
WARTAIDAMAN.com
Dr.H.M.Suaidi,M.Ag.
Alkisah, Dzun Nun al-Mishri berburu di laut. Anak perempuannya yang masih kecil ikut bersamanya. Jaring dilemparkan ke laut dan berhasil menangkap seekor ikan. Setelah mengetahui hasil tangkapannya, ikan itu hendak diambil dari jaring.
Namun, anak putrinya mengerti bahwa ikan dalam jaring tersebut menggerak-gerakkan mulutnya. Melihat hal tersebut, tanpa dinyana, si anak melemparkannya lagi ke laut.
Mengapa engkau melakukan itu, putriku?” tanya Dzun Nun al- Mishri kepada anaknya dengan heran.
Ayah, aku tidak rela seekor makhluk yang berdzikir kepada Allah swt dimakan,” ujar si anak.
Lalu, apa yang akan kita kerjakan tanya Dzun Nun.
Kita bertawakkal kepada Allah swt . Maka, rezeki akan diberikan kepada kita dari hewan yang tidak disebutkan oleh Allah swt, jelas si anak.
Ayah pun meninggalkan perburuan ikan. Mereka berdiam diri dan bertawakkal kepada Allah swt sampai sore, tidak ada sesuatu pun yang menghampiri. Ketika Isya datang, Allah swt menurunkan berbagai makanan dari langit kepada mereka.
Setiap malam, makanan itu diberikan. Hal ini berlangsung selama sekitar dua belas tahun. Dzun Nun al-Mishri menyangka bahwa pemberian makanan-makanan tersebut sebab shalat, puasa, dan ibadahnya.
Selanjutnya, anak Dzun Nun al-Mishri pun meninggal dunia. Semenjak itu pula, tidak ada makanan yang turun kepada Dzun Nun al-Mishri. Maka, ia menyangka bahwa makanan tersebut diberikan karena anaknya. Akhirnya, Dzun Nun al-Mishri kembali kepada persangkaan semula. Muga bermanfaat.*****
*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 150625
Views: 24