
Raja Slamet mengerahkan ajian Seribu Bulan untuk memaksa Danang —Sayidin Panotogomo, Raja Kerajaan Matraman Raya— yang sedang mengadakan pesta pernikahan dengan Dewi Anya merasa konsentrasinya terganggu karena serangan ajian ‘Lesung Jumengglung’ dari Danang. Ajian ‘Lesung Jumengglung’ Danang membuat Stalagtit dan Stalagmit di gua berbunyi bagai suara gamelan.
Banyak orang terkejut dengan munculnya suara gamelan dari gua, sedangkan di sana tidak ada yang memainkan gamelan itu. Raja Slamet pun goyah dalam menyalurkan tenaga Ajian Seribu Bulan kepada Danang.
Namun, Danang yang merasa akan mendapat serangan pukulan maut dari Raja Slamet kemudian mengerahkan ajian ‘Bandung Bondowoso’. Ajian ini jika terkena orang yang menjadi sasarannya akan mampu melontarkan orang dari Bandung sampai Bondowoso.
Bukan hanya itu, ternyata begitu Danang mengerahkan ajian ‘Bandung Bondowoso’ maka teman dekat Danang akan dapat mengerahkan ajian yang sama kuatnya dengan Danang. Wahyudi yang pernah mengaji bersama Danang kepada Ustaz Bondan Kaja di pendopo rumah Ki Ageng Batman, ternyata sudah sampai ke hati jiwa pertemanannya dengan Danang. Tanpa Wahyudi sadari, pada saat Danang mengerahkan ajian ‘Bandung Bondowoso’ ke arah Raja Slamet, Wahyudi secara refleks juga melakukan hal yang sama. Raja Slamet pun merasa mendapat pukulan ajian ‘Bandung Bondowoso’ dari dua orang sekaligus. Akibatnya tubuh Raja Slamet pun terpental ke udara.
“Maaf, Paman,” seru Danang.
“Maaf, Kanda,” seru Wahyudi.
“Danang!” Tiba-tiba Putri Raisa menjerit melihat Danang bertempur dengan Raja Slamet.
“Wahyudi!” teriak Putri Biyan, kaget, melihat Wahyudi mampu bermain bela diri.
“Bunda,” teriak Danang dan Wahyudi bersamaan.
Danang pun berpelukan dengan Putri Raisa, begitu juga Wahyudi memeluk Putri Biyan. Danang kaget, mendapati bundanya, Wahyudi dan Putri Biyan ada di pestanya. Wahyudi kaget, karena tangannya dapat bertenaga besar dan tiba-tiba mampu memukul Raja Slamet.
***
“Paduka … Raja Kerajaan Matraman Raya … mohon maaf … Ki Lurah Brewok tidak dapat mengatasi keadaan,” lapor Ki Lurah Brewok segera setelah kejadian yang mengerikan itu.
“Anak-anak Punung, kalian telah menyaksikan sendiri kehebatan, raja kita, Danang, Sayidin Panotogomo, Raja Kerajaan Matraman Raya. Ayo beri hormat!” seru Ki Lurah Brewok kepada para tamu undangan yang masih terdapat di situ.
“Sendiko dawuh, Ki Lurah. Kami menyaksikan,” jawab mereka kompak.
Danang pun dengan bangga memproklamasikan dirinya sebagai Danang Pendekar Langit.
“Para warga dengar baik-baik. Aku Sayidin Panotogomo Raja Kerajaan Matraman Raya! Danang Pendekar Langit!”
“Sayidin Panotogomo Raja Kerajaan Matraman Raya. Danang Pendekar Langit.” teriak para warga bersahut-sahutan.
“Dewi Anya, ayo cepat ke sini. Gandeng suamimu. Foto-foto dulu,” tambah Ki Lurah Brewok.
Dewi Anya pun segera beranjak dari pelaminan. Perasaan takut yang tadinya sempat menghantui keselamatan suaminya karena ancaman dari orang yang dipanggil Raja Slamet, sudah berubah menjadi bahagia. Dewi Anya pun segera mengikuti perintah Ki Lurah Brewok untuk bergabung dengan Danang.
“Bunda, perkenalkan ini, Ki Lurah Brewok. Mertua Danang,” kata Danang kepada Putri Raisa.
“Ki Lurah, beliau adalah Putri Raisa, bundanya Danang,” tambah Danang juga mengenalkan Putri Raisa kepada Ki Lurah Brewok.
“Mohon maaf, Putri Raisa, hamba Ki Lurah Brewok kurang hormat menyambut besan,” seru ki Lurah Brewok.
“Tidak apa-apa, Ki Lurah. Kami juga datang secara tidak sengaja karena memang sedang mencari Danang, yang hilang,” sapa Putri Raisa.
“Paduka Raja Danang, hilang?” tanya Ki Lurah Brewok.
“Sudah, sudah. Danang akan tinggal lama di Punung. Danang akan melihat-lihat kawasan wisata di sekitar Punung, untuk refreshing. Bunda Putri Raisa, Eyang Putri Biyan, Wahyudi silakan istirahat dulu. Waktu kita, Insya Allah panjang di Punung. Ki Lurah. Tolong siapkan tempat istirahat rombongan Kerajaan Matraman Raya ini,” seru Danang.
“Sendiko dawuh, Paduka,” jawab Ki Lurah Brewok.
***
Adapun tubuh Raja Slamet yang terkena pukulan ganda ajian ‘Bandung Bondowoso’ dari Danang dan Wahyudi terbang ke langit dan terjatuh di pelataran rumah dinas Bupati Kediri. Mbak Ay Ming yang berada di rumah dinas Bupati Kediri Bejo Cinekel —yang merupakan rumah dinas putranya— kaget mendapati tubuh Raja Slamet yang terkapar di pelataran rumah.
“Kanda Slamet … Kanda Slamet … apa yang terjadi?” teriak Mbak Ay Ming.
Belum lagi Mbak Ay Ming dapat mengetahui keadaan Raja Slamet, tiba-tiba masuk mobil Putri Selendang Biru. Miss Tami Zen yang melihat Mbak Ay Ming memegangi tubuh Raja Slamet yang terkapar di pelataran, langsung keluar dari mobil.
“Slamet, kenapa kamu?” teriak Miss Tami Zen.
“Bunda Ay Ming, Bunda Tami. Apakah tidak sebaiknya tubuh Ayahanda dibawa masuk ke rumah dulu?” seru Putri Selendang Biru untuk meredakan suasana kebingungan kedua istri Raja Slamet.
Mbak Ay Ming dan Miss Tami Zen pun akhirnya menggotong tubuh Raja Slamet ke dalam rumah kecil, tempat mereka tinggal. Putri Selendang Biru berjaga-jaga di pelataran, waspada kalau-kalau ada musuh yang datang akan mencelakai Raja Slamet.
***
Sampai di rumah kecil tempat tinggal Raja Slamet dengan kedua istrinya, Raja Slamet pun dimasukkan ke kamar. Miss Tami Zen tanpa malu-malu lalu memberikan napas buatan kepada Raja Slamet. Setelah mendapat napas buatan dari Miss Tami Zen, mulut Raja Slamet tersedak.
“Alhamdulillah. Kanda sudah sadar, kah? Tami Zen di sini,” seru Miss Tami Zen.
“Tami, apakah Kanda Slamet sudah sadar?” seru Mbak Ay Ming ikut khawatir.
“Di–ngin …,” seru Raja Slamet.
“Kanda?” bingung Miss Tami Zen melihat Raja Slamet menggigil, lalu dipegangnya dada Raja Slamet —suaminya, terasa dingin yang amat sangat.
“Mbak Ay, tolong tutup pintu,” teriak Miss Tami Zen sambil membuka baju Raja Slamet dan dengan cepat menutupi tubuh Raja Slamet dengan tubuhnya.
Mbak Ay pun segera menutup pintu, seperti yang diinginkan Miss Tami Zen. Lalu dia menunggu Miss Tami Zen yang sedang mencoba memeluk suaminya yang kelihatan sangat kedinginan. Setelah beberapa lama Miss Tami Zen berbuat begitu, lama kelamaan Miss Tami Zen tertidur di sebelah Raja Slamet. Mbak Ay Ming hanya dapat menghela napas panjang. Melihat yang dilakukan Miss Tami Zen kepada suaminya, Raja Slamet. Miss Tami Zen menikah dengan Raja Slamet juga karena persetujuan darinya. Namun, tiba-tiba Mbak Ay Ming terkejut saat melihat Raja Slamet kembali berteriak.
“Di … ngiiin.”
Tanpa pikir panjang Mbak Ay Ming pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Miss Tami Zen kepada Raja Slamet. Begitulah hal tersebut dilakukan oleh istri-istri Raja Slamet untuk menyelamatkan Raja Slamet.
Sementara Putri Selendang Biru, Ayu, siaga di rumah dinas Bupati Kediri untuk berjaga-jaga, kalau ada musuh yang akan menyerang Raja Slamet yang sedang terluka.
***
“Siapa yang kaubawa, GaZa?” tanya Putri Ming Nyamat yang bertapa dengan tubuh tanpa selembar benang pun.
“Niki dan seorang pemuda,” jawab Gaza.
“Niki? Siapa itu Niki?” tanya Putri Ming Nyamat.
“Teman main GaZa di istana Kerajaan Matraman Raya,” jawab GaZa.
“Oh, orang Kerajaan Matraman Raya. Jangan sembarangan kaubawa masuk ke ruang pertapaan bundamu, GaZa!” seru Putri Ming Nyamat.
“GaZa tunggu!” teriak Putri Ming Nyamat setelah memperhatikan wajah pemuda itu mirip sekali dengan wajah Raja Adi.
***
Di sebuah homestay di nJurug.
“Apa? Kalian berdua positif?” tanya Ki Ageng Batman kepada Mbak 00 WeIBe dan Miss Kiara.
“Alhamdulillah. Doa Ki Ageng terkabul,” jawab Miss Kiara dan Mbak 00 WeIBe kompak.
“Alhamdulillah. Kita pulang hari ini juga, ke tepian Kali Gajah Wong. Kita lanjutkan bulan madu kita di sana!” teriak Ki Ageng Batman.
***
Di pantai Klayar, Pacitan, Jawa Timur.
“Paduka, hamba Anya akan memberikan hadiah besar kepada Paduka di destinasi wisata yang indah ini. Maukah Paduka mendengarkan perkataan hamba?” seru Dewi Anya manja kepada Danang. Sayidin Panotogomo, Raja Kerajaan Matraman Raya.
“Katakanlah Dewi Anya,” seru Danang.
“Hamba positif Paduka,” seru Dewi Anya sambil memeluk Danang lebih erat.
“Alhamdulillah. Oke, Oce. Mari kita berangkat ke istana Matraman Raya!” seru Danang.
***
“Kanda Slamet, apakah kanda sudah merasa lebih baik?” bisik Mbak Ay Ming.
Raja Slamet hanya dapat menganggukkan kepala. Tubuhnya seakan belum ingin bangkit.
“Aku positif lagi, Kanda.” bisik Mbak Ay Ming.
“Slamet, aku positif lagi!” tiba-tiba Miss Tami Zen masuk ke dalam kamar mereka.
oleh: MJK, jurnalis PJMI.
*mjkr/ pjmi/ wi/ nf/ 220925
Views: 13