
Gambar bawah kanan: RM Triyanto Prastowo Gambar bawah kiri: Miniatur tugu Jogja di pendopo RM Triyanto Prastowo
Dahulu kala, ketika kali pertama selesai dibangun, bentuk Tugu Pal Putih belum berbentuk golong gilig. yang memiliki arti silinder, sedangkan Golong berbentuk bak bola pejal. Hal inilah yang mengacu pada bentuk asli tugu, yakni berbentuk silindris dan menyangga bola pejal. Menurut kepercayaan masyarakat, bentuk Tugu Pal Putih memiliki makna persatuan di antara Keraton Jogja dan juga rakyatnya.
“Tugu yang dibangun Sultan HB I ini memiliki ketinggian 25 meter, tetapi setelah rusak kemudian dibangun kembali oleh Belanda, tinggi dari Tugu Pal Putih berubah menjadi l15 meter. Tak hanya ketinggiannya saja yang berubah, bentuk dari Tugu Pal Putih juga menjadi runcing”kata Raden Mas Triyanto Prastowo Senin (9/6/2025).
Terdapat sejumlah simbol terlihat di Tugu Pal Putih, di antaranya yakni Bintang David enam sudut, titik emas, sudut meruncing serta daun loto. Puncak berbentuk spiral bak tanduk unicorn inilah yang menjadi daya tarik dari Tugu Pal Putih ujarnya.
Raden Mas Triyanto Prastowo adalah turun temurun Sultan Hamengkubuwono VII yang dikenal dengan julukan Sultan Sugih.
Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di daerah Yogyakarta yang keseluruhan berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik tersebut dapat menghasilkan keuntungan kepada Hamengkubuwono VII sebesar F200.000,00. Akibatnya, julukan Sultan Sugih disematkan kepadanya lantaran ia memiliki kekayaan cukup banyak kala itu.
Sri Sultan Hamengkubuwono VII lahir pada 4 Februari 1839, 183 tahun lalu dengan nama asli Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI. Ia naik takhta menjadi raja Kesultanan Yogyakarta menggantikan sang ayah pada 13 Agustus 1877. Selama memerintah, ia memiliki beberapa julukan, yakni Sinunan Behi dan Sultan Ngabehi atau kerap disebut Sultan Sugih.
“Bila anda perhatikan dengan saksama sampai hari ini masih terukir simbol angka romawi tujuh sebagai perlambang Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan dipuncaknya terukir mahkota beliau”kata RM Triyanto Prastowo.
Pada Tugu Jogja saat ini, terdapat empat prasasti yang tersemat pada empat sisinya. Empat prasasti yang ditulis menggunakan aksara Jawa dan berbingkai kotak emas ini merekam proses pembangunan Tugu Jogja kembali.
Prasasti ini menunjukkan bahwa tugu tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII.
Tugu Golong Gilig: Awalnya, Tugu Jogja bernama Tugu Golong Gilig, yang merupakan simbol persatuan antara raja dan rakyat di Yogyakarta. Bentuknya silinder dengan puncak bulatan, dan merupakan bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Gempa bumi yang terjadi pada tahun 1867 merusak Tugu Golong Gilig.
Pembangunan Kembali oleh HB VII: Sri Sultan HB VII memerintahkan pembangunan kembali tugu di tempat yang sama, dan diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1889. (Ridar)
Views: 15