WARTAIDAMAN.com
Oleh: Noorhalis Majid
Ambin Demokrasi |
Suara anak muda jumlahnya 60% dalam Pilkada nanti. Kalau semuanya kompak mendukung orang baik, maka orang baik tersebut akan terpilih. Sebaliknya, bila kompak mendukung yang mengandalkan money politik, maka koruptorlah yang akan memimpin.
Letak masa depan daerah, ada pada keberpihakan anak muda. Jangan mudah silau, jangan pula cepat tergoda iming-iming. Yang nampak manis belum tentu baik, yang terasa pahit jangan kira buruk. Harus cerdas menyikapi Pilkada, bila tidak cerdas, akan tertipu propaganda sesaat, sekedar mengambil hati dan simpatik semata, nanti setelah dapat dukungan dan terpilih, kembali pada tuan yang mensponsorinya.
Rugi bila anak muda cuek, atau tidak tahu menahu tentang Pilkada. Karena ini momentum dalam menentukan pemimpin daerah. Pemimpin yang akan mengambil keputusan soal berapa anggaran untuk anak muda dalam mengembangkan minat bakatnya. Pemimpin yang berperan membuat kebijakan dan berpihak pada penciptaan lapangan pekerjaan anak-anak muda. Pemimpin yang akan menentukan prioritas layanan publik yang memberi kemudahan dan akses bagi generasi muda.
Kalau anak muda tidak peduli pada Pilkada, artinya membuang kesempatan berparitisipasi dan menentukan nasib serta masa depannya sendiri.
Anak muda dapat menentukan sejarahnya sendiri. Sejarah tentang anak muda yang menolak dan memerangi money politik. Sejarah soal keberanian anak muda melawan arogansi oligarki yang sombong menutup kesempatan anak bangsa dengan ngotot menghadirkan kotak kosong. Sejarah tentang peran anak muda mendorong serta mengawal Pilkada yang jujur dan adil.
Betapa membanggakannya bila anak muda mau hadir di tengah krisis keteladanan praktik politik baik. Di tengah pamer kuasa modal yang merasa mampu mengatur segalanya dengan uang.
Saatnya anak muda tidak ragu mendukung orang baik dan berintegritas, agar pemimpin baik tersebut dapat mewujudkan kesejahtraan bersama. (nm)