
WARTAIDAMAN.com
Oleh Hasbi Indra
Hashtag itu bermakna apa.
Indonesia tak lagi ada cahaya. Pedoman hidup berbangsa dan bernegara tak lagi memberi cahaya, pesan konstitusinya tak lagi bercahaya dan manusia tahta juga tak memberi cahaya, Indonesia dalam gelap.
Mahasiswa manusia cerdas yang mengharapkan pemimpinnya juga cerdas untuk merespon kondisi yang ada. Gambar kecerdasan pemimpin di bangsa ini telah ditunjukkan oleh generasi awal bangsa ini. Kalau dulu saja 79 tahun lebih dibutuhkan akan hal itu apalagi era kini.
Kindisi saat ini hasil dari pemimpin yang kualitasnya jauh dari generasi awal bangsa ini. Gambar bangsa yang mengalami krisis sosok pemimpin yang pernah mengecap pendidikan tinggi seperti Ir. Soekarno-Drs. Moh. Hatta yang jelas sejarah pendidikannya dan dua tokoh yang memiliki kualitas yang seimbang, atau manusia otodidak seperti Agussalim dan Moh. Natsir dan lainnya sebagai lentera kebanggaan bangsa. Kondisi kini bak bumi dengan langit. Hasil yang ditunjukkan bukan saja se akan tuna literasi tapi juga tuna morals dan etika.
Tuna yang menandai bangsa terpuruk kualitas pemimpinnya yang bukan saja membiarkan kekayaan alam yang masih terasa percuma, dan malah dijual melalui kebijakan PSN yang tak cukup kekayaan di darat tapi juga di laut seperti PIK-2:dan lainnya.
Telah ada catatan di rakyat dan mahasiswa tentang kondisi bangsa. Eksistensi bangsa terus berhutang angkanya 8000 trilyun atau versi lain di angka 12000 trilyun dan 800 trilyun membayar bunga setiap tahun dan tentu terus meningkat, pelemahan ekonomi melalui pembiaran tahta ber prilaku korup yang jumlahnya ratusan trilyun, politik belah bambu, politik pecah belah ala penjajah, nir hukum dan nirmorals di mana KPK MK dan KPU telah menjadi alat tahta dan ditundukkan.
Menempatkan negara abai rakyat terkerangkeng oleh oligarki yang dilayani tahta, instrumen berbangsa dan bernegara tak berdaya dibuatnya.
Saat ini menggambarkan pemimpin bangsa yang kualitasnya era yang belum mengenal pendidikan tinggi.
Ini musibah besar bangsa. Layaknya pemimpinnya bekecerdasan tinggi bukan saja sisi intelektual tapi juga emosional dan spiritual. Panggilan kecerdasan itu untuk mengangkat martabat manusia Indonesia.
Pemimpin tahta puncak layaknya yang mengenal diri manusia yang baik meninggalkan nama yang ditulis dengan tinta emas. Ditulisan ini tak tergambar dalam torehan emas itu yang layaknya dan seharusnya karena dipilih puluhan juta rakyat dengan dana trilyun menghadirkannya dan digaji rakyat untuk tahtanya.
Torehan itu seharusnya disikapi dengan kecerdasan oleh manusia tahta guna memahami makna konstitusi yang menuntut keadilan yang tegak dan hukum yang harus tegak sekalipun langit itu runtuh. Perjalanan manusia sebagai pemimpin yang cerdas terlihat dari gestur dan ada di konsistensi antara kata dan perbuatannya untuk hal itu.
#Tegaknya keadilan#
Pemimpin menegakkan keadilan sekalipun langit itu runtuh itu adalah pesan konstitusi bangsa. Itulah juga pesan dalam sumpah sang pemimpin agar bisa membuat terang apa yang dirasakan rakyat dan suara investigasi internasional OOCRP itu ada tahta nomor 3 terkorup di dunia. Mereka mungkin hanya manusia yang tidak diberi makan oleh negeri ini dan memberikan keperihatinan pada bangsa ini.
Fakta yang ada dan suara itu dipahami oleh mahasiswa yang memang dibentuk untuk cerdas demi masa depan mereka dan untuk bangsa dan rakyat. Rasanya kecerdasan itu juga untuk kaum intelektual, tokoh agama, orang partai, ormas dan yang berbintang emas dipundaknya, bila tidak bangsa akan terus gelap seperti hashtag mahasiswa itu.
Tegakkan keadilan setelah adanya fenomena yang telah menandainya ada ratusan jiwa kurban nyawa di panitia pemilu di masa tahta itu dan ratusan nyawa di kanjuruhan, ada jiwa di km 50 ada jiwa manusia yang kritis seperti intelektual muslim seperti AA ada ekonom seperti RR dan juga FB dan jiwa-jiwa yang diteror tahunan ini oleh kaki tangan tahta.
Wajah bangsa nan buruk dan membuat rakyat semakin banyak menderita dalam kemiskinan dan pengangguran dalam jumlah puluhan juta dan mereka juga diracuni oleh bansos gentong babi di pemilu. Demi itu semua diperlukan hukum yang tegak lurus sekalipun langit runtuh dan itu lentera awal yang menerangi bangsa akan keluar dari kegelapannya. Kalau tidak potensials Indonesia menangis.
Bogor Februari 2025
.
*edvj/ pjmi/ wi/ nf/ 210225