
Jakarta
Hiruk pikuk proses demokrasi di dalam perhelatan pemilu dari tahun ketahun telah membuat bangsa ini tercerai berai tak beraturan. Kebisingan politik telah membutakan mata hati, dan saling membenci. Fakta integritas politik siap menang dan kalah hanya ada dalam coretan sebuah kertas.
Kekalahan dalam sebuah pemilihan memang terlalu amat menyakitkan, begitupun ketika kemenangan yang diperoleh melalui sebuah praktek-praktek kecurangan akan selalu menjadi beban yang menimbulkan kecurigaan serta menjadi tuduhan dari nilai-nilai keabsahan. Kita semua terombang-ambing dalam ombak pertengkaran yang tak berkesudahan, kita terus menerus bertengkar saling menjelekkan dan menjatuhkan, padahal proses demokrasinya sudah selesai.
Proses peralihan kekuasaan yang bergulir sejak era reformasi tak kunjung jua membuat bangsa ini dapat berpikir damai dan tenang. Dendam politik selalu dinomorsatukan, kekuasaan dijadikan alat untuk memukul bukan merangkul. Ketika berkuasa berjalan kedepan dengan kepongahan, menengok kebelakang selalu menyalahkan. Lalu kapan kita berdamai ?
MENANAM KASIH, MENYIMPAN PERIH
Prabowo yang dikalahkan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 oleh Joko Widodo, pada akhirnya mau menerima ajakan Jokowi untuk masuk dalam kabinet sebagai Menteri Pertahanan.
Apa yang dilakukan Prabowo teramat terjal, curam dan dalam, ribuan pendukungnya merasa kecewa dan dikhianati. Prabowo yang pernah berjanji akan selalu timbul tenggelam bersama rakyat, pada akhirnya menyerah. Semua kecewa, bahkan orang-orang terdekatnya mulai tidak mempercayainya.
Prabowo tak bergeming, hinaan, cacian, terus datang mendera, menemani langkah kakinya menuju pintu istana negara. Sekali lagi, dirinya tak bergeming sedikitpun, jangankan ejekan dan hinaan, dibunuh sekalipun dia rela jika memang hanya itu satu-satunya jalan agar anak bangsa dapat bersatu. Prabowo ingin mengakhiri penderitaan yang dialami bangsa ini, Prabowo ingin mencurahkan perhatiannya kepada anak negeri disisa akhir hidupnya.
Apa yang diniatkan oleh Prabowo kala menerima pinangan Joko Widodo bergabung didalam kabinet akhirnya mendapat Ridha dari Tahun. Peralihan kekuasaan yang biasanya selalu menyisakan rasa dendam yang amat mendalam, kini hilang dengan sendirinya. Rakyat perlahan-lahan mulai bersatu padu, untuk bangkit bersama melawan rasa permusuhan yang selalu datang merayu.
Prabowo meneruskan beberapa kebijakan Joko Widodo yang dinilai baik dan tidak menggangu naluri publik. Kalaupun ada kebijakan Joko Widodo yang kurang baik, maka itu dicabutnya dengan tenang tanpa menimbulkan dendam. Semua partai politik dirangkul untuk bergabung, agar sama-sama membangun bangsa menuju arah yang lebih baik lagi.
Prabowo ingin menjalankan pemerintahannya dengan kebersamaan, tak ada lagi sekat kalah menang. Semuanya telah menang, karena telah berhasil dan mampu mengendalikan nafsu syahwat untuk selalu bermusuhan. Indonesia adalah negeri kita semua, Prabowo ingin semuanya ikutan berperan sebagai seorang pejuang, pejuang perubahan.
JANJI SEORANG KSATRIA = Timbul Tenggelam Bersama Rakyat.
*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 080625
Views: 13