Manusia Lahir Terikat Perjanjian

Posted by : wartaidaman 11/02/2025 Tags : kiamat , rezeki , ruh

Tahukah Anda, sebelum kita terlahir ke alam dunia ini ? Ternyata kita mempunyai perjanjian yang teguh dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ingatkah kita akan perjanjian tersebut? Sudah pasti tidak akan ada satu manusia di muka bumi ini yang dapat mengingatnya saat ia lahir ke dunia.

Jika manusia menyanggupi, maka Ia akan lahir dan hidup di dunia, namun jika tidak, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Q.S. Al-Hadid : 8

*”Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin”*.

Lantas, kapan sebenarnya perjanjian antara Allah dan manusia sebelum dilahirkan ke dunia?

Sebelum lahir ke dunia ternyata manusia sudah mengadakan perjanjian dengan Allah Ta’laa, begitu ruh ditiupkan itulah kemudian Allah mengambil perjanjian dengan setiap hambanya.

Demikian yang tersurat dalam hadis riwayat Abu Hurairah.

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ، فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَجَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصًا مِنْ نُورٍ، ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ ذُرِّيَّتُكَ

Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat.

Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar.

Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu,” (HR. Al-Tirmidzi).

Pada saat seluruh calon keturunan Adam ‘alaihissalam dikeluarkan dari punggungnya Allah mengambil janji dan sumpah setia mereka:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, (QS. Al-A‘raf [7]: 172).

Sehingga tidak akan berdiri Kiamat sebelum semua keturunan yang telah diambil sumpah, kesaksian, dan janjinya itu terlahir ke dunia. (Lihat: Abu Muhammad Sahl, Tafsir al-Tasturi, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah] 1423, jilid 13, 222).

Lantas, perjanjian apa yang terjadi antara Allah dan manusia sebelum lahir ke dunia dan apa tujuannya?

“Jadi sejak kita berada dalam kandungan ibu kita di usia 4 bulan, ruh kita sudah masuk, Allah menyampaikan tawaran kepada kita untuk berkomitmen kepada Allah,”

Lanjutan ayat tersebut mengatakan:

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

(Allah berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS. Al-A’raf [7] : 172).

Kata Allah apakah kamu siap menjadikan Aku sebagai Tuhan yang kamu sembah? Maka dengan itu Aku akan penuhi semua kebutuhanmu, kalau kamu minta sesuatu akan Aku beri, jika kamu sakit akan Aku sembuhkan, bila kamu membutuhkan sesuatu akan Aku penuhi, dan bila kamu menginginkan sesuatu akan Aku kabulkan, bila kamu ingin rezeki akan Aku ijabahi, bila kamu sakit akan Aku sembuhkan, dan jika kamu salah akan Aku maafkan, serta bila kamu berdosa akan Aku ampuni. Maka dengan tegas kami katakan “Ya Allah kami siap tanpa pertimbangan lagi. Itulah perjanjian kita, maka kita katakan “syahidna” yang artinya kami telah bersyahadat. Untuk itulah

Rasullullah mengatakan setiap yang terlahir itu sudah ada fitrah di dalam dirinya kecenderungan untuk mendekat kepada Allah”

Sayyid Muhammad Husayni Beheshti menjelaskan, bahwa ayat ini bercerita mengenai percakapan antara seluruh umat manusia dan Tuhan di mana seluruh umat manusia itu berbicara langsung dengan Tuhan mereka dan bersaksi bahwa Dia adalah sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam semesta.”

Perjanjian ini dibuat untuk menggugurkan semua alasan yang nantinya akan dilontarkan oleh manusia di hari kiamat nanti.

Sehingga mereka kelak tidak akan bisa membantah dengan alasan tak tahu atau tak sadar.

Dan mereka juga tidak dapat mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak berdosa lantaran hanya mengikuti apa yang diturunkan oleh orang tua atau nenek moyangnya.

Lantas, mengapa kemudian manusia ingkar janji, menyimpang, dan kufur ? Itulah sifat manusia. Mereka lupa atas janjinya sendiri di hadapan rabb mereka.

Makanya Allah mengutus para rasul untuk mengingatkan janji itu. Sehingga tidak ada hujjah bagi mereka untuk tidak beriman saat ditagih janji pada hari Kiamat kelak.

Tak lagi ada alasan, sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), (QS. Al-A’raf [7] : 172).

Ibnu Katsir melalui kitab Qashash Al-Anbiya menyebutkan hadits Nabi SAW perihal janji manusia kepada Allah.

Dan mayoritas ulama bersandar pada hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Anas bin Malik yang mendapat kabar dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: ‘Pada hari kiamat nanti seseorang akan ditanya, ‘Seandainya kamu mempunyai sesuatu di bumi apakah kamu akan menjadikannya sebagai tebusannya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Ya.’ Allah SWT berfirman:
‘Sesungguhnya, Aku menginginkan sesuatu yang ringan darimu. Aku telah mengambil perjanjian darimu ketika kamu masih berada di punggung Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun.

Namun, engkau menolaknya dan tetap saja mempersekutukan Aku’.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya [1/272])

Dari ayat dan hadits di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran:

1.Setelah menciptakan Adam ‘alaihissalam, Allah mengeluarkan seluruh calon keturunannya.

2.Tidak akan terjadi Kiamat sebelum seluruh keturunan itu terlahir ke dunia. Saat seluruh calon keturunan Adam ‘alaihissalam dikeluarkan, Allah mengadakan perjanjian dengan mereka akan menuhankan Allah. Secara tak langsung, mereka juga berjanji untuk tak menyekutukan-Nya, tidak menyembah kepada selain-Nya, tidak meminta kepada selain-Nya, dan seterusnya.

3.Manusia memiliki sifat lupa dan ingkar atas janji yang telah diungkapkannya. Para nabi dan rasul diutus untuk mengingatkan janji manusia kepada Allah. Di akhirat, tidak ada alasan bagi mereka lupa janji atau lengah atas ketuhanan dan keesaan-Nya.

Wallahualam Bishawab. Semoga Allah selalu meridhoi langkah kita. Aamiin Yaa Rabbal Alaamin

Al Faqr

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *