SALAHUDIN JALAL TANJUNG: episode 1 _Galau Putri Raisa_

Posted by : wartaidaman 09/10/2025

 

WARTAIDAMAN.com 

 

 

 

Putri Raisa bingung dengan info yang tersebar dari mulut ke mulut, Namun, sampai ke istana, jika putra tunggalnya —Raja Danang, Sayidin Panotogomo penguasa Kerajaan Matraman Raya— dikalahkan oleh Adi. Adi memang sebetulnya anak hasil hubungan gelap Raja Adi —mantan suaminya— dengan Niki.

Raja Adi merupakan raja di Kerajaan Matraman Raya sebelum Raja Danang, anak kandungnya bersama Ustaz Bondan Kaja.

Putri Raisa yang sebelumnya merupakan permaisuri Raja Adi, harus menerima surat perjanjian perceraian yang aneh dari Raja Adi.

Pada perjanjian cerai itu disebutkan, jika di antara Raja Adi dan Putri Raisa, mempunyai anak walaupun bukan dari hasil perkawinan mereka berdua, maka dia akan berhak menduduki takhta Kerajaan Matraman Raya.

Anak itu akan menjadi raja di Kerajaan Matraman Raya.

Raja Adi membuat perjanjian itu karena merasa hubungannya dengan beberapa perempuan lain tidak ada satu pun di antara mereka yang hamil dan mengandung anak darinya.

Setelah dicerai Raja Adi, Putri Raisa menikah dengan Ustaz Bondan Kaja.

Dengan demikian, begitu Raja Adi meninggal, pada saat Putri Raisa hamil karena perkawianannya dengan Ustaz Bondan Kaja, maka anak mereka berdua menjadi raja di Kerajaan Matraman Raya.

Namun, setelah lama berselang, ternyata Adi mengaku sebagai anak kandung Niki dengan Raja Adi dan ingin merebut takhta Kerajaan Matraman Raya. Walaupun begitu, Adi berhasil dikalahkan oleh Danang, Sayidin Panotogomo. Namun, saat ini yang terdengar justru berita Danang, dikalahkan Adi. Tentu saja berita itu membuat Putri Raisa gundah hatinya.

Apakah kali ini akan terjadi suksesi berdarah di Kerajaan Matraman Raya? pikir Putri Raisa.

Raja Adi membuat keputusan berat itu, perjanjian cerai yang aneh, karena tidak ingin Putri Ming melakukan kudeta pada Kerajaan Matraman Raya.

Hubungan Raja Adi dengan Putri Ming di luar istana, membuat Putri Ming ingin Panglima GaZa —anak hasil hubungannya secara tidak resmi dengan Ki Difangir, ayahanda Raja Adi— menjadi raja di Kerajaan Matraman Raya. Permintaan Putri Ming itu muncul, karena Raja Adi belum mempunyai keturunan dengan Permaisuri Putri Raisa.

Raja Adi tidak mau memenuhi permintaan Putri Ming untuk mendudukkan Panglima GaZa menjadi raja di Kerajaan Matraman Raya. Raja Adi bahkan menganggap permintaan Putri Ming itu sebagai kudeta terhadap kekuasaannya.

Namun, Raja Adi harus memenuhi janjinya kepada Putri Ming, yang kemudian bergelar Putri Ming Nyamat yang bertapa tanpa sehelai benang pun, karena ingin mencari orang yang sanggup membalaskan dendamnya atas kematian Ki Difangir terhadap musuh-musuhnya. Pertemuan Raja Adi dengan Putri Ming Nyamat itulah yang membuat Raja Adi harus berhadapan dengan Raja Slamet —sahabat sekaligus saudara angkatnya— saat bersama ayah angkatnya Ki Ageng Batman, Petinggi Perdikan Malembang di tepian Kali Gajah Wong.

Kehebatan Raja Adi Setrum 35.000 megawatt yang tiada tanding membuat Raja Adi yakin dapat memenuhi janjinya, akan mampu mengalahkan musuh-musuh Putri Ming Nyamat.

Berdasarkan info dari Putri Ming, selain Raja Slamet, Raja Adi bahkan harus berhadapan dengan eyangnya, Raja Armanda, Raja Kerajaan Matraman Raya sebelum Ki Difangir. Padahal Putri Ming dahulu juga merupakan Permaisuri Raja Armanda. Namun, setelah Raja Armanda memberikan takhta kerajaan Matraman Raya kepada Ki Difangir, beliau menyepi bersama Bunda Fitri —istri keduanya— yang merupakan ibu Putri Biyan, di Dieng Plateau.

Hal itu membuat Putri Ming galau, karena Putri Ming justru diminta untuk memantau perkembangan Raja Adi yang sedang di bawah binaan Ki Ageng Batman di Tanah Perdikan Malembang di tepian Kali Gajah Wong. Sementara menurut Putri Ming, Raja Armanda justru sedang asyik minta dilayani Bunda Fitri.

Putri Ming sendiri kemudian terjebak dalam hubungan dengan Ki Difangir saat dia berada di kamar kerajaan Matraman Raya. Putri Ming yang awalnya ingin menengok Putri Biyan, istri Ki Daifangir, tetapi karena istana dalam keadaan sepi, Ki Difangir sedang ke bandara mau berangkat ke Jepang, sedang Putri Biyan marah kepada Ki Difangir dan meninggalkannya untuk mencari Adi Setrum 35.000 megawatt, putra kandungnya dengan Ki Difangir, maka Putri Ming menjadi ingin mencoba mandi di kamar mandi transparan untuk Permaisuri Kerajaan Matraman Raya, yang dulu sering digunakannya.

Saat pulang karena pesawat yang akan membawanya berangkat ke Jepang batal mendadak, Ki Difangir tidak sadar kalau yang mandi di kamar mandi itu, bukan Putri Biyan istrinya, melainkan Putri Ming.

Dari insiden itulah, Ki Difangir kemudian terbius hubungan asmara dengan Putri Ming yang memang cantik jelita.

Ada pun Raja Adi yang juga mempunyai hubungan gelap dengan Niki —Kepala Pelayan Dapur Istana Kerajaan Matraman Raya— telah menghukum Niki karena ulahnya yaitu membawa Putri Biyan yang sudah menjadi istri kedua dari tiga istri Ki Ageng Batman, ke istana Kerajaan Matraman Raya. Hal itu justru membawa petaka usaha terjadinya penculikan Putri Biyan dari Putri Selendang Biru Ayu.

Namun, ternyata di luar istana, Niki justru mengandung dan mempunyai anak yang diberinya nama Adi, karena sangat mirip dengan ayah biologisnya yaitu Raja Adi. Niki bahkan menganggap Adi anaknya itu, seperti suaminya sendiri.

Pertemuan Niki dengan Panglima GaZa dan berujung dengan bertemunya Adi muda dengan Putri Ming membuat Adi menjadi sakti dengan kekuatan Seruling Sakti.

Hal itu terjadi karena Putri Ming tanpa disengaja melihat Adi mempunyai kekuatan mirip dengan Raja Adi. Saat Putri Ming melatih kekuatan Adi menjadi Pendekar Seruling Sakti itulah Adi terpikat dengan kecantikan Putri Ming yang selalu bertapa dengan tanpa sehelai benang itu.

Dengan kesaktian seruling saktinya, Adi mencoba merebut takhta kerajaan Matraman Raya dari Raja Danang, Sayidin Panotogomo.

Adi merasa berhak atas takhta itu karena merupakan anak Niki dari hubungan gelap dengan Raja Adi.

Namun, Adi tidaklah mampu mengalahkan Danang, pada saat pertempuran pertamanya di Kerajaan Matraman Raya yang juga disaksikan oleh Putri Raisa, Ustaz Bondan Kaja dan seluruh anggota kerajaan Matraman Raya.

Hal itu membuat Putri Raisa merasa heran, atas berita kalahnya Raja Danang dari Adi.

Bagaimana hal itu dapat terjadi? pikir Putri Raisa.

Bukankah Adi pernah dikalahkan oleh Paduka Raja Danang, Sayidin Panotogomo dan Wahyudi saat akan merobohkan istana Kerajaan Matraman Raya, karena ingin merebut takhta kerajaan dari Danang, putranya? lamun Putri Raisa.

Masih jelas dalam ingatan Putri Raisa, saat itu Raja Danang, Sayidin Panotogomo sedang tidak berada di istana karena sering blusukan. Sementara Bondan Kaja, tidak mampu menghentikan kekuatan petir dan angin dari seruling sakti Adi. Kondisi istana dan penghuninya dalam keadaan genting karena ancaman Adi dengan seruling saktinya. Namun, Raja Danang, Sayidin Panotogomo, yang diberitahu Mbah Kikuk dan Panembahan Jati kalau ada usaha kudeta di Kerajaan Matraman Raya, datang pada saat yang tepat.

Danang, Sayidin Panotogomo berhasil mengalahkan Adi dengan ajian Bandung Bondowoso bersama Wahyudi serta Bagus Tinukur yang diangkat Danang menjadi Pangeran Hafiz, karena ahli Al-Qur’an dan mempunyai ajian Mendung Menurunkan Hujan.

Adi yang pura-pura menyerah kemudian dihukum atas usulan Pangeran Hafiz.

Danang, kemudian menugaskan Adi belajar membaca Al-Qur’an dan menanam singkong di satu lahan luas.

Adi bahkan dibuatkan rumah di sana dan tinggal bersama GaZa, saudara tiri satu ayah dari Raja Adi, mantan suaminya.

‘Lalu, bagaimana Paduka Raja Danang dapat dikalahkan Adi, pendekar Seruling Sakti itu?’ pikir Putri Raisa.

‘Apalagi Adi juga akan menduduki istana Kerajaan Matraman Raya. Bagaimana dengan keselamatan seluruh anggota kerajaan? Bondan Kaja, suaminya, Putri Anya istri selir Danang, Sayidin Panotogomo, Pangeran Mustofa, putra Danang dari Putri Anya, Putri Biyan, mantan ibu mertuanya, yang sebetulnya ingin menunggu kelahiran bayi Putri Anya, sekalian membawa Wahyudi, putranya dengan Ki Ageng Batman, Petinggi Tanah Perdikan Malembang di tepi Kali Gajah Wong, belajar agama kepada suaminya, lalu saat ini masih bersamanya.’ lamun Putri Raisa.

“Aku harus segera berunding dengan Kanda Bondan Kaja dan Ayahanda Pujangga Halim.

Mereka berdua bukan tandingan Adi, Pendekar Seruling Sakti. Seluruh anggota keluarga kerajaan harus diselamatkan.” Putri Raisa berkata pada dirinya sendiri.

Tapi bagaimana caranya supaya mereka dapat terhindar dari serangan Adi? Sedangkan putranya Raja Danang, Sayidin Panotogomo, yang sakti saja, berhasil dikalahkan Adi, batin Putri Raisa.

 

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

 

 

 

*mjkr/ wi/ nf/ 091025

Views: 36

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *