
WARTAIDAMAN.com
Oleh : Yadhie Mohammad
Sayup-sayup gendang telinga menangkap gemuruh suara dari seberang tanahku yang dirampas
Cahaya mentari mulai merayap melalui celah dinding papan sisa proyek yang mangkrak
Suara anak-anak riuh rendah bercampur berisiknya emak2 yang tengah ikuti lomba makan kerupuk
Tak ada suara lelaki
Mungkin semua lelaki di negeriku bersembunyi hanya karena kini, menjadi papa
Semua miliknya dirampas, termasuk Tuhan tak lagi berada dalam genggamannya
Negeri para pemabuk!
Aku dan para lelaki lainnya hanya bisa menyaksikan sisa-sisa ritual 17-an melalui layar hp yang baterainya hanya menyisakan 5%
Dulu lelaki pongah yang tampak dungu, tubuhnya kerempeng menjulang ke langit selalu tampil di lapangan istana, yang kini menebarkan aroma busuk
Lelaki dungu itu, kini digantikan sosok pria tambun yang juga tampak idiot bin dungu
Tingkahnya seperti badut saat bendera dikerek ke udara membuatku menahan geli dan sejenak mampu meredam amarah
Ampun, negeri yang dulu dibangun dengan tulang belulang, darah dan keringat sah pemilik tanah kenapa hanya digilirkan dari para pemimpin dungu
Itukah yang mungkin, membuat negeri ini tak lagi tersentuh tangan tangan langit?
Negeri para pemabuk!
Jelas, kudengar dari mulut besar pria tambun yang asyik memproduksi mimpi-mimpi dan mampu menyihir para punggawa istana yang cuma bisa manggut-manggut
Aku muak
Pria tambun makin mabuk
Padahal pria kerempeng belum sepenuhnya menuangkan ciu di mulut besarnya
Tak adakah nyali para pemuda tuk menculik pria tambun dan membenamkannya ke lumpur dekat istana?
Agar janji suci tak lagi dinodai setiap kali komat-kamit di hari ke tujuh belas bulan delapan?
Agar mampu menghentikan mulut besarnya menebarkan aroma busuk ke seluruh penjuru negeri?
Aku muak dengan lelaki sebelumnya, tapi lebih muak melihat tingkah pria tambun yang tak mampu mengatupkan mulut besarnya, agar lelaki kerempeng batal menuangkan racun dan menghentikan langkah mematikan sang guru
Baterai di layar hp menyisakan 2%
Aku sumpal lubang dinding papan sisa proyek mangkrak
Ruangan tempatku bersembunyi kembali gelap
Lagu kebangsaan yang dulu kunyanyikan saat di sekolah dasar mulai mengisi gendang telinga
Perlahan layar hp kututup
Pria tambun menghilang bersamaan lenyapnya para punggawa istana dari layar hp
Saat bocah-bocah dan suara berisik emak2 memekikan: merdeka!
Saat itu pula ruangan benar-benar berubah gelap gulita
Aku dan para lelaki yang masih bersembunyi, hanya bisa merayakan hari jadi negeriku di tengah kegelapan!
Kampung Raden, Ahad, 17/8/25
*turpop/ pjmi/ wi/ nf/ 170825
Views: 21
Kita jangan putus harapan kpd ALLAH SWT utk menyalakan lilin negeri ini