Toleransi Warga Kudus Tak Lekang Digulung Waktu

Posted by : wartaidaman 04/06/2025
 
WARTAIDAMAN.com   

 

 

Menurut Gadzali SH yang didapuk sebagai penasehat hukum Dewan Pimpinan Daerah Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) DIY menjelaskan, saat itu Sunan Kudus mengawali penyebaran Agama Islam di wilayah Kudus dan sekitarnya ia melihat masyarakat setempat sudah memeluk agama Hindu yang sangat menghormati sapi.

“Sejak lima abad silam, masyarakat di Kota Jenang, Kudus, telah mengembangkan toleransi antarumat beragama dengan tidak berkurban hewan sapi di Hari Raya Kurban” kata Gadzali SH yang dihubungi PJMI melalui pesawat telpon seluler.

Menurut Gadzali SH yang lahir di Kota Kudus yang berprofesi sebagai seorang pengacara yang berhimpun dalam Persatuan Advokat Republik Indonesia (Perari) itu. Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan atau Sunan Kudus, satu dari sembilan wali penyebar Islam di tanah Jawa pada lima abad lampau. Sunan Kudus adalah keturunan R Usman Haji dari Jipang Panolan, seorang ulama asal Palestina dengan keahlian berperang. Usman Haji pernah tercatat sebagai panglima perang di Kesultanan Demak dan menjadi imam di Masjid Demak.

Tradisi Unik Idul Adha di Kudus: Berkurban Kerbau sebagai Simbol Toleransi Beragama. Kerbau menjadi hewan kurban yang biasa diberikan oleh masyarakat di Kudus, Jawa Tengah. Dijadikannya kerbau sebagai kurban adalah sebuah tradisi dari toleransi yang berlangsung sejak dulu kala.

“Dengan berqurban kerbau menurut hemat para sohibul qurban sepertinya ada yang kurang dan soheh tanpa mengenyamping sapi dan kambing” ujar Gadzali.

Biasanya sebelum hewan qurban disembelih, kerbau biasanya didatangkan ke kompleks Makam Sunan Kudus sehari sebelum disembelih oleh panitia qurban Masjid Manara Kudus ujarnya.

Sampai sekarang sebagian warga masyarakat Kudus masih tetap memegang teguh larangan Sunan Kudus untuk tidak menyembelih sapi, termasuk pada perayaan Idul Adha.

Sikap saling membantu masyarakat sangat terlihat, antara lain saat peringatan Sunan Kudus setiap 10 Muharam dengan ribuan orang ikut memberi sumbangan atau mendapat pembagian nasi, termasuk warga non-Muslim.

“Bahkan yang memberikan sumbangan untuk acara Haul Mbah Sunan Kudus itu juga dari masyakat non-Muslim. Artinya, kebersamaan ini masih terus terjaga sampai sekarang,” kata Gadzali.

Hal itu dapat disaksikan kontruksi bangunan Masjid Menara Kudus merupakan peninggalan Sunan Kudus, salah satu dari Wali Songo, yang dibangun pada tahun 1549 Masehi. Masjid ini menjadi simbol akulturasi budaya antara Islam dan Hindu di Jawa.

Masjid Menara Kudus merupakan salah satu masjid tua yang berada di Pulau Jawa. Masjid yang berada di Jawa Tengah ini disebut sebagai Masjid Menara Kudus lantaran memiliki menara unik yang didesain seperti bangunan candi. (Ridar/*).

Views: 12

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *