
Foto kanan tengah : Ketua Yayasan Sultan Agung Reno Chandra Sangaji Foto bawah : M Usman mengamati hasil ulangan yang ditemukan di dalam Al Quran kuno WARTAIDAMAN.com
“Inikan hasil ulangan waktu saya masih kelas dua sekolah dasar islam empat puluh lima tahun yang lalu” kata Muhammad Usman (65) sambil mengamati secarik kertas yang sudah berwarna kuning karena dimakan usia.
Hasil ulangan yang ditemukan terselip di lembaran mushaf Al-Qur’an kuno bertuliskan tangan itu ditemukan disebuah almari alumanium tempat menyimpan beraneka macam buku buku dan beberapa kitab Al Qur’an dan surah Yasin milik Masjid Sultan Agung.
Ditengah keterkejutan M Usman mencoba mengingat kembali kenangan sewaktu dia menuntut ilmu dilingkungan pendidikan milik Yayasan Sultan Agung itu.” Baru saya ingat ini hasil ulangan pendidikan sejarah dunia waktu itu saya duduk dikelas dua sekolah dasar Islam namanya” kata mantan karyawan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta itu.
Dari 10 pertanyaan yang diajukan gurunya puluhan tahun yang lampau itu tentang sejarah perkembangan Agama Islam di Spanyol.Seperti kedigjayaan Thariq bin Ziyad dan keindahan Istana Alhamra di Cordoba Spanyol.
Thariq bin Ziyad adalah seorang panglima perang Islam dari dinasti Umayyah yang berhasil menaklukkan Andalusia (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar, dan sekitarnya) pada tahun 711 M. Ia dikenal sebagai salah satu panglima perang Islam paling berpengaruh dalam sejarah.
“Saya jadi ingat dengan jasa seorang guru yang cukup termasyur dan banyak jasanya mendidik anak anak disini dulu. Namanya Almarhum M Syaifudin yang menyimpan hasil ulangan dilembaran Al Qur’an ini” ucap M Usman sambil memandang keatas seperti mencoba mengingat kembali masa kecilnya bersekolah di Sekolah Dasar Islam yang kini berubah nama menjadi Madrasah ibtidaiyah Swasta (MIS) Sultan Agung itu.
M Usman mencoba memberi komentar bagaimana pola pengajaran guru zaman dahulu kebanyakan menggunakan gaya mengajar yang berpusat pada guru (teacher-centered). Pada saat itu guru menjadi sumber utama dalam belajar dan buku hanya difungsikan sebagai penunjang. Guru zaman dahulu adalah sosok yang sangat dihormati dan disegani ujarnya.
“Kalau boleh saya berkomentar sosok guru dengan pola mengajar dan pengenalan ilmu agama yang kuat melalui sekolah Islam dan pesantren akan tercipta generasi yang diharapkan bangsa ini katanya.
Dari segi reward and punishment, juga terdapat perbedaan. Guru zaman dahulu sering kali menggunakan cara-cara yang tegas dalam mendidik siswanya. Misalnya berlari mengelilingi lapangan, berdiri dipojokan kelas, dipukul dengan tongkat, dicubit dan lain sebagainya.
Yayasan Sultan Agung yang bangunan sekolahnya jadi satu dengan Masjid Sultan Agung di Babadan Baru Jogjakarta setiap tahun berhasil meluluskan siswanya baik Taman Kanak-kanak Sultan Agung, MIS Sultan Agung dan Madrasah Tsanawiyah Ummul Quro.
Yayasan Sultan Agung yang didirikan para tetuha kampung Babadan Baru diantaranya Almarhum Haji Jayadi dalam usianya yang ke 51 tahun beberapa tokoh masyarakat Jogja pernah menduduki sebagai Ketua Yayasan antara lain Hafidz Asrom senator DPD RI Perwakilan DIY.Saat ini Ketua Yayasan Sultan Agung dipercayakan pada Reno Chandra Sangaji Lurah Desa Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta. (Ridar Harahap).
Views: 13