Prilaku Unik Di Bangkal Suami Pengumpul Potongan Kuku.

Posted by : wartaidaman 18/02/2025

 

WARTAIDAMAN.com 

 

 

Penulis M Ridar Harahap

 

Guru yang setia adalah guru yang menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi, serta setia pada etika dan nilai-nilai yang dianutnya.

Figur guru seperti itu aku temui pada waktu aku bertugas sebagai seorang jurnalis mendampingi Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah dalam sebuah acara melihat secara langsung kegiatan Gtz di Desa Adat Bangkal di pedalaman Kalimantan Tengah beberapa tahun lampau.

GTZ merupakan bagian dari German Agency for International Cooperation (GIZ), badan pemerintah Jerman yang memberikan bantuan pembangunan, mengembangkan kapasitas, dan menyediakan layanan di luar negeri.

Saat itu aku mendapat undangan dari Bupati Kotim Kol (Infanteri) Didik Salmijardi yang menjabat sebagai orang nomor satu di Sampit (1994-1999) menghadiri acara dan meninjau langsung kegiatan GTZ dengan pusat kegiatan di Desa berbudaya etnik Dayak yang sudah berdiri 200 tahunan itu .

Di Desa Bangkal saya yang ikut dalam rombongan Bupati Kotim beserta unsur Muspida disambut dengan upacara adat Dayak “memotong pantan” namanya.Sebagai penghormatan berkenan Bupati Kotim didaulat memotong pantan dengan senjata khas suku Dayak Mandau namanya.

Usai acara potong pantan rombongan dengan dipandu pihak GTZ meninjau langsung sarana dan prasarana yang dibangun didesa tersebut.

Di tengah kemeriahan acara tiba tiba seorang pria paruh baya menghalau rombongan dan membawa satu botol penuh potongan potongan jari kuku.

Lelaki paruh baya yang ternyata pensiunan seorang guru itu menceritakan bahwa sudah puluhan tahun sejak isterinya meninggal dunia dia mengumpulkan kuku kuku yang dipotong dan dikumpulkan dalam sebuah botol.

“Setiap kali memotong kuku semuanya saya simpan dalam botol,” katanya kepada rombongan.

Aku dan salah seorang staf Humas Pemkab Kabupaten Kotawaringin Timur diajak pensiunan guru Sekolah Dasar Negeri Desa Bangkal yang namanya masih kucoba ingat itu ke sebuah rumah beratap sirap dan berdinding papan yang sudah mulai lapuk dimakan usia itu tak jauh komplek Sandung dan Tiang Pantar.

Kami diajaknya menuju ruang dapur yang sangat rapi seperti tiap hari dibersihkan dari kotoran.” Inilah dapur tempat almarhum isteriku memasak terakhir diakhir hayatnya semua kubiarkan apa adanya tidak pernah ku rubah-rubah,” kata pensiunan guru itu.

Kulihat puntung puntung kayu bakar yang sudah lama sekali secawan beras yang ditaruh didalam panci disebuah lemari kecil kulihat berbagai macam bumbu masak termasuk garam yang sudah sangat lama sekali.

Di dalam sebuah lemari lain kulihat puluhan botol berisi potongan potongan kuku milik mantan guru itu.

“Hanya sebagai kenang kenangan bahwa dulu aku ditemani seorang wanita yang setia. Sebagai penghormatanku tempat tinggal kami tidak ku jual dan isi di dalamnya tidak sekalipun ku rubah,” katanya dengan mata menerawang jauh.

Itulah sepenggal pengalamanku bertemu dengan seorang suami yang demikian setia pada pasangannya. Semoga pria paruh baya sampai saat ini dalam keadaan sehat dan berpuluh puluh botol berisi kuku dan rumah tua itu masih berdiri tegak.

 

 

Views: 18

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *