WARTAIDAMAN.com
Oleh: HJ FAISAL
Alur cerita cinta dimanapun akan selalu sama, selalu saling memberi dan menerima. Ada waktunya kita memberi, dan ada waktunya kita menerima. Jangankan cerita cinta sesama manusia, cerita cinta antara Tuhan dan hamba-Nya pun selalu dalam keadaan memberi dan menerima.
Tuhan memberi kita kehidupan, harapan, dan perhatian-Nya, maka hamba-Nya pun menerima itu semua dengan cara mensyukurinya, dan Tuhan pun menerima rasa syukur hamba-Nya itu dengan gembira. Semakin bersyukur seorang hamba, maka Tuhan pun akan memberi lagi kebahagiaan ke dalam hati hamba-Nya tersebut tanpa batasan.
Pernahkah kita berpikir bahwa dalam proses cinta-mencintai tersebut, harus ada dari bagian diri kita yang berperan sebagai subjek dan harus ada yang berperan sebagai objek. Terkadang hari ini kita menjadi subjek yang memberi, tetapi esok hari kita menjadi objek yang diberi.
Cinta tidak akan dirasakan jika kita selalu bersikeras untuk selalu menjadi subjek. Dan cinta juga akan terasa sangat hambar jika kita selalu berperan menjadi objek.
Dua kutub yang berlawanan di dalam subjek dan objek, justru akan menjadi perekat yang sangat kuat di dalam sebuah proses percintaan. Tetapi jika dua kutub itu adalah kutub-kutub yang sama, maka cinta tidakakan pernah menemukan daya tariknya. Malah justru daya resistensi yang akan ada.
Berjuanglah untuk menjadi subjek yang baik, dan di saat yang lain, terimalah diri kita untuk menjadi objek yang menyenangkan bagi subjek kita.
Selamat menjadi diri yang dapat mencintai dengan sempurna. Diri yang terkadang dapat menjadi subjek yang baik, dan diri yang juga dapat menjadi objek yang indah dan menyenangkan.
Have a nice day…..
27 Agustus 2024
Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UNIDA Bogor/ Direktor of Logos Institute for Education and Sociology Studies (LIESS) / Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Anggota PJMI