
WARTAIDAMAN.com
JAKARTA – Di tengah dinamika sosial dan ekonomi yang terus berubah, data statistik menunjukan bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks terkait kemiskinan struktural, kesenjangan pendidikan, krisis lingkungan, serta ketahanan pangan dan kesehatan.
“Dan di balik data-data statistik tersebut, ada jutaan kehidupan yang menantikan solusi nyata dalam menghadapi tantangan tersebut,” kata Direktur Utama Laznas Yakesma, H. Sahabuddin dalam kegiatan Public Expose 2025 dan diskusi “Indonesia CollaborAction Forum” yang berlangsung di Ballroom Naraya Hotel Jakarta, Rabu (26/2/2025).
Namun, lanjutnya, sejarah telah membuktikan bahwa bangsa ini selalu mampu bangkit dengan semangat gotong royong dan kolaborasi dari berbegai stakeholder.
“Yakesma, sebagai lembaga filantropi yang sudah hadi sejak 14 tahun lalu dan berkomitmen terhadap perubahan sosial berkelanjutan, kami berkeyakinan bahwa gotong royong dan kolaborasi bukan sekedar konsep, melainkan kekuatan yang mampu menggerakkan perubahan,” ujar Sahabuddin.
“Keyakinan inilah yang melahirkan Indonesia CollaborAction Forum, sebuah ruang aksi dan sinergi bagi para pemangku kepentingan untuk bersama-sama menghadirkan solusi bagi negeri,” tambahnya.
Public expose dan Indonesia CollaborAction Forum ini, lanjut dia, bukan sekadar forum presentasi, tetapi momen strategis untuk membangun gerakan kolektif yang lebih kuat, lebih strategis, dan lebih terukur dalam memberikan solusi bagi permasalahan bangsa.
Forum ini, terang Sahabuddin, menyatukan pemikiran dan aksi dari akademisi, filantropis, pemerintah, sektor swasta, serta komunitas lokal dalam satu ekosistem perubahan.
“Diforum ini kita juga mengakselerasi program kemanusiaan berbasis dampak melalui pendekatan inovatif dan berbasis riset. Kami juga ingin menginspirasi lebih banyak individu dan institusi untuk berkontribusi dalam transformasi sosial yang inklusif,” katanya.
Sedangkan sebagai aksi nyata, terang dia, Yakesma telah menjalankan program Ibu Tangguh yang memberikan pendampingan dan modal usaha bagi kelompok perempuan di tanah air.
Selain itu, Yakesma juga terlibat dalam program Kampung Madani dan Kampung Zakat yang bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag). Kegiatan yang berlangsung di 23 lokasi di Indonesia tersebut menjalankan program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan dakwah.
Selain itu, terang Sahabuddin, Yakesma juga berperan dalam membantu komunitas Muslim Indonesia di luar negeri melalui program Masjid Lima Benua, yang telah berjalan di Belanda dan Jepang, dan akan diperluas ke negara lain.
la juga menegaskan bahwa Yakesma berkomitmen untuk terus menjaga kepatuhan terhadap syariah, regulasi, dan prinsip kebangsaan dalam tata kelolanya.
“Di sini kami dibimbing, diarahkan oleh regulator, harus taat Syariah, taat regulasi, saat NKRI, semuanya diatur dalam tata kelola pelaksanaan Yakesma,” pungkas Sahabuddin.
Sedangkan khusus terkait public expose, Sahabuddin mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan event perdana setelah 14 tahun berdiri untuk disampaikan kepada publik, sebagai bagian dari upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga.
“Sebagai lembaga publik yang berizin, kami memandang perlu melakukan Public Expose, selain Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang setiap tahun kita sampaikan kepada regulator, Baznas, Kemenag, dalam rangka untuk meningkatkan LPJ kita,” ujarnya.
Selain itu, la menyampaikan, bahwa Public Expose juga untuk meningkatkan partisipasi dan kepercayaan donatur ataupun komunitas kepada Yakesma yang berfokus pada pengelolaan dana infak, sedekah, dan dana sosial perusahaan
dalam berbagai program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta kemanusiaan.
“Karena dalam hal ini kami sebagai lembaga yang bermitra dalam menyalurkan dana infak sedekah, dana korporate sosial, memerlukan adanya timbal balik pada mereka yang sudah mempercayakan dan di kami menunjukkan kinerja dan prestasi dalam hal penyaluran ataupun tata kelola,” pungkasnya.
*zj/ pjmi/ wi/ nf/ 270225