Selokan Mataram Iconik Kota Jogjakarta

Posted by : wartaidaman 09/03/2025
 
 

WARTAIDAMAN.com

 

 

Selain identik dengan tugu dan Gunung Merapi, Kota Yogyakarta memiliki tempat ikonik lain bernama Selokan Mataram. Selokan Mataram sendiri merupakan saluran irigasi buatan yang sudah ada sejak zaman penjajahan. Keberadaannya sangat mudah ditemui, karena membentang di tengah-tengah Kota Jogja.

Saat ini saluran air tersebut menjadi tanggungjawab dan dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Terdapat sejumlah fakta menarik dari Selokan Mataram. Salah satunya adalah alasan pembangunannya yang diketahui merupakan taktik Sultan Hamengkubuono IX untuk menyelamatkan rakyat dari kejamnya kerja paksa Romusha oleh Jepang saat berkuasa di Yogyakarta.

Terdapat sejumlah fakta menarik dari selokan Mataram yang dibangun merupakan strategi Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyelamatkan rakyat dari kekejaman kerjasama Romusha Bala tentara Jepang yang berkuasa di Jogjakarta dimasa yang lampau.

Di salah satu bantaran kawasan hulu sungai, terdapat unit kincir kecil sebagai sumber pembangkit listrik mikrohidro. Menariknya, pembangkit tersebut digunakan untuk kebutuhan listrik di dusun setempat.

Selain itu, menurut peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Fajar Sulistyo dalam “Selokan Mataram, Dalam Cerita dan Fakta” terdapat sebuah terowongan panjang di sekitar hulu sungai dengan panjang 979 meter.

Selokan yang melintasi dari ujung barat Sleman hingga paling timurnya itu memiliki ukuran yang semakin melebar ke hulu. Untuk ukuran lebarnya sendiri antara 2 sampai 6 meter dan mampu mengairi 15.734 hektare persawahan di sepanjang alirannya.

Bagi yang penasaran, sungai kecil yang berada di kawasan Bulaksumur, Kampus UGM merupakan penampakan Selokan Mataram yang membentang di tengah kota.

Perubahan Sungai Semakin Tampak

Keberadaan Selokan Mataram terus berubah dari waktu ke waktu. Berdasarkan catatan dari Guru Besar Teknik Sipil UGM, Budi Santosa Wignyosukarto, perubahan tata ruang terjadi karena didirikannya sejumlah pemukiman hingga industri di sekitar sungai.

“Ada perubahan tata guna lahan pertanian menjadi permukiman maupun industri. Terjadinya kerusakan jaringan saluran tersier, serta air tanah yang semakin susut. Di samping itu terjadi lonjakan populasi dan pengaruh perubahan iklim,” tuturnya.

Pernyataan ini turut didukung oleh penelitian dari akademisi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro tahun 2015, di mana pada tahun 1980 kawasan di pinggir sungai adalah persawahan, kebun, dan ladang.

Namun sepuluh tahun berselang, kondisinya kian berubah dengan adanya kampus, permukiman warga, pertokoan, hingga usaha dan jasa. Sampai tahun 2005 mencapai 175 unit bangunan yang berdiri di sana.

Usaha perbaikan dan perawatan sepanjang aliran akhirnya terus dijalankan oleh BBWS-SO dengan secara berkala melakukan pengurasan semak belukar hingga rumput di sekitar aliran sungai agar tidak terjadi kondisi tanggap darurat yang pernah berlangsung di tanggal 9 Desember 2021 lalu.

Saat itu, tanggul Selokan Mataram di Cabeyan, Desa Bligo, jebol akibat tak kuat menahan besarnya debit air di musim hujan yang turun secara terus-menerus. (Ridar/*)

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *