
WARTAIDAMAN.com
Jakarta, –Pemerintah Indonesia dan Prancis memperkuat kerja sama di bidang pendidikan anak usia dini (PAUD) melalui penyelenggaraan “Seminar Sehari Belajar Numerasi PAUD dari Praktik Baik Negara Perancis” di Jakarta (20/6). Seminar itu menjadi langkah strategis dalam membekali para pendidik dengan pemahaman mendalam mengenai konsep numerasi yang sesuai untuk anak usia dini. Seminar tersebut diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari unsur organisasi profesi guru PAUD, yaitu Himpunan Pendidik PAUD Indonesia (HIMPAUDI), Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK), dan Guru-guru TK Aisyiyah.
Ketua Tim Kerja Pembelajaran, Kesejahteraan dan Perlindungan Direktorat guru PAUD dan PNF, Komarudin, menyampaikan bahwa kegiatan itu merupakan salah satu praktik baik dalam upaya mengurangi kesenjangan pendidikan sejak awal. Menurutnya, penguatan numerasi pada masa keemasan perkembangan otak sangat penting untuk mencegah kesulitan belajar di masa depan. “Melalui seminar numerasi yang terstruktur, pendidik dapat mengidentifikasi anak-anak yang memiliki potensi istimewa dalam bidang numerik, sehingga dapat diberikan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujarnya.
Seminar itu juga memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Prancis. Hadir dalam kegiatan tersebut Konselor Kerja Sama dan Kebudayaan serta Direktur Institut Français Indonesia (IFI), Jules Irrmann, beserta delegasi Prancis. Irrmann menekankan bahwa pendidikan PAUD sangat penting di Prancis, yakni sekolah wajib dimulai sejak usia 3 tahun. “Presiden Macron dan Presiden Prabowo sudah menggandeng kerja sama dalam bidang pendidikan. Tidak hanya tentang makan bergizi gratis, tetapi juga pembelajaran bahasa asing, demi masa depan yang cemerlang,” ujarnya.
Narasumber utama dalam seminar itu adalah Peggy Pitaval, seorang guru sekolah dasar, psikolog, dan inspektur pendidikan Prancis untuk wilayah Asia. Ia membagikan pengalaman dan praktik terbaik sistem pendidikan Prancis, khususnya dalam bidang PAUD. Peggy menekankan bahwa usia 3 hingga 5 tahun merupakan masa paling penting dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, sistem pendidikan Prancis memastikan bahwa kebutuhan pendidikan anak usia dini harus dipenuhi secara menyeluruh dan berkualitas.
“Anak usia 3 tahun di Prancis sudah wajib masuk sekolah. Mulai hari ini, tidak ada lagi anak usia 3 tahun yang tidak disekolahkan di TK. Karena kami percaya belajar adalah hak, dan pendidikan harus dimulai sejak dini,” jelas Peggy
Dalam sistem pendidikan Prancis, jenjang taman kanak-kanak dibagi menjadi Petite Section (TK kecil, usia 3–4 tahun) dan Grande Section (TK besar, usia 5–6 tahun), yang secara struktural dianggap sebagai bagian dari pendidikan dasar.
Peggy juga mengulas sejarah pendidikan di negaranya. Sejak tahun 1833, wilayah dengan jumlah penduduk di atas 500 jiwa diwajibkan membuka sekolah, dan pada akhir abad ke-19, pendidikan sudah diundangkan secara gratis. Tahun 1889 menjadi tonggak penting ketika para guru mulai digaji langsung oleh negara dan menjadi aparatur sipil negara (ASN). Mereka diwajibkan menjalani pendidikan khusus untuk mengajar, termasuk di jenjang TK. Hingga tahun 2025, pendidikan guru masih dilanjutkan di lingkungan universitas.
Saat ini, Prancis memiliki sekitar 600 sekolah di 138 negara dengan hampir 400.000 siswa yang terdaftar. Semua sekolah tersebut diakreditasi oleh Kementerian Pendidikan Prancis dan diawasi oleh 17 inspektur, termasuk Peggy Pitaval yang menangani wilayah Asia. Ia bertugas mengunjungi sekolah-sekolah Prancis di luar negeri, memastikan implementasi kurikulum berjalan sesuai standar, dan memberikan pelatihan berkelanjutan kepada para guru.
“Anak warga negara manapun boleh sekolah di sekolah Prancis dengan mutu pendidikan Prancis, kurikulum dan nilai yang penting. Kami menjunjung tinggi nilai-nilai humanis, seperti kebebasan, toleransi, kesetaraan perempuan dan laki-laki, serta kesempatan meraih cita-cita yang sama. Belajar itu sebuah hak, dan kami menjunjung tinggi karakter siswa,” pungkas Pitaval.
Direktur Guru PAUD dan PNF, Suparto, dalam sambutannya menegaskan bahwa pemahaman numerasi tidak boleh disamakan dengan kemampuan berhitung semata. “Numerasi bukan bermakna berhitung, bukan belajar rumus, tapi digunakan untuk konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sejak dini, anak-anak harus dilatih berpikir logis dan dibantu untuk memecahkan masalah,” jelasnya.
Suparto juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi, seperti anggapan bahwa numerasi hanya diajarkan di jenjang SD, serta ketidaksiapan guru dalam mengintegrasikan numerasi dalam pembelajaran PAUD.
Melalui kolaborasi tersebut, Indonesia berharap dapat mengambil pelajaran dari praktik terbaik pendidikan Prancis, khususnya dalam memperkuat numerasi PAUD secara kontekstual dan berkelanjutan. Kerja sama itu menjadi langkah penting dalam menciptakan sistem pendidikan anak usia dini yang lebih inklusif, responsif, dan berkualitas bagi seluruh anak Indonesia, serta menciptakan generasi yang cakap literasi dan numerasi sejak usia dini. (Rep: M.S.Al-Ayubi)
*islu-anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 220625
Views: 12