi areal pertanian seluas 15.734 hektar.

Pembangunan proyek juga dilengkapi dengan berbagai bangunan pendukung misalnya bendungan, tanggul dan jembatan. Sehingga memakan waktu dan membutuhkan banyak orang dalam pengerjaannya. Hal itulah kemudian dimanfaatkan oleh Sultan sebagai alasan menolak ribuan warga Yogyakarta dari panggilan menjadi Romusha oleh pemerintah Jepang.

 

*rh/ wi/ nf/ 210125

Views: 13

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *