WARTAIDAMAN.COM
Oleh: H. J. FAISAL
Ketika kita sebagai umat muslim memperingati peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam pada tanggal 27 Rajab Hijriyah setiap tahunnya, kita selalu diingatkan tentang bagaimana sebuah peristiwa yang sangat agung yang pernah terjadi pada tanggal tersebut.
Dan di setiap peringatan hari Isra Mi’raj tersebut, para ustadz dan ulama kita selalu menceritakan kembali bagaimana sejatinya Allah Ta’alla ingin memberikan sebuah pembelajaran dan penghiburan kepada Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam atas wafatnya paman beliau sekaligus pelindung beliau dalam berdakwah, yaitu Abu Thalib, juga atas wafatnya istri tercinta beliau, Khadijah al Kubra.
Peristiwa Isra Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab di tahun 621 Masehi tersebut, sesungguhnya juga merupakan sebuah pembuktian bahwa Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam memang telah mengikuti jalur para nabi-nabi pilihan Allah Ta’alla yang terdahulu. Dan dalam peristiwa yang agung itu juga, perintah shalat wajib 5 waktu diterima langsung oleh Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam dari Allah Ta’alla.
Sebenarnya ada satu pelajaran penting yang dapat ditarik maknanya secara mendalam, selain dari fakta-fakta sejarah dari peristiwa Isra Mi’raj yang sering dikisahkan oleh para ustadz dan guru kita setiap tahunnya. Dan fakta ini hampir tidak pernah saya dengar dari pengkisahan tersebut.
Begini, apakah kita semua pernah berpikir dan merenungi, mengapa Allah Ta’alla mengangkat Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam ke syurga-Nya melalui ‘starter point’ atau pijakan yang ada di Al Shakra, di dalam kubah batu (Dome of The Rock) yang berada di dalam kompleks masjid Al Aqsha, Jerussalem Palestina saat ini?
Mengapa Allah Ta’alla tidak langsung saja ‘mengangkat’ Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam dari Ka’bah yang berada di Mekah? Atau dari tempat suci lain yang memang dapat dipilihkan oleh Allah Ta’alla dengan mudah? Mengapa harus dari Jerussalem Palestina?
Inilah pelajaran politik yang sangat luar biasa yang sesungguhnya telah ditunjukkan oleh Allah Ta’alla dengan gamblang dan jelas, namun tidak pernah menjadi bahan perenungan kita.
Peristiwa naiknya Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam ke Sidratul Muntaha melalui masjidil Aqsha di Jerussalem Palestina, adalah bahwa selain karena Al Aqsha yang berada di Jerusslaem pernah menjadi kiblat umat Islam yang pertama, sesungguhnya Allah Ta’alla juga ingin menunjukkan kepada bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa non Islam lainnya yang berada di Jerussalem, bahwa Islam adalah agama yang suci, agama yang paling benar, agama yang tidak berasal dari pemikiran manusia dan budaya.
Islam adalah agama yang besar, yang langsung berasal dari Tuhan yang maha segalanya, dan Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam bukanlah manusia biasa, seperti yang selama ini selalu diremehkan oleh bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa kafir lainnya tersebut.
Ini artinya, Allah Ta’alla ingin memberi pelajaran bahwa sebagai umat muslim yang besar, seharusnya kita jangan pernah takut dengan kekuatan manapun, yang ingin menjatuhkan Islam, termasuk dengan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Yahudi sekalipun.
Sesungguhnya Allah Ta’alla telah menunjukkan langsung kepada bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lainnya yang berada di Jerussalem, bahwa sesungguhnya Jerussalem Palestina adalah milik umat muslim, karena Allah Ta’alla telah memilihkan tempat tersebut sebagai tempat titik awal terjadinya sebuah peristiwa Isra Mi’raj yang sangat agung, dimana pemimpin umat muslim yang utama, yaitu Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam yang dipilih langsung oleh Allah Ta’alla untuk menjalankannya, dan menjadi aktor utamanya.
Namun dikarenakan tidak tumbuhnya kesadaran umat muslim selama ini tentang petunjuk politik yang telah ditunjukkan oleh Allah Ta’alla tersebut, maka tidak tumbuh pula kebanggaan dan kesadaran umat muslim dunia untuk bersatu dalam mempertahankan Jerussalem Palestina.
Bahkan mayoritas negara-negara Arab pun tidak berdaya dalam membantu mempertahankan kemerdekaan Palestina yang telah direnggut oleh Yahudi Israel secara brutal pada tahun 1948. Padahal jelas-jelas bahwa Palestina-lah pemilik Jerussalem yang sah sejak dahulu.
Di bawah tekanan Amerika, Israel, dan kaum kafir lainnya selama ini, umat muslim dunia pun akhirnya menjadi ciut nyalinya, dan lebih memilih untuk mundur teratur dan melihat jatuhnya Jerussalem ke tangan Yahudi israel dari kejauhan saja.
Dalam pertemuannya yang membahas tentang pengehentian penjajahan dan kejahatan kemanusiaan di Palestina saat ini, dengan negara-negara teluk lainnya di Mesir pada tanggal 14 dan 15 Oktober 2023 yang lalu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa, bangsa Palestina tidak akan pernah menyerah untuk berjuang, sampai Palestina merdeka, yang ditandai dengan status Jerussalem sebagai ibukota Palestina.
Semoga, setelah mengetahui petunjuk politik yang datangnya langsung dari Allah Ta’alla tersebut, akan timbul lagi motivasi yang lebih kuat dari umat muslim dunia untuk terus bersatu, terutama bersatu dalam membela perjuangan rakyat Palestina dalam merebut kembali kemerdekaan di tanah air mereka. Karena apapun mahzabnya, selama ber-Tuhan kan Allah Ta’alla, dan ber-nabi kan Rasulullah salallahu‘alaihi wassalam, maka kita adalah umat yang satu, umat yang besar, dan umat yang cerdas.
Ya, cerdas karena dapat mengetahui dan menangkap apa pesan-pesan mendalam yang diisyaratkan oleh Allah Ta’alla dalam setiap peristiwa-peristiwa besar di dalam Islam. Semoga….
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 29 Oktober 2023
*Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor/ Anggota PJMI