PUASA, MERAWAT KEJUJURAN YANG SEKARAT

Posted by : wartaidaman 12/03/2024
 
WARTAIDAMAN.com   

 

Oleh: Noorhalis Majid  
Ambin Demokrasi  |  

 

Kejujuranlah yang dilatih dan ditempa melalui puasa. Sebab kejujuran seperti air laut, kadang pasang tinggi, seketika surut – kering bagai kemarau.

Karena fluktuatif, mesti ditempa setiap tahun melalui puasa, dan ujiannya pasca puasa – saat menjalani keseharian kehidupan dengan segala dinamika dan macam bidang tantangan, apakah kejujuran tersebut masih menjadi mahkota, atau sudah terserak bagai rongsokan.

Kejujuran yang ditempa tersebut sangat individual, hanya antara manusia dengan Tuhannya. Bukan kejujuran yang dikatakan, apalagi diiklankan dan dikampanyekan dengan berbagai teknik branding.

Percuma berkata, bahkan bersumpah sekali pun tentang puasa, kalau sembunyi-sembunyi makan, minum, bergunjing, memfitnah, menipu, memanipulasi dan lain sebagainya. Bahkan sekecil apapun yang dilakukan, menentukan kadar dan derajat dari puasa. Sebab ada Tuhan yang maha tahu, yang maha adil dalam menilai.

Kejujuran yang ditempa tersebut tentu sangat komprehensif, menyangkut segala yang dilakukan manusia. Termasuk menyelenggarakan demokrasi dan pemilu. Karenanya salah satu prinsip demokrasi adalah jujur. Tanpa kejujuran bukan demokrasi namanya. Sedikit saja ada kecurangan, gagal lah ia sebagai demokrasi.

Kini kejujuran dalam demokrasi sudah sekarat, sudah hampir mati. Berada pada titik nadir yang sulit diperbaiki. Mungkin hanya tinggal nama. Labelnya demokrasi, isinya tindakan barbar, potret brutal, dan jauh dari peradaban. Kejujuran dalam demokrasi, benar-benar sudah menjadi barang rongsokan yang tidak laku.

Puasa, karena perintahnya dari Tuhan, tentu saja mampu memulihkan kejujuran, walau tingkat sekaratnya sudah sedemikian rupa. Syaratnya, asal benar-benar “puasa”, mampu mengembalikan perjalanan bathin ke titik nol, ke fitrah manusia, pada kesucian, keluhuran, kesetiaan dan pengorbanan memperjuangkan kebenaran.

Kalau puasa yang dijalani hanya sekedarnya saja, sahibar menggugurkan kewajiban, apalagi agar dipandang dan dinilai taat, maka tetap saja kejujuran akan sekarat. Bahkan, boleh jadi mati tak berbekas. (nm)

 

 

RELATED POSTS
FOLLOW US