WARTAIDAMAN.com
Oleh: Noorhalis Majid
Ambin Demokrasi |
Ada banyak orang yang begitu sayang dengan anaknya, sampai memperturutkan segala yang diminta anak. Apa saja yang diinginkan dan diminta, dikabulkan. Bahkan orang tua berani melakukan apapun “hampas pangkung, tumbang tumbalik, kada tahu burit kapala”, melakukan segala hal demi memenuhi keinginan sang anak.
Ketika anak tidak tahu diri, “kada tahu dibasa”, tahunya serba ada, serba tersedia. Tidak akan peduli pada apapun yang dilakukan orang tua. Termasuk tindakan menghalalkan segala cara, tindakan beresiko, mengorbankan diri, bahkan harkat dan martabat orang tua itu sendiri sanggup digadaikan.
Betapa banyak kasus orang tua melakukan segala hal, termasuk yang tidak halal, demi memenuhi dan membahagiakan anaknya dengan cara yang keliru dan salah.
Bagaimana bila yang diminta anak terkait jabatan-jabatan politik yang terikat aturan hukum, norma, asas, dan sistem demokrasi?
Bila orang tuanya mampu dan memiliki kuasa melakukan intervensi serta campur tangan atas hukum, norma, asas dan sistem demokrasi tersebut, sangat mungkin didasari sayang anak yang membabi buta, juga dilakukan.
Sayang anak yang tidak terkait jabatan politik, tentu tidak menimbulkan kerugian bagi publik. Namun yang berhubungan dengan jabatan politik, sangat mungkin merugikan publik. Walau pun prosedurnya seolah demokrasi, tapi karena disiasati, maka konsekuensinya pada publik itu sendiri.
Sebab sayang anak yang membabi buta tersebut, betapa banyak sekarang ini jabatan politik diisi oleh anak-anak mami, anak papi, yang tidak paham atas apa yang harus dilakukan. Padahal, ketidak tahuannya, menghambat kemajuan yang diharapkan publik.
Demokrasi sayang anak, bukan perkara sederhana. Konsekuensinya sangat besar, karena dapat menghalalkan segala cara. Bahkan berani menghianati konstitusi, mengatur semua proses seolah sesuai demokrasi, padahal merugikan perjalanan bangsa, negara, serta menyandera segenap potensi bangsa menjadi tidak berdaya. (nm)