WARTAIDAMAN.com
Ketua Badan Pengelola dan Pelaksana Harian (BPPH) Al Azhar Jogjakarta sekaligus Ketua Yayasan Asram, HA Hafidh Asrom mengungkapkan, program Taman Gizi dimulai sejak sekolah berdiri sekitar 20 tahun lalu.
Program makan MBG tengah menjadi sorotan publik setelah beberapa kasus keracunan terjadi di sejumlah daerah. Jauh sebelum program pemerintah pusat ini digulirkan, Sekolah Islam Al Azhar Jogjakarta telah lebih dulu punya program serupa yang berjalan selama dua dekade. Program itu diberi nama Taman Gizi.
Hafidh mengungkapkan, sejak berdirinya Al Azhar dan dengan adanya program itu, anak-anak akan merasa fit kondisinya, sehingga tidak perlu khawatir kalau misal tidak sarapan di rumah.
Menurut Hafidh, pada awalnya pengelolaan makanan diserahkan kepada perwakilan orang tua siswa yang memiliki usaha katering atau rumah makan. Sistem itu berjalan selama sekitar delapan tahun. Seiring perkembangan sekolah dan kebutuhan standar gizi, lalu dibangun dapur besar sendiri yang sudah beroperasi selama 12 tahun terakhir,” ungkapnya.
Kini dapur utama yang berlokasi di kawasan Monjali itu memasak mulai pukul 01.00 dini hari untuk memenuhi kebutuhan 4.500 porsi makanan setiap harinya. Makanan dikirim ke berbagai unit sekolah Al Azhar di Jogjakarta seperti Wonosari, Bantul, Gamping, dan Monjali sendiri. Sebanyak 38 orang tenaga dapur dikerahkan setiap hari. Diakui, sistem distribusi makanan dilakukan dengan konsep prasmanan per kelas. Selain lebih aman dan segar dibandingkan makanan yang dikemas satu per satu, sistem ini juga mendidik anak-anak untuk disiplin, antre, bersih, dan saling menghargai.
“Bagi siswa dengan alergi tertentu, pihak sekolah juga menyediakan komunikasi khusus agar semua tetap mendapat porsi makan yang sesuai,” mantan anggota DPD RI Itu.
Menanggapi maraknya kasus keracunan pada program MBG pemerintah, Hafidh menilai konsepnya sebenarnya baik, namun implementasinya memang perlu pengawasan ketat.(Moget)
*riha/ wi/ nf/ 301025
Views: 25











