Malam Jumat Kliwon Ajang Mencari Rejeki

Posted by : wartaidaman 18/04/2025
Gambar bawah kiri: Ridar Harahap (Penulis) dan Pedagang tua Pak Margono

 

 

 

 

Dalam upaya meningkatkan dan membantu kegiatan perekonomian masyarakat Pemerintah Daerah kabupaten Bantul memberikan kesempatan dan kemudahan pelaku UMKM di wilayah dengan menyediakan sarana transaksi jual beli pelaku UMKM termasuk pedagang barang bekas yang dikenal dengan klitikan dan komunitas pedagang batu akik di daerah ini.

Sebut saja beberapa pedagang batu akik Cak Ubay, Bapak Margono dan Bang Zul yang selama ini bertahan dengan profesinya.

“Sudah empat puluh tahun saya bertahan dengan usaha ini. Selain batu akik, tosan aji termasuk minyak buluh perindu dari Kalimantan” kata Margono (72).

“Cara memakainya minyak ini cukup dioleskan seluruh bagian tubuh dengan izin yang maha kuasa seseorang yang kita cinta akan jatuh hati. Tapi biasanya pembeli hanya minta barang dagangannya laris caranya cukup disimpan ditempat penyimpanan uang dagangan” kata Margono.

Para pedagang barang bekas dan klitikan yang menggelar daganganan disetiap malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon terdiri dari pedagang barang bekas dan klitikan yang biasa menggelar di hari pasaran di Jogjakarta.

Ternyata para pedagang UMKM tahu benar memanfaatkan momen suasana mitos dan sakral dikawasan cagar budaya Cepuri. Terlihat beberapa pedagang menawarkan beraneka macam dan ragam minyak gosok yang berasal dari Papua dan Kalimantan dan beberapa barang barang antik.

Yang tidak kalah menariknya adalah Pijat Tanduk Lembu Maeso Mbah Raden. Alat bekam yang dipergunakan untuk mengobati pasien terdiri dari tanduk kerbau sapi dan kambing dengan merogoh kocek Rp.30.000 maka diharapkan tubuh kita yang semula lunglai dan pegal sembuh seperti sediakala.

Beraneka macam cara pedagang mencoba menjual dagangannya seperti yang diperagakan seorang pedagang minyak khas Kalimantan dengan mengenakan pakaian perang Suku Dayak.

Bukan itu saja, di arena pasar klithikan Parangkusumo pedagang yang memakai pakaian perang suku Dayak itu juga menjual beberapa ornamen khas suku Dayak yang cukup menarik yang harganya dipatok cukup tinggi kisaran satu juta rupiah.

Bagi yang tidak kuat imannya jangan sesekali mengunjungi Kawasan Cagar Budaya Cepuri Parangkusumo. Diantara deretan warung makan yang berada di kawasan itu pandangan mata anda akan dibuat terkejut dengan penampilan wanita yang sebenarnya tidak muda lagi yang mengenakan busana sangat minim sambil memperlihatkan tubuh sintalnya. “Monggo nginap Mas Monggo mampir Mas?” sapa ramah wanita wanita itu.

Mereka penjual cinta sesaat itu ternyata menawarkan dirinya sampai memasuki kawasan cagar budaya Cepuri berbaur bersama para peziarah yang secara khuyuk. Padahal Satpol PP Kabupaten Bantul berkali-kali melakukan razia dan mengamankan wanita yang ditenggarai pedagang sek komersial (PSK) itu.

Seolah menjadi  jamur yang terus merajalela, prostitusi di pesisir selatan Bantul seperti kian bergeliat saja. Salah satu titiknya ada di kawasan Parangkusumo.

Malam mulai tiba di Cepuri, Pantai Parangkusumo. Saat beberapa rumah warga satu per satu mulai memadamkan lampunya pertanda si pemiliknya sudah mulai terlelap, tidak dengan kawasan itu. Para berziarah bukan makin sepi malahan semakin padat memasuki kawasan cagar budaya yang cukup tersohor di Jogjakarta itu.

Ternyata tak hanya jadi surga bagi para pegiat ritual, malam itu pun kerap menjadi surga bagi para pencari rupiah. Tak hanya penjaja makanan dan pernak-pernik ritual, tapi juga penjaja berahi juga turut kecipratan rejeki.

Geliat kupu-kupu malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon memang sudah menjadi cerita lama dalam lembar kelam bisnis prostitusi di kawasan pesisir selatan Bantul. Tak lagi terhitung berapa kali aparat melakukan razia dan penangkapan. Nyatanya selalu terus muncul. (Ridar).

Views: 20

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *