
WARTAIDAMAN.com
Oleh: H. J. FAISAL
Karena rasa rindu yang teramat sangat, akhirnya Abu Nawas pun pergi mengunjungi sahabat karibnya di sebuah kerajaan kecil. Sesampainya di kediaman temannya tersebut, Abu Nawas mendapati sahabatnya dalam keadaan sedang bersedih. Bersedih karena kehidupan di wilayah kerajaannya tersebut sedang mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah. Banyak rakyatnya yang mati kelaparan, dan banyak kejahatan yang terjadi akibat kesulitan ekonomi tersebut.
Tetapi di lain pihak, para petinggi kerajaan tersebut hidup dalam keadaan mewah dan selalu berfoya-foya. Raja dari Kerajaan itu selalu mementingkan kepentingan keluarganya daripada kepentingan rakyatnya. Abu Nawas pun dengan seksama mendengarkan cerita dan curahan hati sahabatnya tersebut.
BACA
PELAJARAN POLITIK DARI ALLAH TA’ALLA
Setelah bercerita tentang segala kesulitan yang dialaminya, akhirnya sahabat Abu Nawas tersebut bercerita kepada Abu Nawas, bahwa dalam satu tahun ini sang Raja sebenarnya telah mengadakan sebuah sayembara kepada rakyatnya, yang isinya adalah sang Raja memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk menduduki tahtanya sebagai Raja selama satu bulan, namun setelah selesai ‘menjadi Raja’ maka rakyat tersebut harus diasingkan ke tengah hutan lebat yang terpencil yang penuh dengan hewan buas, dan tidak boleh kembali lagi ke dalam wilayah kerajaan.
Sudah banyak rakyat yang mengikuti sayembara tersebut, ‘menjadi seorang Raja’ selama sebulan, kemudian diasingkan ke hutan, dan kemudian mati dimakan hewan-hewan buas di dalam hutan lebat tersebut. Ketika sedang ‘menjadi seorang Raja’ para rakyat tersebut memang hidup dengan penuh kesenangan dan berfoya-berfoya, sehingga selalu lupa dengan batasan waktu yang diberikan oleh sang Raja yang sebenarnya, dan juga selalu lupa dengan syarat yang sesungguhnya memberatkan dan mematikan tersebut.
SILAHKAN BACA
Demokrasi Gila Kuasa
Mendengar cerita sahabatnya tersebut, Abu Nawas pun merenung sesaat, mencoba mencari akal untuk membantu sahabatnya keluar dari kesulitan ekonominya, dengan cara mengikuti sayembara itu.
“Begini saja, sahabatku. Kau mendaftarlah ke kerajaan untuk mengikuti sayembara tersebut…” tutur Abu Nawas kepada sahabatnya.
“Apakah kau gila? Apakah kau ingin aku mati dimakan binatang buas hanya karena aku menjadi Raja selama satu bulan?” timpal sahabatnya dengan terkejut.
“Sudahlah, percayalah kepadaku. Ini adalah jalan bagimu untuk keluar dari kesulitan hidupmu. Ikuti saja saranku, nanti aku yang bertanggungjawab atas keselamatanmu…” bujuk Abu Nawas kepada sahabatnya.
Karena mendapatkan jaminan janji dari Abu Nawas, maka akhirnya sahabatnya tersebut mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara tersebut. Singkat cerita, maka ‘jadilah’ sahabat Abu Nawas tersebut seorang Raja, dengan Abu Nawas sebagai penasihat utamanya.
BACALAH
KESAN SAYA TERHADAP MBAK RUSTINI
Abu Nawas pun langsung menjalankan rencana awalnya. Selama sebulan sahabatnya menjadi raja, Abu Nawas dan beberapa orang yang percaya kepadanya, selalu datang ke hutan terpencil tersebut setiap harinya. Bahkan terkadang dia tinggal di sana untuk beberapa hari lamanya.
Ya, selama sahabatnya ‘menjadi seoranga Raja’ ternyata dia juga menjadikan hutan tersebut sebuah wilayah pemukiman yang layak ditinggali oleh manusia. Bersama beberapa orang lainnya, Abu Nawas akhirnya berhasil merubah hutan tersebut menjadi wilayah perkebunan dan pertanian.
Semakin hari semakin banyak orang yang datang membantu Abu Nawas untuk menjadikan wilayah hutan lebat tersebut menjadi wilayah pemukiman yang layak. Dan tepat ketika sahabatnya telah selesai ‘menjadi seorang Raja’ akhirnya diapun harus diasingkan ke hutan lebat tersebut.
Namun karena hutan lebat yang berisi hewan-hewan buas tersebut telah berubah wujud menjadi sebuah wilayah pemukiman yang lengkap dengan ladang dan perkebunan, akhirnya sahabat Abu Nawas dan beberapa rakyat miskin lainnya yang telah membantu Abu Nawas, justru mendapat sebuah kehidupan baru yang lebih baik, tanpa diketahui oleh sang Raja Kerajaan tersebut, karena menganggap bahwa hutan tersebut masihlah hutan lebat yang berisi hewan-hewan buas.
BACA LAGI
YANG SEBENARNYA TERSAKITI DAN TERDZALIMI
Dan pastinya, sang sahabat pun sangat berterimakasih kepada Abu Nawas.
Mungkinkah Ibu Kota Nusantara (IKN) baru yang kini sedang dibangun di tengah hutan Kalimantan tersebut, terilhami oleh pemikiran seorang Abu Nawas?
Pertanyaannya yang muncul kemudian adalah, siapakah sebenarnya ‘Sang Abu Nawas’ atau ‘The Ultimate Thinker’ atas rencana pendirian IKN selama ini, sehingga harus dipaksakan untuk berdirinya sebuah ibukota baru di negeri ini? Ditambah lagi dengan prosesnya yang mengemis-ngemis investasi dari semua pihak, sehingga sangat menjatuhkan harga diri bangsa ini…..
Jika Abu Nawas berniat membantu sahabatnya dengan merubah hutan menjadi wilayah hijrah yang lebih baik, demi kehidupan sahabatnya dan rakyat miskin lainnya untuk menjadi lebih sejahtera, apakah pendirian IKN juga diniatkan untuk seperti itu? Sepertinya tidak……
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 15 Januari 2024
Director of Logos Institute for Education and Sociology Studies (LIESS) / Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor/ Anggota PJMI

Views: 19