
Assalamu’alaikum wr.wb.
Saya pernah diskusi dengan banyak guru tentang persoalan “memotong rambut anak laki-laki secara paksa dengan cara jelek agar menimbulkan efek jera”. Saya bertanya kenapa rambut anak laki-laki perlu dipotong oleh gurunya (tetapi rambut perempuan tidak), lalu mereka menjawab. Setelah jawaban pertama itu saya buktikan salah, jawaban mereka berubah. Jawaban itu juga saya buktikan salah, jadi jawaban mereka berubah lagi. Dan hal yang sama terulang berkali-kali sampai saya mulai mencatat jawaban mereka. Ini sebagian dari contohnya.
Rambut anak laki-laki harus dipotong pendek, dan kalau perlu dipotong secara paksa oleh gurunya, karena rambutnya anak laki-laki harus pendek sejak usia 7 tahun dengan alasan:
• Tidak sopan kalau panjang
• Diminta oleh masyarakat
• Diminta oleh orang tua
• Ini masalah pendidikan (hanya untuk laki-laki)
• Ini masalah kerapian (hanya untuk laki-laki)
• Ini masalah kesehatan (hanya untuk laki-laki)
• Rambut panjang akan membuat kepala terasa berat dan panas (hanya untuk laki-laki)
• Harus mematuhi norma hukum masyarakat
• Ada aturan tidak tertulis di masyarakat
• Ada aturan tertulis di sekolah
• Harus belajar mematuhi aturan
• Guru terpaksa mengikuti aturan sekolah
• Aturan sekolah tidak boleh diubah atau dihapus
• Harus membentuk sikap dan perilaku
• Harus menjadi suatu pembiasaan
• Tidak bisa dapat pekerjaan kalau rambutnya panjang
• Mulai potong rambut di usia 18 tahun tidak bisa (harus sejak dini)
• Bahaya kalau bekerja di pabrik ketika dewasa
• Harus disiapkan kerja di pabrik atau perusahaan sejak usia 7 tahun
• Masyarakat menilai kompetensi seseorang dari ukuran rambutnya
• Dan seterusnya
Memaksa anak patuh pada “aturan” rambut tersebut memberikan rasa “berkuasa” kepada banyak guru, dan membuat mereka merasa “ditakuti dan dihormati” walaupun didapatkan secara terpaksa. Jadi mereka teruskan sistem itu karena inginkan siswa takut dan patuh terhadap guru dalam segala hal. Ini salah satu caranya guru memaksakan kehendaknya terhadap anak, agar guru-guru itu merasa puas secara batin. Banyak sekali guru di Indonesia “gila hormat”. Kalau mengajar anak dengan sikap baik hati dan ramah, dan menjadi sahabat dan mitra bagi semua anak, sangat jelas para guru itu akan dihormati oleh hampir semua muridnya, tanpa perlu dipaksa. Tetapi bagi banyak guru, “kemungkinannya akan dihormati pada suatu hari nanti” tidak cukup baik. Hormat terhadap guru harus dipaksakan sejak awal!
Tidak ada hubungan antara ukuran rambut dan hasil pendidikan. Kalau ada, perempuan akan bodoh semua (karena rambutnya panjang). Ini hanya kebiasaan nasional yang dilestarikan sejak keadaan Petrus (Pembunuhan Misterius) pada tahun 80-90an. (Sebelumnya, banyak siswa laki-laki punya rambut panjang, dan ada bukti dari foto-foto lama.) Pada masa Petrus itu, rambut panjang dinilai buktinya seseorang menjadi preman, kriminal, dan subversif jadi harus diberantas di sekolah juga. Tetapi banyak guru juga merasa bahwa urusan rambut siswa itu berikan para guru kesempatan untuk menunjukkan kekuasaannya, dan memaksa semua siswa taati dan hormati mereka.
Fungsi seorang guru BUKAN untuk abaikan pendapat orang tua dan anak, dan memaksa semua anak siap kerja di pabrik sejak usia SD. Kalau ada guru yang berpikir begitu, maka mereka sudah gagal memahami fungsinya seorang guru. Para guru tidak tahu setiap anak akan kerja di mana pada masa depan. Saya sudah bicara langsung dengan banyak manajer, direktur, pemilik perusahaan, orang HRD, anggota DPR, menteri, ribuan orang tua, dll. Ketika mereka komplain tentang kualitas SDM di Indonesia, tidak ada satupun yang menyatakan “banyak anak punya ukuran rambut 6cm jadi mustahil dapat pekerjaan.” Tidak ada yang mengeluh bahwa seharusnya rambut semua anak perlu dipotong secara paksa sejak SD agar anak itu bisa menjadi karyawan berkualitas di kemudian hari.
Tetapi yang dijelaskan adalah begitu banyak anak yang tidak bisa menulis dengan baik, tidak bisa baca, tidak bisa memahami perintah dan petunjuk, tidak bisa kerja secara mandiri, malas, curang, tidak jujur, mencuri, korupsi, dll. Sama sekali tidak ada yang membahas kesulitan mengatur ukuran rambut karyawan. Jadi kenapa begitu banyak guru sekolah merasa ada kewajiban besar memotong rambut anak secara paksa dengan cara jelek sebagai efek jera agar semua anak “siap kerja” dan menjadi bagian dari masyarakat? Para orang tua dan pemimpin di bidang pendidikan perlu bersatu untuk mengakhiri kebiasaan buruk ini dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
-Gene Netto
*hm/ wi/ nf/ 120225