WARTAIDAMAN.com
Di pedalaman Papua yang masih perawan, terdapat sebuah gunung megah yang menggoda para petualang dari seluruh dunia yang bernama Gunung Cartenz.
Cerita ini mengikuti petualangan sekelompok pendaki yang bertekad menduduki puncak tertinggi di Indonesia tersebut: Andi, seorang petualang handal dengan semangat yang tak terkalahkan; Arief, seorang fotografer yang mencari inspirasi baru; dan Dika, seorang ahli geologi yang ingin meneliti formasi batuan unik di Gunung Cartenz.
Perjalanan mereka dimulai dari sebuah desa kecil di sekitar gunung, diikuti oleh seorang pemandu lokal yang berpengalaman. Andi, dengan rasa ingin tahu yang besar, bertanya pada pemandu, “Siapakah yang pernah mendaki gunung ini sebelumnya?” Pemandu itu menjawab, “Beberapa kali, tetapi setiap kali adalah petualangan baru. Setiap gunung mempunyai cerita dan rahasia tersendiri.”
Mereka menghadapi berbagai rintangan, mulai dari medan berat hingga cuaca ekstrim. Di salah satu momen paling menegangkan, mereka harus melintasi jembatan gantung yang terbuat dari tali rotan di atas jurang dalam. Arief dengan nada gugup bertanya, “Kau yakin jembatan ini aman?” Dika menenangkannya, “Kami harus percaya pada pemandu dan diri kami sendiri. Kita bisa melalui ini bersama-sama.” Pemandu lokal itu menambahkan, “Tenang saja, jembatan ini sudah bertahan puluhan tahun. Selalu pegang tali dengan erat dan jangan lihat ke bawah.”
Saat beristirahat di malam hari di dalam tenda, mereka semua memikirkan keindahan alam yang tidak dapat digantikan. Andi berkata, “Tidak ada yang bisa menggantikan keindahan alam seperti ini, bukan?” Dika menambahkan, “Benar sekali. Alam ini mengajarkan kita untuk menghargai setiap momen dan keajaiban kecil.” Arief sambil tersenyum berkata, “Mungkin inilah yang selalu aku cari, inspirasi alami untuk fotoku.”
Mendekati puncak, semangat Andi memuncak. “Kita hampir sampai, kawan! Jangan menyerah sekarang!” Pemandu itu menasehati, “Sabar, Andi. Puncak itu menantimu, tetapi kita harus menghormati gunung ini.” Dika menyadari betapa pentingnya perjalanan ini, “Puncak adalah tujuan, tetapi perjalanan kita bersama adalah yang membuat semua ini berharga.”
Saat mereka tiba di puncak Gunung Cartenz, ditemani fajar yang membelah langit biru, Arief mengambil foto dan berkata, “Inilah momen yang akan aku kenang seumur hidup. Terima kasih, kalian semua.” Andi, dengan mata berkaca-kaca, menambahkan, “Kami berada di puncak dunia ini bersama-sama. Tidak ada yang lebih indah dari ini.” Pemandu lokal itu, sambil mengamati sekeliling, mengingatkan, “Selamat, kalian telah menduduki Cartenz. Tapi jangan lupa, gunung ini adalah rumah bagi banyak roh. Hargailah dan jaga kelestariannya.”
Kisah mereka di Gunung Cartenz bukan hanya pencapaian fisik yang luar biasa, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan emosional yang mendalam, menggali makna persahabatan, keberanian, dan penghormatan terhadap alam.
Disalin dari BERITALINGKUNGAN.COM
Oleh M. Ridho Nurjannah F./ MRNF (WI)