FESTIVAL FKIP 2025 UIA : Menggabungkan Pendidikan dan Seni Untuk Pengembangan Potensi Mahasiswa

Posted by : wartaidaman 01/07/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

Kota Bekasi – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menggelar FKIP FESTIVAL 2025 sebagai ajang kreativitas mahasiswa sekaligus wadah pengembangan potensi dalam bidang pendidikan, seni, dan bimbingan konseling. Festival yang digelar di kampus 1 UIA Sabtu, 28/6/2025.

Beragam karya ditampilkan dalam pameran, dan aktivitas interaktif yang melibatkan mahasiswa dari berbagai jurusan di bawah naungan FKIP.

Stan English Game yang diinisiasi oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Semester IV, Raisya,Eltri,Tara,Farhad,Khansa dan Naim banyak di minati oleh pengunjung FKIP FESTIVAL. Menurut Raisya “gamenya itu ada beberapa macam, seperti Tongue Twister, Wordshake, Sushi Spell, dan Math. Dimana jika berhasil menyelesaikan gamenya maka akan mendapat souvenir berupa kipas dan Snack” jelasnya.

Selain itu ada juga peserta dari Prodi Bimbingan Konseling ( BK ) yang aktif terlibat dalam festival ini yaitu Welliya dan Tri Septiani , mahasiswi dari P2K Semester VI.
Welliya menjelaskan salah satu program unik yang dipamerkan dalam festival tersebut, yaitu Art Therapy sebagai media konseling kelompok.

“Ini adalah seni terapi, refleksi untuk introspeksi diri. Jadi nanti pertama kamu main rubik dulu, tapi pilih warna sesuai dengan warna bola merah atau hijau,” ujar Welliya saat memandu pengunjung di salah satu stan.

Menurutnya, metode ini bertujuan untuk membantu individu mengekspresikan perasaan dan pengalaman mereka melalui karya seni.

“Fungsinya, supaya individu bisa menceritakan memorinya yang pernah dirasakan lewat art ini. Terkadang kan banyak orang yang masih menutup diri untuk bercerita, jadi bisa dituangkan lewat karya yang dibikin. Ini bisa jadi mahakarya, pajangan-pajangan seperti ini bisa jadi motivasi untuk orang-orang,” jelasnya.

Lebih lanjut, Welliya juga menekankan bahwa media seni ini sangat efektif dalam kegiatan konseling kelompok, terutama jika diterapkan dalam lingkungan sekolah.

“kita bisa masuk ke layanan konseling kelompok. Nah, konseling kelompok itu adalah konseling yang dilakukan dengan beberapa orang. Misalnya, di sekolah guru BK nya mengadakan kegiatan konseling kelompok yang diikuti oleh beberapa siswa. Kita bisa aplikasikan media BK ini untuk kegiatan tersebut,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa pemilihan topik dalam konseling kelompok biasanya disesuaikan dengan kondisi siswa, dan media seni bisa menjadi alat bantu yang efektif dalam diskusi dan refleksi bersama.

Senada dengan Welliya, Tri Septiani teman kelompoknya juga berpendapat, “perlu kita menggarisbawahi bahwa tidak semua karya seni dapat diinterpretasikan secara psikologis, terutama jika bersifat subjektif atau lahir dari hobi semata”.

Lanjutnya “Kalau itu hobi kita misalnya hobi saya melukis ya nanti saya melukis berdasarkan suasana hati saya. Nah, lukisan itu bersifat subjektif, jadi setiap orang akan berbeda-beda menafsirkannya. Jadi, mungkin kalau untuk memecahkan suatu kasus akan bisa membantu, tapi untuk karya hobi belum tentu, karena itu sangat personal,” tambahnya.

Menariknya, Welliya juga membocorkan bahwa ke depan, Program P2K sedang mempersiapkan alat tes bakat dan minat untuk membantu siswa menentukan jurusan pendidikan yang sesuai.

“Kalau psikolog itu kan ada tesnya, ya. Misalnya ada siswa yang mau masuk jurusan SMA atau SMK, nanti bisa dites dulu bakat dan minatnya apa, biar enggak salah jurusan. Kita memang belum punya alat tesnya sekarang, tapi lagi proses. Mungkin tahun depan bisa dicoba,” tutupnya.

Festival FKIP UIA tahun ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan pendidikan dan konseling kini semakin kreatif dan humanis. Penggabungan antara seni, terapi, dan pendidikan membuka ruang baru bagi mahasiswa untuk berekspresi sekaligus membantu sesama.

 

 

*infh/ pjmi/ wi/ nf/ 300625

Views: 25

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *