Kajian Politik Islam sepanjang 1998-2025: Jihad tanpa teori

Posted by : wartaidaman 02/07/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

oleh: Reza Nasrullah

 

Alhamdulillaah adalah rasa syukur kepada ALLAH SWT yang luar biasa. Sebab ada periode usia yang saya jalani antara 1984 sampai 1998 artinya 15 tahun menerima pendidikan informal tentang Islam yang kaaffaah.
Berbekal pemahaman-penghayatan dan pengamalan dari “teori” Islam kaaffah inilah saya kemudian melibatkan diri dalam dunia politik praktis demokrasi sepanjang periode 1998 sampai hari ini, artinya 27 tahun era reformasi.
Tahun 1999-2004 saya langsung praktek di parlemen sebuah provinsi. Sepanjang periode 5 tahun tersebut banyak hikmah dan pelajaran yang digali berdasarkan “kacamata” Islam kaaffah yang saya persepsi.
Kemudian 2004 sampai 2023 artinya 19 tahun saya pensiun dari politik praktis dan hanya jadi pengamat. Tahun 2024 kemarin saya coba terjun lagi menjadi caleg salah satu partai Islam yang baru berdiri tahun 2022. Alhamdulillah dinamika politik yang ada membuat saya menulis judul di atas.

Politik Islam adalah jihadnya partai-partai politik yang berbasis massa ummat Islam dengan jargon-jargon khas islam. Contohnya: perjuangan kami demi keislaman dan keindonesiaan/lawan kezaliman tegakkan keadilan/NKRI bersyariah/Indonesia baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur/pemerintahan ber-akhlaqul kariimah/bersih dan peduli/negeri yang selamat dunia-akhirat/berperadaban dan berkemajuan islami/dlsb.
Semua hal di atas lahir dari euforia demokrasi usai runtuhnya orde baru yang terasa terlalu kaku dalam mengendalikan demokrasi unik Indonesia, yaitu demokrasi pancasila. Kebebasan dari kekangan orde baru melahirkan partai-partai yang sangat banyak dan pemilu setiap 5 tahun sejak 1999 sampai sekarang jauh lebih gaduh dibanding era orde baru.
Dalam suasana inilah jihad politik partai-partai islam berkiprah mencoba meraih kemenangan demi kekuasaan dan niatnya kalau sudah dapat akan didayagunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan ummat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.
Namun apa yang berlaku? Semua yang menyaksikan sudah paham sendiri. Upaya mempperbaiki Indonesia dengan nilai-nilai Islam secara politik masih kalah oleh politik lawannya yang berhasil mengangkangi reformasi dan semakin menenggelamkan Pancasila menjadi Pancagila: (1) ke-uang-an yg maha kuasa; (2) kemanusiaan yang biadab; (3) pertengkaran sesama anak bangsa Indonesia; (4) kerakyatan yang dipimpin oleh politik uang oligarki; (5) ketidakadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Politik Islam adalah jihadnya partai-partai politik yang berbasis massa ummat Islam dengan jargon-jargon khas islam. Contohnya: perjuangan kami demi keislaman dan keindonesiaan/lawan kezaliman tegakkan keadilan/NKRI bersyariah/Indonesia baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur/pemerintahan ber-akhlaqul kariimah/bersih dan peduli/negeri yang selamat dunia-akhirat/berperadaban dan berkemajuan islami/dlsb.
Semua hal di atas lahir dari euforia demokrasi usai runtuhnya orde baru yang terasa terlalu kaku dalam mengendalikan demokrasi unik Indonesia, yaitu demokrasi pancasila. Kebebasan dari kekangan orde baru melahirkan partai-partai yang sangat banyak dan pemilu setiap 5 tahun sejak 1999 sampai sekarang jauh lebih gaduh dibanding era orde baru.
Dalam suasana inilah jihad politik partai-partai islam berkiprah mencoba meraih kemenangan demi kekuasaan dan niatnya kalau sudah dapat akan didayagunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan ummat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.
Namun apa yang berlaku? Semua yang menyaksikan sudah paham sendiri. Upaya mempperbaiki Indonesia dengan nilai-nilai Islam secara politik masih kalah oleh politik lawannya yang berhasil mengangkangi reformasi dan semakin menenggelamkan Pancasila menjadi Pancagila: (1) ke-uang-an yg maha kuasa; (2) kemanusiaan yang biadab; (3) pertengkaran sesama anak bangsa Indonesia; (4) kerakyatan yang dipimpin oleh politik uang oligarki; (5) ketidakadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Akhirnya kita maklum kalau berita-berita korupsi semakin menegaskan prestasi bangsa dalam “budaya” korupsi kelas dunia alias dikagumi dunia. Dan yang paling layak merasa malu adalah ummat Islam dengan partai-partai Islamnya. Karena kita selalu membanggakan diri ke dunia sebagai negara dengan warga muslim terbanyak.
Mengapa jihad politik partai-partai Islam terbukti gagal total sepanjang 27 tahun terakhir? Mengapa partai-partai Islam semakin banyak dan semakin tidak bersatu?
Jawaban para politisi muslim selalu begini: kita sudah berjuang berdarah-darah masih lebih baik daripada para komentator yang enak-enak menonton dan hanya mengeritik/perjuangan milik kita kemenangan milik ALLAH SWT/sabar dan tawakkal yang penting terus beramal sampai ajal menjemput, jangan cumo omon-omon atau dan lain sebagainya
Jawaban di atas entah sengaja atau tidak melalaikan SATU saja: tidak ada INTROSPEKSI.
Dan introspeksi yang saya ajukan dalam tulisan ini adalah: semua kegagalan di atas bermula dari : jihad politik yang tanpa teori.
Teori jihad politik ada dalam Islam Kaffaah asal mau menggalinya pasti dapat. Introspeksi lah bahwa kita berdarah-darah jihad politik tapi apakah sudah berdasarkan teori jihad politik yang telah dicontohkan Rasulullaah SAW ? Bukankah sejarah hidup beliau 100% adalah jihad politik Islam dengan teksbooknya AL-QUR’AN? Dan beliau berhasil mengalahkan politik jaahiliyyah sedemikian dahsyatnya sampai Islam menyebar ke seluruh dunia hingga hari ini. Begitu super dahsyatnya kemenangan politik beliau, mengapa kita yang sudah pakar dalam ilmu-ilmu keislaman bahkan bergelar profesor doktor sedang Nabi Muhammad saw saja hanya seorang buta huruf, namun kita masih gagal meneladani beliau?

WALLAAHU A’LAM BISHOWAB.

 

 

Views: 21

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *