
Gambar: Pebisnis merenungi nasib
WARTAIDAMAN.comย ย
Oleh : Yadie Damsid
Hari ini, banyak pebisnis termasuk level UMKM hanya bisa pasrah tertunduk lesu melihat papan omsetnya merosot tajam.
Biaya operasional dari listrik hingga gaji karyawan lama kelamaan menggerus modal, kebutuhan keluarga dari dapur hingga bayaran sekolah terbengkalai, dan usaha yang dulu menjanjikan kini seperti lubang hitam yang terus menyedot sisa-sisa energi hingga langkah jadi gontai..๐
Kadang mata melihat ke depan tapi sebenarnya tatapannya kosong. Cari celah sana sini, datangi teman sini sana, kebanyakan bernasib sama. Omset terjerembab dalam ketidakpastian.
Semua menjerit.
Ada yang menjerit dalam kesunyian karena berusaha memendam segala permasalahannya sendirian. Ada yang teriak di depan kawan- kawan.
Apa penyebabnya?
Kali ini kita bedah dari sisi bisnis itu sendiri.
๐๐๐ซ๐ญ๐๐ฆ๐, ๐๐ข๐ก๐ข๐ฅ ๐๐ฅ๐ญ๐๐ซ๐ง๐๐ญ๐ข๐. terlalu bergantung pada satu pasar atau pelanggan lama. Saat konsumen yang ambil langkah berhemat mengurangi bahkan menghentikan belanjanya. Mengakibatkan omset tergerus cadangan modal pun putus!
๐๐๐๐ฎ๐, ๐๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ซ๐๐๐๐ฉ๐ญ๐๐ฌ๐ข. Perubahan perilaku konsumen tak bisa di kekang. Adagium konsumen adalah raja , selalu menemukan momentumnya terlebih di saat seperti ini. Tetangga lebih murah, pindah! Disamping lebih enak dan nyaman, lompat ! Diseberang lebih simpel dan praktis, konsumen pun say bye-bye, mereka lebih selektif terlebih dibrondong peluru digitalisasi saat ini.
๐๐๐ญ๐ข๐ ๐, ๐๐๐ง๐๐ฃ๐๐ฆ๐๐ง ๐๐๐ฎ๐๐ง๐ ๐๐ง ๐๐ฆ๐๐ฎ๐ซ๐๐๐ฎ๐ฅ.
Nah, soal ini yang paling banyak menghampiri pelaku UMKM (Termasuk saya, nyengiirr kuda!๐). Pengeluaran tidak terkontrol, tapi pemasukan tidak dikejar dengan strategi baru. Hasilnya? Stagnasi, lalu perlahan… kolaps ๐
Lalu, harus bagaimana?!
Semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya tinggal ada dua pilihan, mau ambil jalan sulit atau mudah. Dan pilihan tersebut menghasilkan dua kemungkinan, berhasil atau tetap terseok-seok.
Dari beberapa pengalaman dan diskusi teman teman pebisnis di semua level (UMKM atau Up), dapat di rangkum ke dalam alternatif solusi sebagai berikut;
๐๐๐ซ๐ญ๐๐ฆ๐: ๐๐ข๐ฏ๐จ๐ญ ๐๐ญ๐๐ฎ ๐๐๐ญ๐ข. Lakukan analisa mendalam. Jika pasar lama dirasa sudah jenuh, ciptakan varian produk baru atau incar segmen berbeda. Misal, dari jualan kue offline beralih ke catering harian atau paket frozen food. Dari pasar level lokasi kecamatan beralih ke kecamatan dan kabupaten tetangga. Dari produk jasa ke produk fisik dan retail.
๐๐๐๐ฎ๐: ๐๐๐ฆ๐ฉ๐ฎ๐ซ ๐๐ข๐ ๐ข๐ญ๐๐ฅ ๐๐๐ค๐๐ซ๐๐ง๐ ๐๐ฎ๐ ๐!. Manfaatkan marketplace, media sosial, atau WhatsApp Business untuk jangkau lebih banyak calon pembeli. Tidak perlu canggih!, yang penting konsisten promosi dan bangun engagement. Fakta pengguna internet di Indonesia di angka 221juta jiwa. Jadi Ga ada alasan lagi untuk tidak menggempur pasar digital.
๐๐๐ญ๐ข๐ ๐: ๐๐๐ค๐๐ง ๐๐ข๐๐ฒ๐. Efisiensikan semua pengeluaran, tapi pada saat yang sama sembari cari sumber pendapatan tambahan. Negosiasi ulang harga dengan supplier, kurangi stok mengendap, atau tawarkan layanan baru yang minim modal seperti konsultasi atau paket bundling.
Jangan biarkan keadaan mematahkan semangat! Krisis ini sebenarnya ujian: apakah hanya berpangku tangan lalu mengeluh,, atau berjuang dan berani berubah?
Omset menurun bukan akhir cerita, tapi bunyi dering alarm untuk bergerak lebih cepat dan lebih tanggap!.
Ada pesan seorang pebisnis sukses yang sudah melewati di semua badai, Masalahnya bukan daya beli yang turun, tapi kemampuan kita yang stagnan.
Action sekarang, atau bisnis dan nama tinggal kenangan!
Sungguh, sayapun sedang Belajar! โ๐ฅ๐ช
Jakarta, 07 Mei 2025
*iwsa/ pjmi/ wi/ nf/ 070525
Views: 43