
Jakarta :
Ketua Megapolitan Strategis Indonesia dan yang biasa disapa “Celoteh Abah” menyampaikan pandangannya terkait polemik penggunaan bendera One Piece yang sempat ramai diperbincangkan dan dinilai mengandung unsur makar oleh sejumlah tokoh nasional.
Menurut Abah dalam releasenya kepada media ,Ahad (3/8) pernyataan Menkopolhukam BG dan Wakil Ketua DPR RI Dasco yang menyoroti penggunaan simbol-simbol populer seperti bendera One Piece oleh sopir truk dan Gen Z sebagai bentuk protes, terkesan terlalu berlebihan.
Ia menilai hal itu hanyalah ekspresi kreatif dan bagian dari kultur populer yang digunakan sebagai simbol kritik sosial.
“Cerita komik dari Jepang yang populer di kalangan Gen Z tak sepatutnya dijadikan ancaman. Ini hanya ilustrasi kreatif yang dipakai rakyat kecil dan anak muda untuk menyampaikan keresahan. Pemerintahan Prabowo-Gibran tentu kuat dan tidak mungkin runtuh hanya karena narasi atau simbol dari rakyat,” ujarnya.
Abah justru mengingatkan agar pemerintah tidak terjebak pada ketakutan yang tidak berdasar, kecuali jika memang ada kelompok tertentu seperti eks HTI atau elite yang menunggangi momentum tersebut untuk menciptakan instabilitas politik.
Sebagai solusi, Abah mendorong pemerintah dan DPR untuk meniru pendekatan yang dilakukan oleh Polri yang sering mengakomodir kritik dalam bentuk kreatif seperti stand-up comedy atau lomba orasi.
“Kenapa tidak diadakan lomba orasi atau stand-up kritik kebangsaan? Ini bisa menjadi ruang ekspresi yang sehat, rakyat merasa didengar, dan pemerintah hadir sebagai pemimpin yang komunikatif,” katanya.
Lebih jauh, ia berharap ide semacam ini dapat dihadirkan menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI sebagai bentuk pendekatan kultural yang membangun, bukan memecah belah.
“Kami sebagai warga negara yang baik, diminta atau tidak, siap untuk terlibat aktif dan menjadi bagian dari solusi. Mari hadirkan semangat merdeka dengan kedewasaan dalam menyikapi aspirasi rakyat,” .
Pernyataan ini menjadi refleksi penting bahwa dalam era keterbukaan informasi, pemerintah dituntut semakin adaptif terhadap bentuk-bentuk komunikasi masyarakat, termasuk yang bersifat simbolik maupun satire, tutup nya.
*anwi/ wi/ nf/ 030825
Views: 37