TRANSFORMASI GURU DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN MENDALAM

Posted by : wartaidaman 12/09/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

Oleh : Dr. H.M.Suaidi,M.Ag.

 

Guru berada di garda terdepan dalam menghidupkan pembelajaran mendalam. Implikasinya amat luas dan fundamental. Guru bukan lagi sekadar pengajar yang menyalurkan informasi, melainkan juga fasilitator perjalanan belajar yang menuntun murid menemukan makna dalam kehidupan nyata dari apa yang mereka pelajari di bangku sekolah. Guru ditantang untuk merancang kelas sebagai ruang hidup: tempat anak-anak tidak hanya mendengar, tetapi mengalami, memahami, mengaplikasi, menghubungkan, mengolah, dan merefleksikan.

Paulo Freire (1970) dalam Pedagogy of the Oppressed mengritik model pendidikan yang ia sebut banking education, yakni guru ‘menabungkan’ atau ‘mendepositokan’ informasi di benak murid tanpa ruang bagi kesadaran kritis. Oleh karena itu, Pembelajaran Mendalam dihadirkan untuk mengubah hal itu dalam arah yang berkebalikan secara diametral. Murid tidak dipandang sebagai wadah kosong, tetapi sebagai subjek aktif yang mampu berpikir, merasa, dan bertindak.

Dalam kelas Pembelajaran Mendalam, guru menghidupkan kesadaran, menghadirkan makna, dan membangun kegembiraan belajar. Transformasi fungsi profesional guru juga terlihat dari cara mereka menilai. Penilaian tidak lagi dimaknai sebagai palu hakim yang memberi angka, tetapi sebagai jembatan pertumbuhan.

Lebih jauh, guru dalam Pembelajaran Mendalam juga dituntut menghormati keragaman murid. Setiap anak ialah pribadi unik. Guru tidak bisa lagi menyamaratakan semua murid dengan satu pola pengajaran. Pembelajaran mendalam mendorong diferensiasi: menyediakan jalur berbeda bagi tiap murid agar semua dapat mencapai potensi terbaiknya. Guru yang sabar menuntun dan tekun mendengar melahirkan disiplin yang tumbuh dari rasa memiliki, bukan rasa takut. Inilah suasana kelas yang produktif sekaligus menggembirakan. Dengan alasan itu pulalah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof.Dr.Abdul Mu’ti telah membuat bebijakan semua guru harus menjadi wali murid di samping ada yang menjadi wali kelas

Tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga mengasah keterampilan berpikir kritis dan rasa kepedulian terhadap lingkungan. Dengan cara ini, kelas bisa digunakan sebagai laboratorium kehidupan yang sesungguhnya. Transformasi fungsi guru memang tidak mudah. Banyak guru masih merasa nyaman dengan cara lama, apalagi tekanan kurikulum sering membuat mereka memilih jalan aman. Namun, guru yang berani melangkah akan menemukan kembali makna profesinya. Ia bukan lagi sekadar pengajar yang sibuk mengejar target, melainkan pendamping kehidupan.

Murid tidak hanya diukur dari rapor, tetapi juga dari cara mereka memahami diri, berelasi dengan orang lain, dan mengambil peran dalam masyarakat. Dari sinilah lahir generasi yang bukan hanya pintar, tetapi juga peduli dan tangguh. Lebih jauh lagi, guru juga dituntut menjadi teladan moral. Murid belajar bukan hanya dari kata-kata, melainkan dari sikap, bahasa tubuh, dan tindakan nyata. Guru yang berintegritas, disiplin, dan penuh kepedulian akan meninggalkan jejak panjang dan kuat pada muridnya.

Dalam konteks inilah transformasi guru menemukan urgensinya: guru yang mau belajar dari murid, dari kolega, bahkan dari kesalahan sendiri, sedang memberi teladan bahwa belajar ialah proses sepanjang hayat. Dengan sikap rendah hati ini, murid tidak hanya melihat sosok guru sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembelajar autentik.

Moga bermanfaat.

 

 

 

 

*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 100925

Views: 22

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *