ANIES BIKIN REUNI ALUMNI UGM DI RUMAHNYA. LAGI NGELEDEK JOKOWI?

Posted by : wartaidaman 20/05/2025

 

WARTAIDAMAN.com 

 

 

Oleh Edy Mulyadi, Wartawan Senior

Di tengah gaduhnya polemik ijazah Jokowi, Anies Baswedan malah bikin hajatan. Bukan hajatan politik. Apalagi kampanye. Judulnya silaturahmi alumni UGM. Tempatnya? Bukan di Wisma Kagama. Bukan pula di kampus biru Bulaksumur. Tapi di pendopo rumahnya sendiri, Jakarta Selatan.
Sekitar seratusan alumni UGM asli hadir. Diksi “alumni UGM asli” sengaja disertakan. Bukan apa-apa. Cuma membedakan dengan kelompok “sebelah sana”. Hehehehe…

Ada dosen senior, akademisi kritis. Juga hadir sejumlah tokoh yang selama ini terang-terangan mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi. Bang Edy hadir? Pasti tidak, lah. Kan bukan alumni UGM…

Yang absen? Ya, Jokowi. Padahal dia juga alumni UGM. Presiden pula. (Waduh…!)
Yang lebih menarik, suasana pertemuan itu hangat, santai, penuh nuansa intelektual. Tapi juga tetap terasa menyengat. Tanpa menyebut nama, aroma sindiran begitu terasa. Terutama saat hadir sosok seperti Prof. Sutrisna Wibawa. Mantan Rektor UNY ini sejak lama dikenal publik karena keberaniannya mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi.

Tak ada informasi apa Prof. Sutisna ikut bicara saat itu. Maksudnya, dia memberi pernyataan resmi di forum tersebut. Tapi kehadirannya sudah cukup jadi pesan. Mungkin dia tak berpidato. Tapi posisinya, gesturnya, dan reputasinya di dunia akademik, semua itu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Diamnya bisa jadi lebih mengguncang daripada debat terbuka. Seolah mengatakan: “Yang asli sudah kumpul. Yang palsu minggir dulu.”
Netizen di dunia maya ramai-ramai menyoroti. Kok bisa? Ijazah Jokowi yang dipersoalkan, tapi Anies yang bikin acara. Pertemuan alumninya memang biasa. Tapi nuansanya seperti “konferensi diam-diam” yang memancing tafsir politik. Anies tak perlu berkoar-koar. Dia hanya membuka pendoponya. Menyuguhkan teh, dan memberi ruang bagi alumni UGM untuk bersua. Tapi “panggungnya” terbangun dengan rapi.

Apakah ini cara Anies menyindir? Atau bahkan meledek? Tak ada yang bisa memastikan. Lagi pula meledek siapa? Halahhh… kura-kura dalam perahu. Tapi biar bagamanapun simbolnya terlalu jelas untuk diabaikan.
Anies memang bukan politisi bising. Dia tahu kapan harus bicara, kapan cukup memberi isyarat. Dan kali ini, pendoponya menjadi ruang tafsir: antara nostalgia, kecerdasan, dan sindiran halus. Tapi tajam.

Jadi, kembali ke pertanyaan awal: Anies lagi ngeledek?
Bisa jadi, tidak. Tapi kalau pun iya, ini bukan ledekan murahan. Ini satire berkelas. Kritik diam-diam yang menggugah. Dan mungkin… lebih memalukan daripada teriakan di jalanan.
Jakarta, 20 Mei 2025

 

 

*edvj/ pjmi/ wi/ nf/ 200525

Views: 20

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *