Ngopi di Posko GMPD, Ketika Bintang Emas Menyapa Banjarbaru

Posted by : wartaidaman 23/06/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

Malam itu, Posko Gerakan Masyarakat Peduli Demokrasi (GMPD) Banjarbaru yang berada tepat di seberang radar Bandara Syamsudin Noor tampak tak biasa. Biasanya hanya dipenuhi relawan dan obrolan ringan seputar demokrasi, hari itu ada tamu istimewa yang datang: Muhammad Sadik, Ketua DPW Partai Ummat Kalimantan Selatan.

Kehadirannya disambut hangat oleh Koordinator GMPD, Rachmadi Engot—aktivis demokrasi yang dikenal vokal dalam PSU Banjarbaru dan penggerak berbagai inisiatif sipil. Dengan tangan terbuka dan senyum khasnya, Rachmadi mempersilakan Sadik duduk, ditemani kopi panas dan pastel buatan relawan. Di bawah langit Banjarbaru yang teduh, dua tokoh ini larut dalam obrolan hangat yang penuh makna.

“Partai Ummat melihat Banjarbaru bukan sekadar kota administratif,” ujar Sadik membuka percakapan. “Ia adalah jantung baru Kalimantan Selatan, titik pusat dinamika politik dan sosial. Karena itu, kami mempertimbangkan serius untuk memindahkan Kantor DPW dari Banjarmasin ke Banjarbaru.”

Rachmadi mengangguk. “Sudah saatnya partai politik merapat ke denyut rakyat. Gubernur sudah di Banjarbaru. Kantor kementerian vertikal juga sudah pindah. Posisi strategis ini tidak bisa diabaikan. Apalagi jika ingin lebih responsif dalam merespons aspirasi masyarakat,” jawabnya mantap.

Partai Ummat, partai berlambang Bintang Emas yang didirikan oleh Amien Rais pada 29 April 2021, hadir dengan misi tegas: melawan kezaliman dan menegakkan keadilan. Semangat ini, menurut Sadik, bukan slogan kosong. “Kami serius ingin menghadirkan politik nilai, bukan sekadar kekuasaan,” ujarnya. Dan Banjarbaru, menurutnya, adalah ladang perjuangan yang masih subur untuk itu.

Meski Partai Ummat belum memiliki kursi di DPRD Banjarbaru, raihan 1.936 suara pada pemilu legislatif menjadi bukti bahwa suara perubahan mulai mendapat tempat. “Angka ini menunjukkan benih sudah tertanam. Tinggal bagaimana kita menyiraminya dengan kepemimpinan yang tepat di level kota,” jelas Sadik.

Ia pun menyinggung pentingnya figur Ketua Partai Ummat di Banjarbaru. “Kami tidak mencari sekadar orang terkenal. Tapi yang memiliki kesamaan visi: berani, bersih, dan berpihak pada rakyat kecil. Karena target kami jelas—masuk parlemen, mewarnai kebijakan,” tegasnya.

Diskusi kemudian mengalir pada konteks Banjarbaru pasca PSU dan pelantikan Wali Kota. GMPD, yang sejak awal aktif mengawal proses demokrasi, telah menyampaikan sikap resmi: mendorong rekonsiliasi sosial, memperkuat demokrasi partisipatif, dan menolak praktik politik transaksional yang merusak integritas pemilu.

“Kita ini hidup di kota yang sedang bertumbuh. Demokrasi harus tumbuh bersama,” kata Rachmadi. “Dan kehadiran partai seperti Partai Ummat—yang membawa semangat perubahan—harus bisa menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.”

Tak ketinggalan, dibahas pula momentum Pilkada Banjarbaru 2024. Sadik menyinggung bagaimana suara Partai Ummat dan Partai Buruh sempat menjadi modal awal bagi pasangan Aditya Mufti Ariffin – Said Abdullah Al Kaff untuk maju, meski akhirnya pasangan ini didiskualifikasi. “Itu menunjukkan bahwa kita punya basis riil. Tinggal bagaimana ke depan kita bangun konsolidasi yang lebih rapi,” ujarnya.

Jam menunjukkan malam kian larut. Kopi sudah habis, pastel tinggal piring kosong. Tapi perbincangan itu menyisakan kesan mendalam. Posko GMPD hari itu menjadi ruang kecil tempat gagasan besar bergulir.

“Bagi Partai Ummat, Banjarbaru bukan pinggiran. Ini masa depan,” ucap Sadik sambil berdiri, bersiap melanjutkan perjalanan.

Rachmadi menyalaminya erat. “Datanglah lagi. Posko ini rumah untuk siapa pun yang ingin demokrasi kita sehat,” katanya.

Di tengah arus politik yang kadang gaduh dan transaksional, momen seperti ini adalah pengingat bahwa perjuangan politik yang bermoral masih mungkin. Dan kadang, semuanya bisa dimulai dari sebuah posko sederhana di tepi jalan, yang hari itu mendapat cahaya dari Bintang Emas.

 

 

*raen/ gmpd/ wi/ nf/ 230625

Views: 14

RELATED POSTS
FOLLOW US

One thought on “Ngopi di Posko GMPD, Ketika Bintang Emas Menyapa Banjarbaru

  1. Semua partai bercita-cita masuk parlemen dan merubah sikon politik dari dalam, tapi terbukti selama 26 tahun reformasi, yang berubah adalah idealisme menjadi pragmatisme. Mengapa? Mari kita bertanya kepada rumput yg bergoyang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *