Akademisi: Walau Berbalut Religi, Film Horor “Kiblat” Tetap Beri Efek Negatif Bagi Penonton

Posted by : wartaidaman 27/03/2024
 
WARTAIDAMAN.com   

 

Bogor | 

Walaupun film horor religi berjudul “Kiblat” berbalutkan pesan-pesan religi, namun banyak diduga juga mengandung unsur pelecehan simbol-simbol agama Islam dan berefek negatif bagi penontonnya.

” Jika tidak diperbaiki kontennya, bisa jadi akan memberikan efek negatif secara psikologis dan akidah agama Islam tentunya seperti masyarakat jadi takut sholat malam, jadi takut mengunjungi masjid, jadi takut ngaji yang benar dan lainnya,” ujar Akademisi dan Pengamat Psikologi Komunikasi dan Media Dakwah dari Sekolah Tinggi agama Islam (STAI) Al-Fatah, Imam Santoso dalam keterangan tertulis kepada media pada Rabu (27 Maret 2024) di Bogor.

Menurut Imam, dari tampilan poster filmnya saja sudah menampilkan kengerian tersendiri dan terlihat jelas pakaian mukena sebagai simbol ibadah shalat serta gerakan seperti ruku yang juga bagian simbol ibadah ritual penting umat Islam, namun ditampilkan secara horor.

“Masa iya rukuk kok posisinya terbalik, bahkan sampai tulang punggung patah itukan irasional dan bisa keliru dipahami oleh publik,” ujar Imam yang juga pengajar Konten Kreator di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.

Ia juga memberikan penilaian dari Thriller film yang beredar, banyak kekeliruan pesan yang dapat menyesatkan publik seperti penggunaan ayat Al-Quran dari Surat Al-Baqarah ayat 143 sebagai pembukanya.

“Itu ayat bukan berkisah masalah horor, namun pemindahan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Ka’bah di Masjidil Haram. Jika dipaksakan, namanya tafsir cocoklogi saja jadinya dan tidak tepat juga. Selain itu, penggunaan azan yang kemudian dianggap penyebab kesurupan massal di sebuah kampung juga tidak tepat karena azan itu untuk memanggil orang shalat,” jelas Imam.

Efek negatif film horor

Imam juga mengungkapkan, ada efek negatif yang ditimbulkan dari tayangan film horor kepada penontonnya sekalipun ada balutan nuansa religinya.

“Yang jelas akan merusak akidah Islam, karena jelas dalam Islam sebagai manusia sejatinya tidak perlu takut dengan makhluk halus seperti yang digambarkan dalam film horor,” ujar

Diketahui, dalam film horor biasanya menayangkan makhluk gaib sebagai sosok yang sangat menyeramkan dan terkadang mengganggu dan menakuti manusia.

Menurt Imam tak hanya Film “kiblat”, maraknya tayangan film-film horor lainnya merupakan hal yang merugikan bagi umat Islam karena sudah pasti akan merusak akidah penontonnya.

“Memang betul, umat Islam harus percaya tentang hal yang ghaib. Akan tetapi, kalau sampai menayangkan makhluk-makhluk halus yang diserupakan dengan jiwa raga manusia maka ini sebuah musibah besar,” katanya.

Tayangan scene itu menurut Imam adalah bisa membuat orang menganggap bahwa orang yang sudah mati hidup kembali. Apalagi kalau matinya tidak wajar, seperti terbakar, tenggelam, dibunuh orang, atau bunuh diri akan dicitrakan bakal jadi arwah gentayangan, lalu mengganggu, menakut-nakuti, sampai mencelakakan orang yang masih hidup.

“Inikan jelas takhayul dan khurafat dan jelas-jelas menyelisihi firman Allah dalam Al-Quran. Belum lagi judul Film horor menyentuh ranah Aqidah Islam, semisal : Kiblat, Makmum, dan lainnya.

Dampak berikutnya, adalah over halusinasi serta sikap agresif yang cukup berlebihan. Bagi mereka yang sering nonton film horor yang pertama adalah dapat meningkatkan potensi halusinasi yang ada dalam pikiran. Seseorang yang sering menonton film horor akan sulit memisahkan mana sesuatu yang fiksi dan kenyataan. Hal tersebut disebabkan karena seringnya otak merekam sesuatu yang berbau gaib dalam video yang dikonsumsi. Sehingga, dirinya akan sering berhalusinasi terhadap hantu atau makhluk tak kesat mata saat di dunia nyata.

Tak kalah pentingnya menurut Imam, film horor juga dapat memberikan efek samping yang buruk, yaitu mengganggu kesehatan tubuh dan kesehatan mental. Menonton film horor dapat menyebabkan seseorang bisa merasakan mual, menangis ataupun peningkatan detak jantung yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh orang tersebut.

“Sebaiknya diperbaiki dulu kontennya, jika tetap ingin ditonton dengan antusias oleh masyarakat Indonesia,” pungkas Imam.*(RS)

RELATED POSTS
FOLLOW US