JAM 6 TENG: DEBATE MAKER

Posted by : wartaidaman 13/04/2025

 

 

 

Di setiap organisasi, setiap tim, setiap ruang rapat, selalu ada dua jenis pemimpin yang muncul.
Ada yang memilih menjadi Decision Maker — si pengambil keputusan tunggal, tangan besi yang menentukan arah tanpa banyak bertanya. Ia percaya dirinya memegang seluruh jawaban. Ia cepat, tegas, tapi seringkali sendiri. Dalam pikirannya, “Kalau mau cepat, kerjakan sendiri.”
Dan memang, ia bergerak cepat. Tapi berapa banyak ide besar yang mati di tangannya sebelum sempat tumbuh? Berapa banyak energi tim yang layu karena merasa suara mereka tak dihargai?
Seorang Decision Maker bertanya, “Apa keputusan terbaik yang bisa saya buat?”
Lalu ada yang lain — The Debate Maker. Pemimpin yang tidak takut memperlambat langkah untuk memperluas pandangan. Ia mengundang debat, diskusi, perbedaan pendapat. Bukan karena ia ragu, tapi karena ia percaya: ide terbaik lahir dari benturan gagasan.
Debate Makers bukan pemimpin yang kehilangan arah. Mereka bukan ragu-ragu. Justru sebaliknya — mereka tahu bahwa dalam keheningan yang tercipta setelah perdebatan sengit, lahir keputusan yang lebih bijak, lebih dalam, lebih kuat.
Seorang Debate Maker bertanya, “Bagaimana kita bisa menemukan keputusan terbaik bersama?”
Liz Wiseman dalam bukunya Multipliers menunjukkan bahwa para pemimpin yang membuka ruang debat (debate maker) bukan hanya melipatgandakan kecerdasan tim mereka, tetapi juga memperkuat rasa memiliki setiap orang dalam perjalanan menuju tujuan.
Sebaliknya, Decision Makers mungkin membuat keputusan dengan cepat, tetapi mereka juga membuat keputusan dengan informasi yang terbatas — dan yang lebih parah, dengan ego yang membatasi.
Mari lihat contoh konkretnya. Kodak. Saat dunia mulai beralih ke fotografi digital, para pengambil keputusan di Kodak mengabaikan masukan internal tentang masa depan teknologi. Mereka bertahan dengan keyakinan tunggal: “Film is king.”
Keputusan cepat, penuh keyakinan. Hasilnya? Sebuah raksasa runtuh.
Pertanyaannya, pemimpin seperti apa yang ingin Anda pilih untuk diri Anda sendiri? Pemimpin yang bergerak cepat tetapi mengorbankan kebijaksanaan? Atau pemimpin yang membangun kekuatan sejati dengan membiarkan banyak suara terdengar?
Dalam dunia yang semakin kompleks, jawaban tunggal sudah tidak cukup. Yang kita butuhkan bukan hanya keputusan cepat, tapi keputusan yang mengakar dalam pemahaman kolektif.
Lihat Satya Nadella di Microsoft. Ketika ia mengambil alih sebagai CEO, Nadella tidak memaksakan arah baru dari atas. Ia menghidupkan kembali budaya diskusi. Ia memulihkan semangat mendebat ide tanpa rasa takut. Ia mengubah Microsoft dari perusahaan yang defensif menjadi organisasi yang terbuka dan inovatif.
Hari ini, Microsoft berdiri sebagai salah satu perusahaan paling bernilai di dunia.
Satya Nadella adalah Debate Maker.
Menjadi Debate Maker berarti berani melepaskan ego. Berani mendengar yang tidak nyaman. Berani mengakui bahwa ide brilian mungkin datang dari suara yang paling pelan di ruangan itu.
Itu bukan kelemahan. Itulah kebesaran.
Sebuah keputusan yang lahir dari debat sejati bukan hanya membawa kita ke tempat baru.
Ia membentuk dunia baru.
Jadi, di tengah dunia yang bising ini, apakah Anda akan jadi satu lagi penguasa yang membuat keputusan sendiri? Atau menjadi pemimpin sejati yang mengajak dunia berpikir lebih besar bersama Anda?
Pilihan itu ada di tangan Anda.
Dan dunia sedang menunggu.

 

 

Edhy Aruman
Rempoa – 12 April 2025

 

 

 

 

*hm/ wi/ nf/ 130425

Views: 14

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *