WARTAIDAMAN.com
Presiden Republik Rakyat Indonesia, Prabowo Subianto berulang-ulang kali mengatakan bahwa kita tidak boleh terpecah belah, bahwa rakyat Indonesia jangan mudah untuk di adu domba oleh kepentingan-kepentingan asing yang memang menginginkan Indonesia hancur.
” Mari kita menjadi bangsa yang besar. Mari kita hormati pemimpin-pemimpin kita. Jangan jadi bangsa yang kerdil. Jangan mau diadu domba terus oleh bangsa-bangsa asing. Jangan mau dibohongi terus oleh mereka,” kata Presiden Prabowo
Oleh karena itu, Presiden Prabowo mengajak masyarakat untuk berubah agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar di dunia. Prabowo juga mengajak masyarakat untuk menjaga kerukunan dan persatuan agar bisa menjadi negara yang hebat dan makmur.
“Kita harus menjaga suasana kerja sama saling membantu, saling mendukung, yang kuat mengangkat yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang pintar mengajar orang yang belum pintar, baru Indonesia menjadi negara hebat,” ujar mantan Menhan RI itu.
Terkait dengan demo penolakan terhadap UU TNI yang telah disahkan oleh DPR RI Presiden mengatakan bahwa hak menyatakan pendapat baik lisan ataupun tulisan diatur oleh konstitusi kita, namun jangan dalam menyampaikan hak berpendapat ditunggangi oleh kepentingan pihak-pihak yang tidak ingin Indonesia kuat
Demo penolakan UU TNI kian menimbulkan pertanyaan besar dari masyarakat luas, apakah ada campur tangan pihak luar dalam aksi demo tersebut.
Baru-baru ini di platform media sosial X, mantan TGUPP Anies Baswedan, Tatak Ujiyati memberikan komentarnya sambil menyertakan ulasan cerita wawancara wartawan investigasi dari AS Allan Nairn dengan Presiden Prabowo Subianto pada tahun 2001.
“Belum siap demokrasi? Butuh rezim otoriter jinak? Hoh serem amat” tulis mantan anggota TGUPP Anies tersebut.
Sebenarnya jawaban Prabowo Subianto tersebut guna menjawab pertanyaan Allan terkait operasi militer di Papua, namun sayangnya hal tersebut terus digoreng dikaitkan dengan disahkannya UU TNI baru-baru ini.
Terkait dengan Allan Nairn, mantan duta besar Indonesia untuk AS, Dito Pati Djalal pernah mengatakan bahwa Allah Nairn bukanlah jurnalis investigasi AS, melainkan sebagai petualang politik. Dino menganggap Allan tak lebih dari orang yang hanya ingin mencari sensasi semata.
” Dia mengklaim dirinya jurnalis investigatif tetapi dia tak lebih dari orang yang hanya ingin mencari sensasi,” katanya kepada Republika, Jumat (4/7/2014).
Dino mengatakan, sejak dirinya masuk pertama kali di Departemen Luar Negeri (Deplu) tahun 1987, Allan diketahui selalu mencari sensasi dengan berbagai cara. Melalui tulisan-tulisannya, Allan selalu menjelek-jelekkan Indonesia.Bahkan, Allan pernah mendukung gerakan separatis seperti di Timor Timur, Aceh dan lain-lain.
Menurut Dino, tulisan Allan selalu anti terhadap Indonesia dan selalu digunakannya untuk komoditi kepentingan politiknya. Allan selalu masuk ke ruang politik bangsa Indonesia dengan mengadu domba kelompok satu dan yang lain. “Semua diplomat tahu siapa dia,” ujarnya.
Mantan Dubes AS tersebut mengajak semua pihak untuk tidak terjebak dalam politik adu domba yang dilakukan pihak lain. Bangsa Indonesia harus menjaga kedaulatan politiknya sendiri.
Demi kemaslahatan bangsa ini, demi persatuan dan kesatuan Republik ini, janganlah kita mudah diadu domba dan di pecah belah.
Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi!
#JagaIndonesia #JagaMerahPutih #IndonesiaPastiJaya.
Ditulis oleh Muchlis Hassan 26 Maret 2025 Diposkan pada Berita Dalam Negeri, politik nasional
*aw/ pjmi/ wi/ nf/ 290325
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Ayoo...Bantu Bangun Kembali Masjid Palestina Rp.10.000 Insyaa ALLAH cukup, mau lebih bagus, mau rutin lebih bagus untuk berdonasi aman, klik link di bawah ini https://lazisdmi.com/campaign/bantu-bangun-kembali-masjid-palestina?ref=1hhm4
BACA JUGA :
LAZIS DMI Luncurkan Gerakan Nasional “Infaq 10rb untuk Bangun Kembali 100 Masjid di Gaza” Ajakan untuk Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid di Bulan Ramadhan
Views: 9
